Kamis, 29 November 2012

FF: CHANCE PART 2 (END)



Cast :
·         Cho Kyuhyun
·         Lee Donghae
·         Park Minnie
·         Other cast
Genre : romance , straight
Rating : PG-13
Length : multichapter

Hai’-‘)/ author ngebut bikinnya sebelum UAS tiba. Daripada kepikiran ending nih ff yaudah langsung bikin endingnya aja ya. Votingnya juga udah kok pada 10reader pertama^^ ok happy reading ya ;)
***
100124, 15.30
Donghae’s POV
                Aku membuka mulutku perlahan, menimbang-nimbang efek yang akan kudapatkan apabila aku mengatakan ini. Kubiarkan Na Young menguasai dirinya sebentar, baru aku akan angkat bicara. Setidaknya aku tidak harus menjadi seorang pengecut dalam masalah ini.
                Setelah tangis Na Young sudah mulai mereda, aku menjauhkan tubuhnya perlahan dari tubuhku dengan tanganku yang masih mencengkeram kedua lengannya. Kalau aku tidak melakukan ini, bisa saja Na Young akan jatuh terduduk dengan kondisinya yang terlihat payah ini, aku menatap mata Na Young lekat-lekat,  “dengarkan aku Na Young-ahh..” aku menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan melalui mulutku, “aku mohon, jangan melakukan tindakan konyol itu, hidupmu masih panjang dan tak pantas berniat mengakhiri hidupmu hanya karena seorang pengecut sepertiku.. kemana Na Young yang dahulu? Yang selalu menomorsatukan harga diri dan reputasinya di kalangan para petinggi perusahaan? Kenapa Na Young sekarang menjadi selemah ini? Na Young, dengar.. kau akan mempermalukan reputasi keluargamu dengan tersebarnya berita kematianmu hanya karena namja bodoh sepertiku? Apa kau tidak memikirkan tentang nasib kedua orang tuamu yang sudah rela menghabiskan puluhan tahun hidupnya hanya untuk mengurus dan mendidikmu sebagai anak yang sangat dibanggakan? Mmm.. mungkin kau sudah cukup dewasa untuk mengerti ini semua Na Young, mianhaeyo, aku tidak bisa kembali lagi menjadi namjachingumu, kalau kau terus memaksaku menjadi namjachingumu, apa kau yakin akan bahagia? Aku hanya tak ingin melakukannya secara terpaksa, untuk saat ini sekarang kau boleh membenciku, memecatku dan menendangku dari kantormu, asalkan kau tidak mengakhiri hidupmu hanya karenaku, cobalah jalani hidupmu yang baru. Cinta tak selamanya harus memiliki bukan? Ingat janjiku untukmu Na Young, aku takkan meninggalkanmu, aku siap menjadi sahabatmu, menghabiskan waktu untuk sekedar mendengarkan curhatmu, aku takkan menolaknya. Dengar Na Young, suatu saat nanti, kelak ketika ada seseorang namja yang jauh lebih baik dariku hadir di hidupmu dan mengisi hatimu kau akan mengingat hari ini, menertawakan kekonyolan niatmu hanya karena namja sepertiku....” ahh, sial, aku tak bisa berkata-kata. Erangku.
                Aku melihat reaksi Na Young mendengar penjelasanku. Tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya, hanya aliran airmata itu semakin deras mengucur di pipinya, aku mengusap airmatanya dengan kedua ibu jariku, “uljimaa..kau gadis yang kuat.. kajja, pulanglah.. aku akan mengantarkanmu...” ucapku. Aku tidak tahu ucapanku semengerikan apa untuk di dengar di telinganya, aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Untuk saat ini aku merasa bangga tidak menjadi seorang pengecut, aku hanya tinggal menunggu reaksi Na Young selanjutnya setelah mendengar penjelasanku, kuharap dia bisa cukup dewasa untuk memahami jalan pikiranku. Batinku sambil menggiring Na Young keluar apartemenku untuk ku antarkan.

100124, 15.30 (at the same time)
Minnie’s POV
            Untuk saat ini aku benar-benar merasa bingung harus berkata apa. Baru kali ini aku melihat seorang namja menangis untukku, tapi.. ah.. aku benar-benar tidak bisa menerima Kyuhyun. Untuk saat ini. Aku benar-benar bingung memahami keadaan perasaanku sendiri, “aku...aku...Mianhaeyo Kyuhyun..aku tak bisa menjadi yeojachingumu lagi..” aku menjawabnya takut-takut.
                Kyuhyun langsung melepaskan pelukannya dariku, mukanya terlihat sangat frustasi. Dia mengguncang-guncangkan tubuhku, ahh lenganku terasa sangat sakit akibat perlakuannya, “Minnie...Minnie-ahh... kenapa....”
                “aku....hanya tidak bisa Kyuhyun-ahh..aku sudah terlalu sakit hati.. tolong lepaskan aku Kyuhyun-ahh... bukankah cinta tak harus selalu memiliki?” tubuhku bergetar saat mengucapkannya.
                “cinta tak harus selalu memiliki? Cih. Persetan dengan kata itu Minnie-ahh.. hanya orang munafik yang mengucapkannya. Itu hanya merupakan salah satu kebohongan yang dilakukannya untuk menghibur dirinya sendiri. Semua orang yang mencinta pasti ingin memiliki!” Kyuhyun meludah, “aku memang egois Minnie-ahh... tapi aku takkan membiarkanmu lepas dariku.. ” ujarnya.
                Tubuhku menggigil ketakutan melihat perlakuannya terhadapku, kali ini Kyuhyun berusaha menciumku lagi. Omoo, ini tidak benar.
                “hmmpphh...hmpphhh...” aku berusaha melepaskan bibirnya dari bibirku. PLAKK!! Lagi-lagi tamparan mulus kembali mendarat di pipinya. Aku berusaha melepaskan diriku dan berlari cepat menjauhinya. Kyuhyun mengejarku.
                “Donghae...to...long..aku...” ujarku lirih. Lidahku benar-benar kelu untuk sekedar berteriak meminta tolong. Kyuhyun terus berlari mengejarku. Tuhan, aku sudah tidak mengenalinya lagi.
                Aku berlari tergopoh-gopoh masuk ke dalam kedai ramen di dekatku, aku benar-benar sudah tidak kuat lagi untuk berlari.
                “ahjussi...to..long..a...kuu...dia menyakitiku” serbuku ke arah meja kasir. Kyuhyun langsung masuk ke dalam kedai ramen dan berniat untuk menyeretku keluar. Melihat bercak-bercak darah di bajuku bekas cengkeraman tangan Kyuhyun itu, anak-anak lelaki penjual ramen itu langsung menyelamatkanku dengan mengusir Kyuhyun dari kedai mereka
“aku bersumpah akan mendapatkanmu kembali Park Minnie-ahh!!” Kyuhyun berteriak saat anak penjual ramen itu mengusirnya. Aku bergidik dibuatnya.
                Akhirnya, salah satu dari anak penjual ramen itu mengantarkanku ke rumah. Ahh, aku benar-benar merasa takut untuk sekedar bertatap muka dengan Kyuhyun, tatapan matanya waktu itu.. aku benar-benar sudah tidak mengenalinya lagi. Aku tak melihat tatapan mata cokelatnya yang meneduhkan itu, dia berubah....
***
Seoul, South Korea
100224, 05.45 am
            Tuhan, aku benar-benar merasa tersiksa akhir-akhir ini. Kyuhyun bertingkah layaknya orang gila yang selalu mengganggu hidupku. Dia terus menghubungi ponselku setiap hari, setiap menit, dalam waktu 3 hari saja panggilannya sudah mencapai 1000 panggilan lebih. Aku terlalu takut untuk sekedar mengangkat teleponnya.
                Sejak kejadian itu, memikirkannya saja sudah membuat tubuhku menggigil ketakutan. Dia sudah kehilangan akal sehatnya. Aku benar-benar merasa di teror oleh Kyuhyun. Aku juga sudah menceritakan hal ini dengan Donghae, dia sangat menyesal saat itu karena tak berada satu tempat denganku. Aku tahu Donghae saat itu juga sedang kacau menghadapi Na Young.
                Sekarang, Kyuhyun berhenti menerorku dengan menelponku terus menerus, dia...mengikutiku! meskipun Kyuhyun hanya mengikutiku sejak aku keluar rumah dan saat aku pulang kerja, tapi ini tentu saja cukup menggangguku. Aku tahu dia tak ingin mengusik hidupku dengan muncul di hadapanku secara tiba-tiba. Dia juga menahan dirinya untuk tak mengganggu waktuku dengan Donghae, dia hanya berada di belakangku, mengintai semua aktivitasku,entahlah...mungkin...melindungiku...
                Aku melangkah masuk ke dalam bus itu dengan gontai, aku tak sadar ujung pintu bus itu runcing dan saat rokku menggesek ujung pintu itu. Sebuah robekan panjang di sepanjang pahaku pun terjadi.
                “aiishhh..” gerutuku. Aku enggan pulang ke rumah untuk mengganti rokku, bisa-bisa bus ini meninggalkanku.
                Aku duduk di sudut bus itu dan mulai tenggelam dengan fantasiku lagi, seorang Park Minnie sekarang benar-benar berubah menjadi wanita yang suka melamun. Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sampingku dan menyenggol kakiku.
                Aku tersentak kaget dan refleks saja menengok ke arahnya. Cho Kyuhyun?? Untuk beberapa detik aku hanya melongo melihat Kyuhyun yang nekat menampakkan batang hidungnya di hadapanku, “wae?” tanyaku. Atmosfer canggung pun menyelimutiku dan Kyuhyun.
                Kyuhyun hanya terdiam, dia tak mengucapkan sepatah katapun, dia hanya melepaskan jasnya dan...meletakkannya di pahaku? Dia rela menampakkan dirinya hanya karena ingin menutupi pahaku yang terbuka ini?
                “pakai ini sampai kau selesai kerja..”ucapnya dingin.
                Aku hanya mengangguk pelan saat dia mengucapkan kata itu, aku menunggu reaksinya saat kembali memberanikan dirinya muncul di depanku. Entahlah... jantungku kembali berdetak kencang. Aku bahkan tak dapat menafsirkan arti detakan jantungku yang bertalu-talu ini saat berada di dekatnya. Apakah Park Minnie kembali terpesona dengan Cho Kyuhyun? Ataukah... hanya kekhawatiran akan perlakuan jahatnya saat itu kembali terulang?
                Aku dan Kyuhyun hanya berdiam diri di dalam bus, Kyuhyun tak mengatakan apa-apa lagi sejak meminjamkan jasnya itu kepadaku. Aku benar-benar bingung... apa yang harus kukatakan? Hingga sampai bus itu berhenti dan kami berpisah, aku hanya mampu mengucapkan terima kasih kepadanya. Itupun Kyuhyun tak menjawab ucapanku, dia langsung berbalik membelakangiku dan mengangkat tangan kanannya ke udara. Menyiratkan kata ‘no problem’ dari gerakan tangannya. Aku benar-benar bingung dibuatnya. Kyuhyun kembali ke sifat asalnya, namja angkuh itu.....

