Jumat, 02 Agustus 2013

FF KRIS: KNOW ME FIRST KISS ME LATER PART VI

KNOW ME FIRST, KISS ME LATER(PART VI)
Author:  Mei F.D


Cast :

·         Wu Yi Fan/ Kris EXO M as Kristanius A. S.

·         Mello as Priscilla N. Melody

·         Delida Rahardika as Delida

·         Kim Jong Dae as Dae

·         Do Kyungsoo as D.O

·         Oh Sehun as Odult

Length : multichapter

Genre : romance, drama, antara kocak dan ngenes ckck

PG : 15++
Dibaca dulu siapa tau suka, kalau gak suka baru tekan tombol back^^. Klo ff ini dijamin udah tamat hehehe. Jgn lupa follow @meiokris :*
***
Author’s POV
Awan mendung berarak menuju danau karena di tiup angin, di danau inilah air hujan jatuh setetes demi setetes dan perlahan mendarat mulus di kulit Mello. Danau adalah saksi bisu drama menyedihkan antara dia, Miranda dan Kris.
Mello terduduk lemas menahan emosi jiwanya yang menyesakkan, membuat paru-parunya seperti dipukul benda tumpul, tak berdarah namun terasa amat nyeri. Di tatapnya arah kepergian Kris dan Miranda yang menyusulnya itu, sepi... hanya kilasan-kilasan drama beberapa menit yang lalu berkelebat di benaknya