Gwangju park, 08.00 pm
            “Yakk!! Yakk!! Oppa!!” aku berusaha merebut bola basket di tangan Donghae.
                “yak!! Seorang pemain basket tidak ada yang sebising kau!!” Donghae balas meneriakiku.
                “aiishhh!!” aku berniat menendang kaki Donghae namun dia berhasil menghindar. Ahh.. aku sangat bahagia bersamanya, menghabiskan waktuku dengan Donghae benar-benar membuatku merasa terbebas dengan segala hal yang membuat otakku stres.
                Donghae pulalah namja yang berusaha meredakan ketakutanku saat Kyuhyun mengejarku saat itu, dialah namja pertama yang mau mendengarkan curhatku. Ahh...
Keringat mengalir deras di wajah dan tubuhku malam ini. Donghae menggiring bola menjauhiku, dia mengambil air mineral dan menyodorkannya padaku, “nih..minumlah.. tunggu disini, aku akan membelikan es krim untukmu..”
                Donghae langsung berlari setelah menyerahkan botol minuman itu kepadaku, “gomawo” ucapku sambil berjalan ke arah bangku taman, kakiku benar-benar terasa kebas.
Aku benar-benar merasa spesial ketika sedang bersama dengan Donghae, merasa benar-benar diperlakukan semestinya oleh seorang namja. Tidak seperti Kyuhyun saat masih bersamaku, dia terkesan sangat cuek denganku, hanya untuk memberikan perhatian padaku saja. Dia seperti harus melawan gengsinya habis-habisan, seperti ketika rokku robek itu.... tapi, terlepas dari sifatnya yang angkuh dan cuek itu, entah kenapa dulu aku begitu tergila-gila kepadanya. Ah, kalau saja dia bisa mencintaiku lebih awal, mungkin sampai sekarang aku masih bertahan dengannya. Bukan harus menerima kenyataan pahit itu, mencintai sendirian...
                “ini, makanlah” ucap Donghae seraya menyodorkan es krim untukku.
                “yaa! mashitaaa” aku langsung merebut es krim itu dari tangannya dan langsung melahapnya sampai habis.
                “yak! Pelan-pelan.. mentang-mentang es krim ini berukuran kecil, kau sangat bernapsu untuk memakannya dalam satu suapan...” Donghae mencubit pipiku pelan.
                “yak oppa!!” aku mendengus kesal, gara-gara dia es krim ini jadi menempel di sudut bibirku. Donghae menatap mataku lekat-lekat. Ya, matanya terlihat sangat indah saat cahaya bulan terpantul di matanya.
                Donghae hanya tertawa kecil melihatku, dia langsung menyapu es krim di sudut bibirku dengan ibu jarinya. Ahh sungguh memalukan, rona wajahku mungkin sudah berubah menjadi berwarna merah muda, kalau saja ini tidak malam, mungkin Donghae sudah melihatnya dan langsung menertawaiku habis-habisan.
                “hmm.. kau tahu, hari ini Na Young mengirimkanku sebuah surat...”.
                Mataku langsung membulat saat mendengar nama Na Young, “surat pemutusan hubungan kerja?”
                PLETAKK!! “babo, bukan.. dia tidak jadi memecatku. Haha..” Donghae mendaratkan jitakan ringan di kepalaku.
                “Appeo!!” aku langsung meringis menahan sakit, “lalu?”
                “hm, dia mengirimiku surat, isi permintaan maafnya, ucapan terima kasihnya karena aku sudah menyadarkannya sehingga dia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri, dan... dia mengabariku kalau dia sekarang sudah berada di Tokyo, melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda.... dan mungkin... belajar melupakanku...” Donghae menceritakannya dengan mimik wajah yang terkesan sangat sedih. Tiba-tiba dia bangkit dari sampingku dengan langsung mencengkeram kedua tanganku hingga membuatku kaget, “Minnie-ahh..kau tau, aku diundang untuk meramaikan perayaan di kantormu dengan menyumbangkan beberapa buah lagu!! Aish, aku berani bertaruh momen ini sangat langka, kau akan mengalami kerugian yang cukup besar apabila melewatkan malam itu..” Donghae langsung menatapku dengan pandangan matanya yang berbinar-binar.
                “yak!! Donghae-ahh!!” aku langsung bangkit dari hadapannya sambil berkacak pinggang, “aku benar-benar tidak mengerti dengan kelakuanmu Donghae-ahh~ pertama, kau baru saja menceritakan masalah Na Young yang terdengar sangat menyedihkan untukmu, tapi sedetik kemudian, kau malah berteriak-teriak di depanku kalau kau akan tampil di acara kantorku.. sebenarnya kau itu sedang bersedih apa bahagia?” aku benar-benar merasa frustasi dibuatnya.
                Donghae terkekeh, “dua-duanya. Di satu sisi, aku bersedih karena Na Young mengucapkan kata perpisahan untukku, padahal aku berharap aku masih bisa menjadi sahabatnya. Tapi di sisi lain, aku merasa bahagia karena dia berniat untuk meneruskan hidupnya, bahkan meneruskan kuliahnya dan... aku juga merasa sangat senang karena aku baru pertama kali di undang ke perayaan kantormu bukan sebagai undangan saja, tapi juga sebagai penghibur...”
                Aku mendesah pelan saat mendengar penjelasannya kepadaku, benar-benar tipikal orang yang aneh. Menurutku.
                “Ada-ada saja... mungkin aku akan datang ke perayaan kantorku sambil membawa penutup kuping dan penutup mata, supaya tak bisa mendengar teriakan dan tak bisa melihatmu di atas panggung” kataku berusaha menggodanya.
                “aisshh... awas kau Park Minnie!!”
***
100224, 05.00 pm
Hft,hari ini memang sungguh melelahkan bagiku. Aku harus membantu mendekor beberapa ruangan karena keterlambatan para pekerja suruhan itu untuk perayaan di kantornya hari ini. Aku menyeka keringat di dahiku.
Kenapa sampai sekarang tak ada bus yang lewat? Batinku. Aku terus mengamati jalan dan berharap ada bus yang lewat di  depanku. Seperti biasa, aku menunggu di halte bus yang berada tak jauh dari perusahaan Kyuhyun. Ya! Babo! Kenapa kau malah mengingat namja itu. Aku merutuki diriku sendiri.
“ah, aku tak membawa cukup uang untuk membayar taksi..” keluhku sambil terus menatap ke jalan.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depanku, pemilik mobil itu membuka kaca mobilnya, mengisyaratkanku untuk masuk.
“Kyuhyun..” desisku. Aku melirik jam tanganku, ini sudah sangat sore dan apabila aku menolak tawaran Kyuhyun, tentu akan lama sekali untuk bisa sampai ke rumah. Ahh sudahlah masuk saja, akhirnya tanpa pikir panjang aku pun langsung masuk ke dalam mobil Kyuhyun.
“ah.. gomawoyo....” kataku tersenyum kikuk ke arahnya.
Bingo! Tak ada sambutan yang kuharapkan bakal keluar dari mulutnya. Kyuhyun hanya diam membisu, melajukan mobilnya menuju arah rumahku.
Hening. Tak ada sepatah kata yang terucap dari mulutku maupun Kyuhyun. Aish, aku benar-benar tidak tahan lagi. Sampai kapan namja ini terus mendiamkanku? Akhirnya aku pun memberanikan diri membuka mulut mungilku, “ehm... Kyuhyun-ahh.. bagaimana kabarmu?” tanyaku. Aishh.. kenapa terdengar sangat aneh di telingaku?
Kyuhyun tetap saja tak menghiraukan ucapanku, dia malah membelokkan setirnya menjauhi rumahku.
“ya! Kyuhyun-ahh.. kau mau membawaku kemana??” aku mulai berteriak panik. Apa yang akan Kyuhyun lakukan terhadapku? Dia... ingin membawaku kemana? Aku mulai terhanyut dengan pikiran-pikiran burukku terhadapnya. Apa aku harus nekat membuka pintu mobil Kyuhyun? Tanganku mulai berkeringat mencengkeram erat tangkai pintu mobil Kyuhyun. Yak! Minnie, Jangan berpikiran konyol...
Kyuhyun tetap saja berdiam diri, sampai pada akhirnya dia memarkirkan mobilnya di depan butik La Sora. Sebuah butik yang cukup terkenal di Seoul.
“aku tau kau tak akan punya baju pesta yang bagus. Makanya aku membawamu ke sini..” pada akhirnya Kyuhyun langsung membukakan pintu mobilnya untukku.
“shireo...” tolakku. Aish, Kyuhyun-ah. Aku tidak punya uang untuk membeli baju mahal di butik ini. Batinku.
“aku yang akan membayar semuanya. Kau.. berbelanjalah sepuasmu...” Kyuhyun langsung membalas penolakanku itu seperti membaca pikiranku. Aku tetap tak bergeming di tempatku. Berbelanja? Mendengarnya saja aku sudah merasa mual. Aku sangat jarang berbelanja. Biasanya ibuku yang selalu mengirimiku baju-baju baru untuk kupakai.
“Park Minnie...kita tidak akan datang ke pesta sampai aku berhasil menemukan baju yang cocok untukmu..” Kyuhyun langsung menarik tanganku. Aku hanya mengikutinya dengan langkah terseret-seret. Datang ke pesta dengannya? Maksudnya apa?
Kyuhyun langsung membawaku ke dalam butik, “tolong carikan baju yang bagus untuk yeoja ini” Kyuhyun langsung menyodorkanku pada seorang yeoja yang sepertinya tak berbeda jauh denganku.

Minnie’s Office
08.00 pm
                Aku melangkahkan kakiku perlahan masuk ke dalam kantorku dengan Kyuhyun berada tak jauh dari tubuhku. Lebih tepatnya, dia berada di sampingku.
                Sampai sekarang aku bahkan tak bisa menebak jalan pikirannya, Kyuhyun hanya terdiam sepanjang perjalanan yang dihabiskannya bersamaku. Selama tiga jam itu dia menghabiskan waktu untuk membawaku ke butik dan ke salon. Ayolah. Ini hanya perayaan biasa di kantorku. Kenapa Kyuhyun memperlakukanku dengan begitu manisnya. Aku menelan ludah. Mataku sibuk mencari-cari Donghae.
                Ya, seandainya saja yang menemaniku ke butik hari ini adalah Donghae, entahlah.. aku selalu saja merasa frustasi setiap berhadapan dengan Kyuhyun. Hanya Donghae, namja yang bisa menenangkan hati dan perasaanku. Bukankah Donghae hari ini merangkap sebagai undangan dan penghibur di kantorku?
                Aku berjalan perlahan, menjauhi Kyuhyun. Aku hanya tak ingin Donghae melihatku sedang bersama Kyuhyun dan dia memikirkan hal yang tidak-tidak. Mataku menatap sosok namja yang sedang bernyanyi di atas panggung. Itu dia! Aku melihat Donghae sedang bernyanyi dengan merdunya. Suaranya yang manis itu...
                Aku mendengarkan suara Donghae yang merdu itu..matanya tak pernah lepas dari mataku, aku tahu Donghae sedang melihat ke arahku. Aku tak pernah berhenti tersenyum kepadanya. Tiba-tiba aku merasakan kepalaku berputar hebat dan semuanya berubah menjadi gelap.
                GREP!! Sebuah lengan menangkapku dan mengangkat tubuhku. Setelah itu...aku tak bisa mengingat apa-apa lagi.

Author’s POV
            Kedua bola mata Minnie tak pernah lepas melihat pertunjukan Donghae, dia benar-benar menikmati lagu yang dinyanyikan Donghae dan tak menyadari ada sepasang mata yang senantiasa mengamati gerak-geriknya.
                Minnie tak sadar bahwa Kyuhyun terus melihat ke arahnya dengan tatapan matanya yang sangat menyedihkan, menatap Minnie yang sama sekali tak pernah melihat ke arahnya.
                Kyuhyun melihat perubahan wajah Minnie yang berubah menjadi pucat. Dia mulai mendekati Minnie, tiba-tiba saja Minnie jatuh pingsan, refleks saja tangan Kyuhyun menangkap kedua lengan Minnie, tangannya mengangkat tubuh Minnie.
                Membawanya menuju ke ruang kerja yang tidak di pakai dalam pesta ini. Rekan-rekan kerja Minnie ingin membantu Kyuhyun menyadarkan Minnie, namun Kyuhyun menghentikan niat mereka.
                Sebelum Minnie sadar, usai bernyanyi, Donghae langsung berlari menyusul Minnie dan Kyuhyun yang berada disana.
                Matanya menatap tajam ke arah Kyuhyun yang daritadi diam membatu dengan kedua tangan yang dilipat di dadanya sambil melihat ke arah Minnie yang masih terbaring pingsan, “ehhmmm” Donghae berdehem pelan mencoba memecahkan keheningan di sini. Kyuhyun menoleh ke arahnya.
                “engghh..gamsahamnida....” Donghae melanjutkan, “sudah menyelamatkan gadis....ini ” dengan susah payah dia mengganti kata ‘ku’ dengan mengucapkan kata ‘ini’ mengingat Minnie belum sah menjadi miliknya.
                “ne,dia yeoja yang sangat kucintai... tentu saja aku akan selalu menjaganya...” jawab Kyuhyun datar.
                “ah, ne.. arasseo Kyuhyun-ssi.. ” kata Donghae, dia sudah dapat menebak siapa namja yang ada di hadapannya ini hanya dengan mendengar ucapan namja yang satu itu.
                Kyuhyun langsung berdiri dan berjalan ke arah Donghae, “ahh... mungkin aku yang membuatnya pingsan, sepertinya dia melupakan jam makannya saat pergi ke salon denganku” kata Kyuhyun. “kau? Namja yang selama ini menjaga Minnie.. aku harap kau bisa menjaganya dengan baik. Mungkin minggu adalah hari terakhirku bisa menjaganya...”
                Donghae membelalakkan matanya saat mendengar ucapan Kyuhyun, “maksudmu?”
                Kyuhyun terdiam sesaat, dia menarik napas dan menghembuskannya perlahan, “waktuku sudah tidak lama lagi di sini, sekarang, berjanjilah kau akan menjaga Minnie, baik suka maupun duka, jika kau berani menyia-nyiakan kepercayaan yang kuberikan.. aku tidak akan segan-segan membunuhmu..” bisik Kyuhyun tepat di telinga Donghae, dia menepuk-nepuk bahu Donghae dan berniat meninggalkan tempat Minnie sedang istirahat.
                “tu..tunggu dulu...” cegah Donghae, “bisakah kau menjelaskan maksudmu?”

Minnie’s POV
                Aku terbangun saat cahaya lampu mulai menusuk mataku. Aku memicingkan mataku berusaha beradaptasi dengan intensitas cahaya yang masuk ke dalam retina mataku.
                GREP!! Ada sepasang tangan yang menyentuh kulit lenganku yang berakhir dengan menggenggam tanganku.
                “Minnie-ahh.. kau sudah bangun?” tanya Donghae.
                “ahh.. iya..” aku menyipitkan mataku sekali lagi, merasakan pusing yang masih mendera otakku. Donghae membantu mendudukkanku.
                “kau pasti melewatkan jam makanmu kan?”
                Aku mengangguk lemah masih berusaha menguasai diriku.
                “makanlah ini... setelah kesehatanmu membaik, aku akan membuat suatu kejutan untukmu” Donghae menyodorkan sebungkus roti dan air mineral untukku. Dia menungguku memakan roti pemberiannya sampai habis.
                “baju yang bagus...” ujarnya jujur.
                “ah...ne....” aku melirik dress biru safir yang kupakai, pemberian dari Kyuhyun. Bisikku dalam hati.
                Setelah roti pemberiannya habis, aku mulai membuka mulutku lagi, “seingatku, kau masih berada di panggung saat aku jatuh pingsan. Lalu, siapa yang menyelamatkanku?”
                Donghae menatapku dengan penuh penyesalan,“ne, Kyuhyun yang menyelamatkanmu, tapi dia sudah pamit pulang kepadaku saat aku datang kesini melihat keadaanmu, seandainya saja dia tak berada di dekatmu, mungkin kau akan jatuh ke lantai. Aku takkan mungkin menyelamatkanmu mengingat jarak kita cukup jauh...” dia melanjutkan, “aku merasa gagal sebagai namja yang ingin melindungimu, kau tahu, aku bahkan selalu tak ada saat kau membutuhkanku. Saat Kyuhyun mengejarmu, saat kau pingsan hari ini. Aku selalu berada dalam keadaan yang tak memungkinkan untuk bisa ada di dekatmu.. aku tahu, keberuntungan memang selalu tak berpihak padaku..”
                Aku menatap Donghae dan menautkan jari-jari kami, “kau tahu, aku tak pernah mengharapkanmu untuk selalu menjadi dewa penolongmu. Terlepas dari ada atau tidaknya kesempatan yang brpihak padamu, bukankah itu semua sudah di gariskan oleh Tuhan? Kau hanya perlu menikmati hidupmu, jangan selalu menyesali hidupmu... itu takkan merubah keadaan..” terangku.
                Donghae langsung tersenyum lebar mendengar penjelasanku, “ya! Yeoja pintar! Apa kau sudah mendingan? Aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu...”
                “MWOO??” belum sempat aku menjawabnya, Donghae sudah menyeretku, membawaku ke atas panggung, mendudukkanku di sebuah kursi.
                “aku sudah menyiapkan ini semua..” bisik Donghae sambil mengedipkan sebelah matanya kepadaku.
                Donghae mengambil sebuah topi yang dilemparkan seseorang untuknya, dia mengenakan topi itu dan mulai menggerakkan badannya.
You are completely beautiful
I just can’t live without you, girl
You are completely beautiful
I just can’t be without you, girl

I think of what we were like when I first met you
Your bashful smile, your shy words, your cold hands
I thought of you every day
I couldn’t do anything (almost going crazy)

Unable to turn my gaze away
Like a fool, I could only lose myself in you
I want to walk together with you for a lifetime
I will protect you, I love you, oh love

Cause you are so beautiful
Let me gasp against your lips, to say this phrase, “I love you”
            Donghae menyanyikan sebuah lagu untukku, tangannya meraih tanganku dan kemudian mengeluarkan sebuah bunga mawar dan menyodorkannya padaku.
                “Minnie-ah... kalau kau menyukaiku dan ingin aku menjaadi namjachingumu, terimalah bunga mawar ini.. kalau kau tidak ingin menerimanya, berarti kau menolakku..” kata Donghae yang di sambut dengan sorakan dari para penonton.
                Aku benar-benar malu dibuatnya, yak Lee Donghae! Kau benar-benar....
                “ehmm..” tanganku bergerak perlahan menyambut bunga mawar pemberian Donghae...
                “YAA!! CHUKKAE!!” seluruh undangan langsung memberiku dan Donghae ucapan selamat.
                “gomawoyo...tuan putri” kata Donghae sembari berlutut di hadapanku dan mencium punggung tanganku..
                Aishh...
***

100228, 10.00 AM
GwangJu Park
            Aku menunggu Donghae pagi ini di taman, biasanya setiap hari minggu, Donghae sudah mengajakku bermain basket. Namun sampai sekarang, Donghae belum menampakkan batang hidungnya.
                Tiba-tiba seseorang menyentuh bahuku, “yak! Lee Donghae.. seenaknya saja kau....” aku menghentikan ucapanku saat menyaksikan sosok namja yang berada di hadapanku sekarang.
                “mian, aku meminta Donghae untuk tak menemuimu hari ini, aku ingin berbicara denganmu” kata Kyuhyun.
                Aku hanya terdiam mendengar ucapannya, sejak kapan? Sejak kapan dia kenal dengan Donghae dan sejak kapan Donghae mau menuruti keinginan namja ini?
                Kyuhyun duduk di sampingku, aku melirik benda yang dibawanya, sebuah album foto?
                “ah... aku hanya ingin memberikan ini untukmu...” Kyuhyun menyodorkan sebuah album foto untukku.
                “iniapa?” tanyaku bingung.
                “bukalah...” katanya sambil tersenyum simpul.
                Aku membuka halaman pertama dari album foto itu... fotoku? Aku memperhatikan berbagai ekspresi yang terpancar dari wajahku. Tak terasa airmataku menetes. Aku bahkan tak mengerti untuk apa airmataku menetes?? Dadaku terasa sesak saat membolak balik album foto itu. Kyuhyun merekam semuanya dengan baik.
                “Minnie-ahh... mungkin hari ini adalah hari terakhir kita bertemu.. aku meminta orangtuaku untuk bisa memindahkanku ke perusahaan appa yang lain. Aku akan mengelola perusahaan appaku di Jepang Minnie-ahh... besok aku sudah harus ada di Jepang. aku... aku harap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti.. ” suara Kyuhyun terdengar parau saat mengucapkan kalimat itu.
                “ke...kenapa??” tanyaku disela isak tangisku
                “a..ani.. aku hanya ingin menjadi pribadi yang lebih baik disana..mungkin..menemukan cintaku yang baru.. Minnie-ahh.. aku tahu, keadaanku di sini hanya membuatmu tersiksa” ujarnya, dia menunjuk beberapa ekspresi wajahku yang tergambar dalam album foto itu. Aku memperhatikan foto-fotoku dengan seksama. Foto-foto itu ditempel sesuai tanggal yang tertera di album itu... aku melihat semakin banyak halaman foto yang kubalik, senyumku semakin mengembang, tergambar jelas dalam hamparan kertas foto itu.
                “lihat Minnie ah.. kau sangat bahagia saat bersama dia..” Kyuhyun menunjuk sebuah foto. Fotoku yang terlihat seperti berteriak saat Donghae merebut bola basketku. Aku baru tersadar. Kyuhyun mengikutiku hanya untuk menangkap semua aktivitas dan mimik wajahku.
                “Minnie-ah..aku rasa dia memang namja yang cocok untukmu, chukkae... aku kira aku akan mencoba melepaskanmu..” lagi-lagi aku merasakan getaran suara Kyuhyun saat mengucapkan itu padaku, “aku sudah berbicara banyak dengannya, saat kau terjatuh pingsan itu.. aku percaya kau akan bahagia bersamanya.. simpanlah album foto itu dan berjanjilah senyum itu takkan pernah pudar dari bibirmu” lagi-lagi Kyuhyun menunjuk fotoku, fotoku yang diambil kemarin malam, malam saat Donghae menyatakan cinta kepadaku. Aku tak menyadari kehadiran Kyuhyun malam itu.
                “Minnie-ah..bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?” pinta Kyuhyun.
                “ne...” jawabku parau. Aku benar-benar tak percaya apa yang sudah Kyuhyun lakukan untukku. Dia memelukku erat. Sebuah pelukan perpisahan, sebuah pelukan yang begitu menyesakkan rongga dadaku.  Membuat airmataku mengucur dengan derasnya. Entahlah.. aku bahkan tak bisa menafsirkan rasa yang tertinggal dari hatiku untuk Kyuhyun. Tapi, aku sudah memilih masa depanku Lee Donghae, orang yang selalu membuatku tersenyum, orang yang membuatku bahagia. Selamat tinggal Kyuhyun-ah... selamat tinggal masa laluku.........

THE END
***
Hai. Author datang, jelek ya endingnya? Udah ya. Jadi sedih nih T.T

Selasa, 27 November 2012

FF : Chance part 1



Cast :

·         Cho Kyuhyun
·         Lee Donghae
·         Park Minnie
·         Other cast

Genre : romance , straight

Rating : PG-13

Hai, akhirnya aku kembali‘-‘)/ ini ff keduaku. Masih sangat awam lah dari dunia per ff an. Semoga lebih baik dari ff pertama yang berantakan itu ya-_,-  jangan lupa kritik dan sarannya ya ‘-‘

***

Minnie’s POV
                Aku berlari melawan sinar matahari yang mulai menyinari kota dan membuatku kesulitan melirik jam tanganku, “aiishhh, sebentar lagi aku akan ketinggalan bus” gerutuku. Aku berlari semakin kencang menuju ke halte bus. Ya aku tinggal sendirian di apartemenku sehingga tak ada yang membangunkanku di pagi hari. Orang tuaku sedang bekerja di luar kota, aku tak bisa ikut pindah bersama mereka mengingat aku sudah bekerja di sini.
                “hahh hahh hahh...” aku berhenti sejenak untuk mengatur nafasku yang sudah tak beraturan itu. Ku lirik seseorang yang berdiri tak jauh denganku sedang memperhatikanku. Tubuhnya bersandar pada pagar sebuah rumah yang bisa dibilang cukup mewah.
                Ya, dia adalah namja yang setiap hari selama seminggu ini mencuri senyuman pertamaku di pagi hari, namja dengan postur tubuh tegap, badan yang cukup tinggi dan memiliki bibir tipis itu terus memandang ke arahku sambil tersenyum.
                Aku membalas senyumannya, senyuman pertama yang selalu kusiapkan untuk namjachinguku kembali di rebut olehnya. Senyuman itu selalu menghiasi wajahnya pagi hari selama seminggu terakhir ini. Nuguya? Aku bahkan tak tahu namanya.
                Aku terus berlari dan pada akhirnya berhasil menyusul bus pagi ini, “hah..hah..hampir..hah..saja terlambat” aku kembali mengatur nafasku sambil duduk di kursi bus, aku harus mengantarkan sarapan pagiku kepada namjachinguku. Aku memang terbiasa membuatkan bekal setiap pagi untuknya.
                Semilir angin mulai bermain-main dengan rambutku, pikiranku melayang. Ahh namja yang akhir-akhir selalu memberikan senyuman manisnya untukku mulai mengganggu pikiranku. Aku tersenyum mengingat senyumnya yang menghiasi pagiku. Aku mulai membandingkan namja itu dengan namjachinguku sendiri, Cho Kyuhyun.. Ya....Bahkan, Kyuhyun tak pernah menjadi orang pertama yang memberikan senyumannya kepadaku,  namja yang sudah lama hadir dalam hidupku memang sangat cuek denganku. Bahkan terkadang omongannya terdengar cukup pedas di telingaku, ahh.. aku hanya bisa membalasnya dengan tersenyum, aku tahu Kyuhyun tak bermaksud untuk melukai hatiku.
                Aku dan Kyuhyun sudah hampir 2 tahun berpacaran, meskipun kami masih belum lama menjalin kasih, namun aku sudah lama menyimpan perasaan dengan Kyuhyun, aku dan dia memang kuliah di tempat yang sama, Kyuhyun dan aku sangat berbeda jauh, tak banyak orang yang mengenalku. Sedangkan Kyuhyun adalah namja yang cukup populer di kampusku. Tak sedikit yeoja yang mengidolakannya, termasuk aku.
                Ya, menjadi yeojachingu seorang calon penerus perusahaan Cho merupakan hal yang cukup mengagetkan dalam hidupku, bagaimana bisa seorang Cho Kyuhyun mendekatiku dan menyatakan perasaannya kepadaku, setahuku dia sempat berpacaran dengan model yang cukup terkenal. Bagaimana bisa dia memilih yeoja biasa-biasa saja sepertiku? Berbagai pertanyaan itu kadang menggelitik pikiranku, aku tak berani menanyakan itu kepada Kyuhyun. Biarlah itu menjadi misteri terbesar dalam hidupku.
                Tak terasa bus sudah sampai di tempat pemberhentiannya yang tak jauh dengan kantor Kyuhyun, aku turun dari bus dan berjalan masuk ke dalam kantor Kyuhyun.
                “annyeonghaseyo, ada yang bisa kubantu?” sapa resepsionis.
                “annyeonghaseyo, emm.. bisakah kau memberikan sarapan ini kepada Tuan Cho Kyuhyun?” aku tersenyum sambil menyodorkan kotak makanan kepadanya. Aku tahu Kyuhyun belum datang ke kantor. Dia terbiasa bangun kesiangan sehingga selalu melewatkan sarapan paginya.
                “ne” resepsionis itu mengangguk, bukan tatapan ramah yang biasa kudapatkan dari seorang resepsionis di kantorku, melainkan tatapan membunuh yang siap siaga menyerangku jika kekesalannya sudah memuncak. Aku tahu tak sedikit para pegawai wanita yang membenci dan berpura-pura baik terhadapku hanya karena aku telah merebut namja yang sudah mereka idolakan semenjak Kyuhyun mulai bekerja di sini.
                “ahh kamsahamnida” kataku sambil tersenyum getir dan berbalik menuju pintu keluar, kantorku dan kantornya bisa dibilang cukup dekat, aku tak memerlukan waktu lama berjalan menuju kantorku.

Kyuhyun’s POV
Aku berjalan gontai berjalan masuk ke dalam kantorku. Cih, kalau bukan karena ada meeting pagi ini, aku bahkan takkan sudi menginjakkan kakiku di kantor sepagi ini.
“selamat pagi, Tuan muda Cho” sapa seorang resepsionis yang datang menghampiriku, resepsionis itu tersenyum kepadaku dan membungkukkan badannya. Aku membalasnya dengan membungkukkan sedikit badanku. Ahh.. seorang Cho Kyuhyun memang terkenal dengan keangkuhannya, bukan?
Resepsionis itu menatapku malu-malu, yeoja mana yang tak terpesona dengan ketampanan calon pemimpin perusahaan Cho? Aku membalas senyumnya sambil memamerkan senyuman khasku yang cukup membuatnya lupa akan segala hal selama beberapa menit.
“m...mianhaeyo..tuan...baru saja yeojachingu tuan datang kesini dan memberikan ini...” resepsionis itu menyodorkan kepadaku sebuah kotak bekal berukuran sedang. Aku menelan ludah. Gadis norak itu...
“ah, buang sajalah isinya dan katakan saja padanya kalau aku menikmati bekal darinya...” aku mendorong kotak bekal yang disodorkan padaku dan langsung berjalan melewati resepsionis itu.
Sudah kupastikan resepsionis itu takkan mencelaku atau menceritakan hal-hal yang buruk tentangku kepada teman-temannya, melainkan sebuah pujian yang kudapatkan, para pegawai wanita di kantorku memang sudah dibutakan dengan pesona wajah tampanku. Ya, mereka takkan bisa lagi membedakan hal yang baik dan buruk dalam diriku, terlena dengan senyuman yang kuberikan Cuma-Cuma kepadanya yang pada akhirnya membuatnya melupakan bagaimana caranya bernapas.
Aku tersenyum bangga sambil merapikan jasku. Sebenarnya mereka sudah lama mengetahui bahwa aku sangat jarang sekali menerima sarapan pemberian dari Minnie. Mereka melakukan itu hanya sekedar untuk berbasa-basi agar bisa bertatap muka dan berbicara langsung denganku.
Aku menyusuri lorong yang membawaku ke arah ruanganku berada, tiba-tiba bayangan Minnie, gadis polos dan baik hati itu berkelebat dalam pikiranku. Aku memang selalu menolak sarapan pemberiannya setiap pagi, bukan karena masakannya yang tidak enak, aku hanya memikirkan bagaimana cara Minnie membuatkan bekal untukku dengan penuh cinta, bukankah itu terdengar sangat menjijikkan?
Gadis itu, orang yang selalu menemani dan memperhatikan segala hal kecil tentangku selama hampir 2 tahun ini memang kadang sedikit menggangguku dengan kebiasaan kampungannya, mengantarkan bekal setiap pagi untukku dan berharap aku memakan pemberiannya dengan lahap kemudian mengatakan ‘makananmu enak sekali, aku sangat menyukainya. saranghae’. Ahh, aku bergidik geli. Aku bahkan sama sekali tak tertarik dengannya, gadis culun itu hanya sebagai tameng dalam hidupku selama aku bekerja. Gadis itu yang membuat para pegawai wanitaku  menahan rasa keinginan mereka yang kian membara untuk mengambil hatiku, Gadis itu yang membuatku merasa tenang di rumah tanpa terus di berondong dengan pertanyaan ibuku yang selalu menanyakanku kapan aku akan menikah dengan wanita pilihannya, gadis itu pula yang kujadikan pelampiasan kekesalan dan kekecewaanku terhadap mantan kekasihku Ryena, seorang model cantik dengan postur tubuh tinggi semampai dan lekuk tubuh indah yang pergi meninggalkanku tanpa alasan yang jelas.
Ryena membiarkanku terpuruk sendirian menanti kedatangannya. Tiga bulan setelah penantianku terhadapnya, dia datang menghadapku dengan senyum mengembang dari wajahnya. Kupikir dia datang dan memintaku untuk kembali ke pelukannya,nyatanya dia malah memintaku secara pribadi datang ke pernikahannya. Aku merasa tak ada harganya saat itu juga, jadi penantianku selama ini tak membuahkan hasil, seenaknya saja dia berhubungan gelap dengan mantan kekasihnya dan pada akhirnya memutuskan untuk menikah dengannya. Ya, sejak saat itu aku bersumpah takkan pernah mencintai yeoja manapun di dunia ini, bahkan mungkin istriku sendiri. Sejak saat itu pula aku mulai berubah, aku mengencani berbagai macam wanita yang rela menyerahkan tubuhnya sendiri untuk sekedar memuaskan nafsuku.
                Aku duduk di kursi, dinginnya AC mulai menerpa tubuhku dan membuat bulu kudukku meremang. Aku melirik jam dinding di ruanganku. Sebentar lagi meeting akan berlangsung. Aku mengeluarkan handphoneku dan langsung menghubungi nomor dari kontakku.
                “yoboseo...” kudengar suara di seberang teleponku.
                “hyukjae, kirimkan aku wanita yang mirip dengan Ryena setelah aku selesai meeting. Aku akan membayarmu setelah aku puas bermain-main dengannya” ucapku sambil tersenyum miring.
***
Seoul, South Korea
100110, 10.00 AM
Donghae’s POV
                Aku berjalan menyusuri kota Seoul dengan menenteng berbagai berkas dan data pribadiku. Na Young tidak masuk sejak aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Aku juga sudah mencoba menghubunginya berapa kali namun tak ada hasilnya, Na Young tidak mengaktifkan handphonenya, aku juga sudah mendatangi rumahnya untuk sekedar mengecek keadaannya, namun rumahnya seperti kosong tak berpenghuni. Yah, untuk beberapa hari ini pula aku masih bisa bebas berkeliaran di kantorku, sebelum Na Young menendangku keluar dari perusahaannya.
Ahh, rasanya sudah lama sekali pula aku tak melihat gadis itu lagi, semenjak aku memutuskan hubunganku dengan Na Young, aku berhenti pula untuk menjadi kaki tangannya di kantor dan orang yang rela berpanas-panasan menunggunya keluar dari rumah, dan tentu saja otomatis aku tak bisa lagi melihat gadis itu berjalan melewatiku.
                Selama aku berpacaran dengan Na Young, aku selalu memperhatikan gadis itu berjalan melewatiku dengan semangat yang menggebu-gebu. Dapat kurasakan aura bahagia yang melingkupi perasaannya setiap pagi. Bahkan sepertinya aku merasa jauh lebih mengenalnya dibandingkan dengan Na Young, yeoja yang sudah hampir 2 tahun aku pacari, sekalipun aku tak pernah mengetahui siapa namanya.....
                Sejak berpacaran dengan Na Young, orang yang sangat aku sayangi ini, aku merasa semakin menjadi seorang pengecut. Na Young, yeojachingu sekaligus atasanku sendiri di kantorku adalah wanita yang sangat menjaga harga diri dan nama baiknya di hadapan para petinggi-petinggi perusahaan saingannya. Dia tak pernah mengakui hubungan kami yang sudah berjalan selama hampir 2 tahun ini, dia selalu menyebutku dengan sebutan kaki tangannya. Ahh, aku tak pernah menolak dianggap seperti itu, aku mencintainya. Lagipula, seandainya aku yang pertama memutuskan hubungan gelap ini, tentulah aku akan terancam kehilangan pekerjaanku yang sudah susah payah aku dapatkan. Sudah kubilang, aku adalah lelaki pengecut.
                Selama hampir dua minggu terakhir ini Na Young memintaku untuk menjemputnya setiap pagi karena mobil yang biasa ia pakai sedang di servis dan tak kunjung baik. Mungkin Na Young akan berfikir aku akan menghamburkan uang dengan menyewa mobil untuk sekedar menjemputnya dan menjaga reputasinya di kalangan para petinggi perusahaan. Tentu saja niat itu tak sedikitpun melintas dalam pikiranku. Aku sangat mencintai motorku dan tak pernah berniat untuk menukarkannya dengan mobil.
                Selama hampir dua minggu ini pula aku telingaku terus terasa panas karena ucapan-ucapan Na Young yang kerap memaksaku untuk mengganti motorku dengan mobil. Ahh, aku hanya terus tersenyum kepadanya dan berkali-kali pula menjelaskan kepadanya bahwa aku tidak akan mengganti motorku.
                Ahh, setiap pagi itu pula, aku akan merasa menjadi namja paling sabar yang rela panas-panasan menunggu yeojaku keluar dari rumahnya dan memakiku karena tak kunjung mengganti motorku, tapi di balik semua itu... gadis lucu yang selalu melintas di depanku merupakan penyemangatku setiap pagi. Gadis lucu dengan tubuh yang tak terlalu tinggi dan bibir yang mungil itu melihat ke arahku dan menyunggingkan senyumnya. Yah, aku bahkan tak bisa menafsirkan tatapan dan senyumannya itu. Semua terasa misterius bagiku dan seketika mengacaukan sistem kerja otakku, namun terkadang hanya dengan melihatnya berlari melewatiku cukup menjadi obat yang menenangkan hatiku. Meskipun aku tak pernah berkenalan dengannya, setidaknya aku bisa mencuri senyumannya di pagi hari.
                Banyak orang yang mengatakan kalau sabar itu pasti ada batasnya. Menurutku tidak, kalau sabar ada batasnya, bukanlah sabar namanya. Mereka hanya terlalu lelah dan kehilangan kekuatan untuk terus bersabar, sama sepertiku. Aku sudah terlalu lelah mempertahankan hubunganku dengan Na Young yang tak jelas ini. Aku sudah menunggu selama hampir 2 tahun untuk mendengar Na Young mempublikasikan hubunganku dengannya dan bersedia untuk segera kulamar menjadi Ny. Lee tapi kata itu mungkin mustahil untuk diucapkan oleh seorang Park Na Young, aku bukanlah namja yang haus akan harta kekayaan atau reputasiku yang pastinya akan langsung bisa meroket karena bisa meluluhkan hati yeoja yang di kenal sangat menjaga reputasinya ini. Seandainya aku ingin tetap menunggu, aku pasti akan terus menunggu Na Young, tapi sampai kapan? Bukankah seorang namja juga memerlukan kepastian dari yeojanya untuk bisa melangkah ke jenjang yang lebih serius?
                Ya, seorang Lee Donghae bukanlah lelaki yang pengecut lagi saat itu. Tiga hari yang lalu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Na Young. Aku bahkan sudah berlatih saat malam hari hanya untuk mengucapkan kata itu. Bagaimanapun juga aku tak ingin menyakiti yeoja yang sudah mengisi kekosongan hidupku selama hampir dua tahun ini. Aku bahkan sudah menyiapkan beberapa berkas dan data diriku, berjaga-jaga kalau suatu saat Na Young akan mendepakku dari perusahaannya mengingat aku sudah melukai perasaannya. Selamat tinggal Na Young, aku mungkin akan memberikan kesempatan kepada hatiku untuk mencari penggantimu.. gadis di pagi hari itu.....
                Tak terasa kakiku berjalan menuntunku masuk ke sebuah perusahaan. Aku menelan ludah, “perusahaan keluarga Cho...”  desisku. Perusahaan ini merupakan saingan bebuyutan perusahaan Na Young. Aku membulatkan tekadku untuk memasuki perusahaan ini, berharap akan adanya sedikit belas kasihan dari pemilik perusahaan yang menerimaku di perusahaannya.. Setidaknya, jika aku diterima di perusahaan ini, aku sudah menyiapkan masa depanku apabila suatu waktu Na Young mengusirku dari perusahaannya.
                Aku berjalan mantap menuju meja resepsionis, tiba-tiba seorang gadis berlari menabrakku, aku melihat ke arahnya sekilas dan sukses membuat mataku membelalak, gadis itu.... gadis yang setiap hari memberikan senyuman untukku, sedang menangis?! Untuk apa dia di sini? Ahh berbagai pertanyaan menyelimutiku yang akhirnya menuntunku pergi dari perusahaan Cho dan berlari mengejarnya.
                Aku berusaha mengikuti kemana arah gadis itu pergi dan mengikutinya, aishh, bagaimana mungkin aku menjadi seorang pekerja yang tak profesional? aku melewatkan kesempatanku untuk memperbaiki masa depanku dengan melamar pekerjaan di perusahaan Cho. Bagaimana mungkin aku lebih memilih mengejar gadis itu? Ahh.. bukankan pekerjaan dan gadis itu merupakan masa depanku? Ya, seorang Lee Donghae akan berhenti menjadi pengecut dan membiarkan gadis itu yang akan menuntunnya ke masa depan.

Minnie’s POV
                Aiishh, selama ini aku cukup kesal dengan Kyuhyun yang seenaknya mengatur jadwal berkunjungku ke perusahaannya, “kau hanya boleh datang ke perusahaanku apabila kau tidak sibuk di kantormu dan tidak boleh datang pagi hari ataupun malam hari, karena aku akan sangat sibuk. Kau hanya boleh menemuiku setelah makan siang..bla...bla....bla...”  aku menirukan ucapan Kyuhyun yang terdengar sangat cerewet dan menyebalkan saat membahas masalah kedatanganku ke perusahaannya.
                Aku mencoba untuk curhat dengan sahabatku Minra yang satu perusahaan dengan Kyuhyun, ya aku mengetahui kalau Kyuhyun menjadi idola para pegawai dari Minra. Dari Minra juga, malam itu aku mendengar pernyataan pahit yang membuat dadaku sesak. Kyuhyun sering berkencan dengan membawa para gadis-gadis cantik ke ruangannya.
                “dengarkan aku Minnie-ah~, Kyuhyun bukanlah orang yang tepat untukmu!!” teriakan Minra tadi malam masih terngiang di telingaku.
                Bukannya mempercayai Minra dan langsung menelpon Kyuhyun, alih-alih aku malah balas meneriakinya dan membela Kyuhyun mati-matian. Ya, tadi malam aku bertengkar hebat dengan sahabatku sendiri.
                Batinku mengatakan Kyuhyun bukanlah namja yang seperti itu, bagaimana mungkin Minra bisa menyimpulkan Kyuhyun berkencan dengan berbagai wanita hanya dengan melihat wanita berpakaian seksi masuk ke dalam ruangannya dan bersama dengan Kyuhyun di ruangan itu dengan waktu yang cukup lama.
                “Ya, aku harus mencari tahunya sendiri” aku melangkah masuk ke dalam perusahaan Kyuhyun. Hari ini aku sudah meminta izin kepada atasanku untuk memberikanku  cuti satu hari. Aku takkan bisa berkonsentrasi dengan keadaan hatiku yang terus berkecamuk ini.
                “anyyeonghaseyo nona, ada yang bisa kami bantu?” lagi-lagi resepsionis itu berlaku sok manis di hadapanku.
                “ahh, aku ingin bertemu dengan Cho Kyuhyun” ucapku dingin.
                “maaf nona, tapi Tuan muda Cho tidak ingin di ganggu, dia sedang bersama klien wanitanya.” Kata resepsionis itu lagi.
                Wanita? Ahh, aku sudah mulai kehilangan akal sehatku, ucapan Minra benar-benar harus dibuktikan sekarang. Aku berlari menerobos kerumunan para pegawai kantor itu. Berlari secepat kilat menuju ruangan Kyuhyun. Sayup-sayup kudengar resepsionis itu berteriak memanggil satpam. Ahh aku tak peduli, sekalipun satpam itu akan mengusirku dari perusahaan Kyuhyun. Hanya ada 1 kebenaran yang akan segera terjawab. Minra atau Kyuhyun yang telah membohongiku. Semua ini harus segera terjawab sebelum emosiku terhadap pernyataan Minta berubah menjadi kebencian.
                Aku terengah-engah berusaha meraih gagang pintu yang tertutup rapat itu. Membukanya dengan sekuat tenagaku. Dikunci. Aku semakin curiga saja, dengan gemetar aku mengambil kunci cadangan yang pernah Kyuhyun berikan kepadaku sewaktu aku meninggalkan handphoneku di ruangannya. Kulihat satpam dan resepsionis berlari mendekatiku, mereka sudah hampir menggapaiku.
                Ya... pintu ruangan pun terbuka, dan... apa yang sudah kulihat? Pemandangan menjijikan itu benar-benar terjadi di hadapanku. Kyuhyun tengah berusaha melucuti celana dalam wanita yang sedang dikencaninya. Hatiku pilu melihat keadaan menyedihkan ini, bisa-bisanya orang yang sangat menjaga kehormatanku dan tak pernah menyentuhku ini sedang bercinta dengan wanita jalang itu?
                Kyuhyun terlihat shock saat melihatku, satpam dan resepsionis itu melihatnya dengan keadaan yang begitu menjijikan itu. Aku mulai melupakan bagaimana cara bersikap di dalam perusahaan itu.
                Mukaku merah dan airmataku merebak, membuat pemandangan sekelilingku mengabur, ini bagaikan mimpi... oh Tuhan... aku menyeka airmataku berkali-kali dan kembali memfokuskan mataku dengan namja yang sekarang menutupi bagian sensitif dari tubuhnya yang sudah terekspos jelas di depan mataku, amarahku sudah mengalahkan rasa maluku.
                Aku meludah, “kau masih mempunyai rasa malu? Hah?”
                Kyuhyun dan wanita jalang itu hanya diam terpaku, kemarahanku benar-benar memuncak. Dapat kulihat ketegangan di wajah Kyuhyun, setelah reputasinya hancur gara-gara yeojachingunya sendiri.
                Aku menatap ke arah satpam dan resepsionis yang hanya diam membatu, “KAU BILANG INI YANG DISEBUT KLIEN?? HAH??!! OHH MUNGKIN SAJA KAU JUGA TERMASUK SALAH SATU KLIEN KYUHYUN YANG RELA MENYERAHKAN TUBUHMU UNTUK DINIKMATINYA?? HAH??!!” tudingan itu meluncur begitu saja dari bibir mungilku. Mata resepsionis itu membesar saat dia mendengar tuduhan yang kulontarkan padanya. Dia tak berani menyanggah, mungkin tak bisa mengelak lagi saat aibnya ketahuan. Cih.
                Airmataku kembali memenuhi pelupuk mataku. Namja yang sudah lama kucintai ini...bisa-bisanya dia hanya mempermainkanku. Aku berlari keluar kantor secepat yang aku bisa, aku membencimu Cho Kyuhyun.
                BUKKK!! Aku menabrak seseorang. Airmataku sudah benar-benar memenuhi kedua bola mataku sehingga cukup menyulitkanku untuk mengetahui siapa yang kutabrak. Aku langsung berlari meninggalkan orang itu.
                Aku berlari menuju taman, menumpahkan semua kekesalanku disana, membayangkan sosok Cho Kyuhyun yang begitu sempurna selama beberapa tahun ini sekarang semuanya terasa palsu, senyumnya, candanya, semua terasa hanya sandiwara belaka.
                Aku terduduk di dekat bangku taman, menumpukan kedua tanganku di atas bangku dan membenamkan wajahku di sana. Pada kenyataannya, hanya aku yang merasa bahagia memiliki Kyuhyun, bukan dia. Kyuhyun tak pernah merasa bahagia saat bersamaku. Ya, senyum bahagianya itu hanya ditunjukkan kepada mantan kekasihnya, Ryena. Bagaimana mungkin seorang gadis biasa-biasa saja ini bisa mengalahkan pesona Ryena dimata Kyuhyun? Bagaimana mungkin Kyuhyun melupakan masalalunya itu dan langsung jatuh cinta dengan gadis sepertiku? Apakah ini merupakan takdirku harus jatuh cinta sendirian? Ahh, jatuh cinta itu hanya untuk orang-orang yang saling mencintai, bukan sepertiku yang harus mencintai sendirian.
                Kurasakan seseorang menyentuh bahuku dan menarik lenganku. Kyuhyunkah? Aku menoleh menatap orang yang ternyata adalah....... namja itu......... namja yang setiap hari selama hampir dua minggu ini mencuri senyumanku. Namja itu membimbingku untuk duduk di bangku taman, di sampingnya. Aku menuruti permintaannya dengan keadaan wajahku yang sangat kusut, namja itu datang dan mengusap airmataku dengan kedua ibu jarinya. Memamerkan senym tipisnya.
                “uljimaaa” bisiknya, namja itu menepuk-nepuk bahunya, menyuruhku untuk segera menumpahkan kekesalan di bahunya. Aku menurut, membasahi jaket coklat yang dikenakannya dengan airmataku, namja ini.... bagaimana mungkin bisa membuatku nyaman, namja yang tak pernah kuketahui namanya ini hanya berusaha menenangkanku. Dia tak berbicara sepatah katapun dan hanya membiarkanku terlarut dalam kesedihanku.
                Aku meremas ujung jaket namja ini dan berteriak kesal, memori-memori saat aku bersama dengan Kyuhyun, saat Kyuhyun menjatuhkan pilihannya dengan menjadikanku sebagai yeojachingunya, saat Kyuhyun membelai rambutku...arrgghhh!! semuanya hancur bagai keping-keping puzzle di otakku. Pemandangan menjijikan itu terus saja  bermain-main di otakku.
                Setelah puas menangis di hadapan namja yang tak kukenal itu. Aku berniat pulang, “gamsahamnida ” ucapku sambil membungkuk ke arahnya. Lama sekali aku membungkuk ke arahnya, namja yang tak kukenal ini sudah meluangkan waktunya untuk mendengarkan isak tangisku. Aku bahkan tak kuasa mengucapkan satu katapun padanya. Pikiranku benar-benar kacau.
                “ne, hmmm... ” namja itu juga terlihat bingung harus berkata apa melihat reaksiku yang sedikit berlebihan ini. Aku hanya tersenyum getir ke arahnya. Mungkin dia memaklumi dengan keadaanku yang sudah hancur berkeping-keping ini dengan tidak menanyakan pertanyaan yang membuatku bertingkah layaknya orang gila. Aku berniat untuk meninggalkan namja itu, tiba-tiba namja itu menarik tanganku.
                “bisakah kau memberikan kartu namamu?” tanyanya.
                “ahh... ” aku mengeluarkan tasku dan memberikannya kartu namaku. Namja itu tersenyum puas saat membaca kartu namaku, “ahh...  Park Minnie-ssi, panggil saja aku Donghae” ujarnya sambil terus tersenyum kepadaku, “aku harap ini bukanlah pertemuan terakhir kita” lanjutnya.
                “ne” ucapku parau, aku membalas senyumannya, ahh... namja yang kukenal hanya lewat senyumannya setiap pagi ini, bisa menenangkanku hari ini....
***
Seoul, South Korea
100113, 08.00 PM
                Aku duduk di bangku taman kesukaanku. Dulu, sewaktu aku masih kecil, aku selalu menghabiskan waktuku dengan bermain-main di sana bersama dengan ayah dan ibuku sepulang mereka bekerja.
Ahh, aku sangat merindukan mereka. Setelah ayah dan ibuku pensiun dari pekerjaan mereka yang sekarang memisahkan jarak antara aku dengan mereka, mereka pasti akan segera kembali ke rumah dan menjadi keluarga utuh lagi dengan diriku. Hanya saja, sampai sekarang aku masih tak bisa memastikan kapan mereka akan pensiun.
Aku menghirup udara sebanyak mungkin, mengisinya ke dalam rongga-rongga dadaku, mengalirkannya ke arah mulutku dan membiarkan rongga mulutku terisi penuh dengan udara. Tiba-tiba seseorang mencubit pipiku dan tanpa sadar aku menghembuskan udara itu melalui mulutku.
“yakk!!” aku langsung menepis tangan orang yang dengan beraninya mencubit pipiku itu. Mataku mendelik kesal ke arah orang itu, ternyata.... namja itu lagi. Donghae, orang yang sudah membuatku meluapkan segala kesedihanku saat putus dengan Kyuhyun, namja yang membiarkan jaketnya kotor dan basah karena airmataku. Orang yang dulu setiap pagi dengan beraninya mencuri senyumanku kini tengah beralih dari tempatnya dan duduk di sampingku.
Kulihat mulutnya sedang sibuk mengunyah permen karet, “hi, apa kabar?” sapanya.
“b..baik Donghae-ssi...” aku terbata menjawab pertanyaannya, masih terasa asing bagiku melihat perlakuan dari namja ini yang seperti sudah sangat lama sekali mengenalku.
“jangan memanggilku dengan bahasa yang terlalu formal seperti itu... panggil saja aku Donghae, oh ya, karena aku lebih tua beberapa tahun darimu, panggil aku Oppa..” dia terus mengunyah permen karetnya sambil terus berbicara denganku.
“ah...mianhamnida...” lagi-lagi aku mengeluarkan bahasa formalku kepadanya.
“aigoo...” Donghae meludahkan permen karetnya ke sembarang tempat.. aisshh.. tidak sopan, rutukku dalam hati, “sedang apa kau disini?” lanjutnya sambil memamerkan senyum khasnya yang sedari tadi tak kulihat gara-gara permen karet itu.
“entahlah, hanya melihat anak-anak itu bermain di taman” jawabku jujur.
“kau suka anak-anak?” tanyanya lagi.
“mollayo. Sepertinya iya, aku tak mempunyai saudara. Hmm.. daritadi aku hanya memperhatikan keadaan mereka yang sedang tersenyum bahagia, hidup dalam dunia dalam keadaan tanpa beban.. ah anak-anak yang manis..” aku melanjutkan, “maksudku, disini mereka sedang tertawa bahagia, yeah, melihat orang tertawa bahagia saja sudah cukup membuatku bisa mengurangi kekecewaanku. Di saat kesedihan muncul, di saat itu pula kebahagiaan menyusulnya. Bukankah kebahagiaan itu selalu berjalan berdampingan dengan kesedihan? Mungkin saat ini aku hanya sedang tidak berpijak pada roda kebahagiaan..” aku menjabarkan perasaanku kepada seorang namja yang bahkan sama sekali tak mengerti jalan hidupku. Ya, sampai sekarang mungkin dia masih tidak mengerti dengan keadaanku dan kenapa aku menangis saat itu.
Donghae memalingkan wajahnya dari taman dan beralih memandangku, tatapan matanya yang meneduhkan itu menatapku tepat di kedua bola mataku, “yah, sangat sulit mengatakan bahwa aku juga sejalan denganku”
“maksudmu?” tatapku tak mengerti, sejalan?
“aku juga sedang bersedih, harus berpisah dengan orang yang aku sayangi. Orang yang selama ini sudah lama mengusik akal pikiranku, membuatku lupa akan segalanya dan menjadikannya sebagai pusat duniaku saat itu. Sayang aku terlalu pengecut untuk melanjutkan hubunganku yang tak tentu arah itu dengannya dan nekat mempertaruhkan pekerjaanku dengan memutuskannya pertama kali. Sungguh lucu memang mendengar seorang bawahan rendahan sepertiku bisa menjalin kasih dengan atasan wanitanya dalam tempo waktu yang cukup lama. Tapi inilah kenyataannya. Selama seminggu ini aku merasa sudah benar-benar menyakiti hati seorang yeoja. Dia bahkan sudah tak masuk lagi ke kantornya sejak kejadian itu. Setiap hari pula aku berusaha menghubunginya dan mendatangi rumahnya, tapi tak pernah mendapatkan respon darinya. Untuk saat itu, aku merasa seperti orang gila yang mondar-mandir di depan pagar rumahnya, namun Na Young tak pernah mau membukakan pintu pagar rumahnya untukku. Sudah kubilang, aku terlalu pengecut untuk menyelinap masuk ke dalam rumahnya, sekedar menemukannya di dalam rumah dan berlari memeluknya..”
Aku terhenyak mendengar penjelasannya. Ugh. Mataku mulai terasa panas lagi,kenapa namja ini harus mengungkit masalah percintaannya yang membuat pikiranku kembali menuntunku mengingat wajah Kyuhyun?
Aku berusaha menghapus kilasan-kilasan wajah Kyuhyun dengan berkonsentrasi menatap mata namja di hadapanku ini. Matanya seakan berbicara dengan mataku dan sepertinya berusaha mengatakan sesuatu yang tak bisa kutafsirkan, matanya seakan berbicara ‘mungkin aku akan melupakan yeoja itu dan menjadikanmu masa depanku, pusat duniaku yang baru’ ckckkc aiishh.. bisa-bisanya aku menafsirkan pandangan matanya yang misterius itu. Ya, aku merasa sangat nyaman di dekatnya, meskipun kami baru saja bertemu 2 kali tapi caranya memperlakukanku layaknya orang yang sudah bertahun-tahun mengenalku. Atau ini hanya perasaanku saja? Bukankah orang yang sedang patah hati itu tidak bisa berpikir jernih? Mungkin saja efek berpisah dengan dengan Kyuhyun membuat sentuhan biasa dari seorang namja ini terasa spesial di hatiku.
Donghae rupanya mulai menyadari perubahan air mukaku ketika dia membahas masalalunya, dia langsung meloncat dari bangku taman, meraih sapu tanganku. Matanya tak pernah lepas dari manik mataku, “perhatikan sapu tangan ini” suruhnya.
Aku menurutinya dengan ekspresi muka bingung. Ia tersenyum dan tiba-tiba saja dari sapu tanganku keluar setangkai bunga mawar berwarna merah muda.
“ah ini untukmu..” ujarnya sambil mempersembahkan setangkai bunga mawar merah mudah itu kepadaku.
“yeppeo!!” seruku, refleks saja tanganku terulur meraih tangkai mawar yang diberikannya, aku menghirup dalam-dalam wangi dari mawar itu, menyesap aroma yang keluar dari bunga mawar itu dengan hidungku, “kenapa harus merah muda?” tanyaku.
“karena aku tahu kau berhati lembut, mawar ini untuk melambangkan hatimu yang sesungguhnya..” terangnya. Donghae beranjak dari tempatnya dan menjulurkan tangannya di depanku. Meraih tanganku yang tergantung bebas di udara, “ayo kita mencari es krim, aku yang akan mentraktirmu...” lagi-lagi namja ini berlaku manis di hadapanku.
***

Kyuhyun’s  apartment
100124, 14.40
Kyuhyun’s POV
            “Argghhh!!” aku mengacak rambutku dan membuatnya berantakan. Ah, aku benar-benar tidak bisa melakukan hal yang benar lagi sejak kepergian gadis itu. Ya, setelah aku berpisah dengan Minnie, aku semakin kehilangan konsentrasi bekerjaku. Kehilangan semangat hidupku.
                Kenapa di saat aku sudah berpisah dengannya aku baru menyadari bahwa aku sudah melupakan Ryena dan beralih mencintainya?
                Aku berjalan ke arah sebuah kamar yang kukhususkan hanya aku saja yang boleh memasukinya. Sebuah kamar rahasia yang bahkan sangat kujaga privasinya melebihi kamar pribadiku sendiri.
                Perlahan-lahan aku membuka kamar itu, “ah..bahkan kau tidak sadar, sudah 6 bulan terakhir ini kau tak pernah menyentuh kamar ini..” aku berbicara pada diriku sendiri. Membatu dengan pemandangan yang ditimbulkan dari kamar ini. Kamar ini terlihat kusam dengan hiasan sarang laba-laba dan tumpukan debu yang menyelimuti ruangan ini.
                Berbagai macam ekspresi tergambar di dinding tembok kamar ini. Ya, dulu sewaktu aku masih berpacaran dengan Ryena, aku masih melakoni hobiku sebagai fotografer, menghabiskan waktuku bersama Ryena dan menyuruhnya bergaya di depan kamera hanya untukku. Tentulah bagi seorang yang gila kamera seperti Ryena tak menyulitkannya untuk berpose sesuai keinginanku untuk kuabadikan di kamera.
                Berbeda sekali dengan Minnie, dia bahkan sangat membenci kamera, itu juga merupakan salah satu alasan untukku memilihnya menjadi pacarku. Melupakan kamera yang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Ryena.
                Aku tak pernah sadar, sejak kehadiran Minnie di hidupku. Secara tak langsung aku mengenalnya sebaik aku mengenal diriku sendiri. Meskipun aku tak pernah berniat mengingat semua kenanganku dengannya dan tenggelam dalam khayalanku bersama Ryena, tapi kebersamaanku dengan Minnie perlahan menghapus semua ingatanku tentang Ryena.
                Aku hanya tak menyadari hal itu dan bersikap seolah-olah aku tak bisa melupakan Ryena, meskipun aku selalu menolak sarapan pagi yang dibawakannya untukku. Bukankah setiap pagi aku selalu mengharapkan ada seorang resepsionis yang datang ke arahku dan menyodorkan kotak makanan itu kepadaku? Bukankah aku yang selama ini mengacuhkan perhatiannya terhadapku itu namun secara diam-diam terus mengharapkan perhatiannya tak pernah pudar terhadapku?
                “Park Minnie, kau merangkak masuk ke dalam hatiku, mengubah perasaanku perlahan dan membuatku tak menyadarinya. Ya Park Minnie-ahh!!” aku berteriak geram, “aku merindukanmu. Bahkan sekarang hidupku terasa semakin kacau saat melihatmu pergi bersama namja yang tak kukenal itu. Yak!! Park Minnie-ahh.. apakah kau sudah melupakan kisah cinta kita yang berjalan selama hampir dua tahun itu?” aku berteriak frustasi.
                Tiba-tiba saja kantong celanaku bergetar, “yoboseo” jawabku dingin saat melihat nama yang terpampang di layar ponselku. Hyukjae.
                “yak! Kyuhyun-ahh.. akhir-akhir kau tidak memesan wanita yang mirip dengan Ryena lagi, huh?!  Aku sudah menyiapkannya khusus untukmu.” Aku mendengar suara tawa renyah yang di timbulkan oleh Hyukjae di seberang telepon. Ah, aku bahkan sudah tak memiliki hasrat untuk menyentuh wanita-wanita jalang itu lagi. Ya, bahkan aku tak menyadari hal ini. Aku tak pernah menyentuh Minnie, aku menghindari menyentuhnya dari napsu iblisku ini dengan menimbulkan persepsi dalam diriku bahwa dia terlalu polos dan tidak pandai dalam urusan ini. Ya, bahkan secara tidak langsung aku melindunginya. Aku sudah merasa dia adalah bagian dari hidupku. Akal pikiranku secara refleks selalu melindungi fisik dan batinnya dari hal yang akan menyakitinya.
                “heii!! Kyu... apa kau baik-baik saja?” hyukjae berusaha menyadarkanku dari lamunanku tentang Minnie.
                “ah hyung, aku sedang tidak tertarik. Simpan saja yeoja-yeoja itu untukmu” jawabku lirih sambil menutup ponselku.
“ Ya Minnie-ahh.. aku akan merebutmu kembali ke pelukanku sebelum namja itu membuatmu melupakanku” ucapku sambil meraih kunci mobilku dan berlari menuju ke garasi.

Donghae’s  apartment
100124, 15.15
Donghae’s POV
                Ahh, hari ini aku puas sekali mengerjai Minnie dan sukses membuatnya berkali-kali meneriakkan namaku hanya gara-gara aku berhasil mengalahkannya dalam permainan basket. Ah gadis polos itu, aku bahagia bisa mengembalikan sisi keceriaan dan kelembutan dari gadis itu, aku bahagia bisa membuatnya melupakan masalah yang menderanya dan membuatnya kehilangan senyumnya.
                Setiap hari, sejak pertemuanku dengan Minnie, aku semakin ketagihan untuk menemui dan menghiburnya, bahkan ketika malam tiba. Suara Minnie itu terasa sangat memabukkan di telingaku. Dia juga wanita yang sangat baik, rela menghabiskan waktunya untuk sekedar membantuku menyiapkan berkas dan data diriku saat aku berniat untuk melamar kerja. Ah rasanya sangat menyenangkan merasakan yeoja yang kau sayangi dan pekerjaanmu bisa berjalan maju beriringan. Tidak seperti saat aku dengan Na Young, pekerjaanku memang terus berjalan maju, tapi hubunganku? Hft.
                Ting Tong. Aku mendengar suara bel di tekan dari luar. Aku bergegas keluar dan membukakan pintu apartemenku. Kuharap itu adalah Minnie, mengingat kemarin aku telah memberikan kartu namaku kepadanya. Tidak adil rasanya dia membiarkan aku sendirian memiliki kartu namanya dan membuatku mengetahui identitas dirinya tanpa dia mengetahui identitas diriku. Setidaknya, siapa tahu dia memberanikan diri datang ke apartemenku.
                “hai, Donghae...” aku mendengar sebuah suara yang terdengar amat pilu di telingaku, Na Young datang menemuiku? Untuk apa? Bukankah selama ini dia tidak pernah muncul di kantor dan selalu mengabaikanku?
                Tangan mungil gadis itu meraih pundakku dan membenamkan wajahnya di sana, untuk kali ini aku masih dapat merasakan aura pedih yang dibawa oleh gadis ini. Aku masih dapat merasakan getaran jantungnya saat dadanya menyentuh dadaku. Aku tahu dia masih sangat mencintaiku. Cengkraman tangannya di pundakku takkan bisa menutupi semuanya. Dia hanya gadis yang telah dibutakan oleh harga diri dan reputasinya itu...
                Tanganku terasa ngilu dan lidahku terasa kelu untuk sekedar mengelus rambutnya atau berbicara dengannya. Aku hanya diam membatu membiarkan Na Young menumpahkan segalanya di bajuku. Ah Donghae, bukankah kau selalu bersikap seperti ini ketika melihat wanita yang kau sukai menangis di hadapanmu?
                “Oppa..aku mohon kembalilah....” ucapnya lirih, “aku akan melakukan apa saja untukmu asalkan kau kembali di hidupku oppa,. Jebal. Maafkan segala keegoisanku selama ini..oppa.. saranghae...saranghae... ” Na Young mengguncang-guncang bahuku. Memaksaku menatap matanya yang sarat akan kesedihan itu.
                “lihatlah oppa...” Na Young menggulung jaket yang daritadi di pakainya, aku bergidik ngeri melihat ukiran namaku di tangannya. Na Young menggores kulitnya dengan silet hanya untuk menuliskan namaku?
                “hentikan perbuatan bodohmu itu Na Young, kau hanya akan celaka kalau berlaku bodoh seperti itu” sial. Aku kehabisan kata-kata.
                “apalah artinya hidupku sekarang Oppa?  Percuma saja aku hidup kalau oppa sudah tak ada lagi di sisiku. Oppa.. jebal.. kembalilah” pintanya sekali lagi.
                Lidahku benar-benar mati rasa, aku tak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku menerima permintaan Na Young? Jika aku menerimanya bagaimana dengan Minnie? Jika aku menolak Na Young, itu berarti sebentar lagi aku akan menjadi seorang pembunuh secara tidak langsung. Haruskah aku menceritakan semuanya kepada Minnie dan melihatnya kembali bersedih? Oh Tuhan apakah seorang pecundang harus diberikan opsi yang sangat menyulitkan ini?

100124, 15.15 (at the same time)
Minnie’s POV
                Aishh.. kenapa hari ini perasaanku tidak enak? Apakah karena Donghae? Sepertinya aku harus pergi ke apartemennya dan menemuinya sekarang. Aku berlari menyusuri jalanan kota dan bergegas mencari taksi.
                Tiba-tiba langkahku dihentikan oleh sebuah mobil yang berhenti tepat di depanku. Sepersekian detik kemudian, aku baru menyadari kalau pemilik mobil itu adalah Cho Kyuhyun.
                Seketika itu juga lututku terasa lemas dan badanku terasa kaku, Kyuhyun? Untuk apalagi dia muncul di hadapanku? Kyuhyun keluar dari dalam mobil dan menyeretku ke arah sebuah bangunan tua, dia menyeretku paksa.
                “yak!! Cho Kyuhyun, lepaskan..” aku berusaha melepaskan tanganku. Tanganku terasa berdenyut nyeri saat dia melepaskan tanganku. Aku dapat merasakan kekesalan dan kemarahan yang membuncah dalam dirinya.
                Kyuhyun mendorongku ke tembok bangunan itu dan menciumku kasar. Lidahnya berusaha memaksa masuk ke dalam mulutku. Aku dapat merasakan kegundahan yang ada pada dirinya dari cara dia menciumku. Aku mengunci bibirku rapat-rapat dan berusaha melepaskan ciumannya.
                PLAKK!! Sebuah tamparan mulus mendarat di pipi Kyuhyun, “kau sudah gila Kyuhyun-ahh!!”jeritku.
                “ya, aku memang sudah gila Minnie-ah.. aku merasa sangat bodoh sudah berlaku jahat kepadamu.... ” ucapnya pilu. Dia meraih batu bata yang berada tak jauh dari tempatku dan dia. Ada beberapa tumpukan batu bata dari sebuah bangunan tua ini, “kau tau....” Kyuhyun mengepalkan tangannya dan meninjukan tangannya ke arah batu bata itu.
                Aku menjerit ngeri di buatnya, bagaimana mungkin? Batu bata itu terbelah dua hanya dengan satu kali pukulan? Tubuhku semakin lemas saat tangan Kyuhyun sudah dipenuhi oleh darah segar yang mengucur deras dari sela-sela jari tangannya. Kyuhyun langsung menarik tubuhku dan melingkarkan tangannya di badanku. Tubuhku sekarang sudah dipenuhi darah yang ditimbulkan oleh luka di tangannya.
“jangan bertindak bodoh seperti itu” desisku. Kyuhyun hanya terdiam, dia membenamkan wajahnya di pundakku. Aku merasakan cairan hangat mengalir di pundakku. Kyuhyun menangis?
                “aku mohon Minnie-ahh...dengarkan penjelasanku dulu..” Kyuhyun meminta ijin kepadaku untuk menjelaskan sesuatu. Penjelasan apa lagi? Penjelasan bahwa selama dua tahun ini dia tak pernah mencintaiku? Aku menyerah, akhirnya aku memberikan ijin kepadanya.
                Ahh jantungku terasa berdetak semakin keras saat mengetahui Kyuhyun membalas cintaku. Sedikit terlambat, meskipun dia tak pernah menyadari berapa lama waktu yang dia perlukan untuk melupakan Ryena dan beralih mencintaiku.  Aku tak kuasa menahan airmataku mendengar segala pengakuannya. Mengetahui keadaan yang sebenarnya bahwa Kyuhyun sudah lama menjadikanku hanya sebagai tameng dalam hidupnya.
                “Minnie-ahh...kembalilah padaku.... kita mulai semuanya dari awal...” pintanya lirih.
                Aku hanya diam membatu mendengar permintaan gilanya itu. Ya, dari lubuk hatiku yang terdalam, aku masih mencintainya. Aku masih mengharapkannya datang dan  menemaniku sepanjang hidupku. Tapi di sisi lain, aku sudah berjanji ingin melupakannya,membiarkan Donghae perlahan-lahan menyusup masuk ke dalam hatiku, dan...hatiku kembali terluka saat mengetahui keadaan yang tak pernah aku ketahui. Saat kejujuran itu terdengar sangat menyakitkan, saat aku merasa jauh lebih baik terlena dengan semua sandiwara Kyuhyun sebelum dia menyadari dia juga mencintaiku..
                 Pilihan ini terlalu berat untukku, banyak orang yang bilang kalau masalalu itu ada hanya untuk di kenang. Bukankah keadaan itu hanya berpihak pada orang mempunyai satu jalan di depannya? Saat ia hanya dihadapkan pada masa depannya. Namun ketika dia mempunyai dua jalan di hadapannya siapa yang harus ia pilih? Masa depannya atau masa lalunya? Haruskah aku memberikan kesempatan untuk Kyuhyun memperbaiki dirinya dan memintaku mengulang semuanya dari awal? Melupakan masa laluku dengannya yang yang suram dan kembali membentuk pribadi yang baru? Ataukah aku harus memilih Donghae? Memberikan kesempatan kepadanya untuk menyusup masuk ke dalam hatiku dan menjadi orang yang kuyakini sebagai masa depanku setelah kepergian Kyuhyun?
TBC---
***
MENURUT KALIAN MINNIE HARUS MEMILIH SIAPA? Oke author galo nih harus memilih siapa-_,- secara mereka bedua bias author di suju, jujur author gabisa bayangin endingnya bakal sama siapa. Voting dulu ya. Pilih Kyuhtyun apa donghae? U__u
Oh iya bagi yang mual baca ff author dipersilakan mengambil ember yang sudah disediakan -_,- makasih. Mohon kritik dan sarannya ya. *bow*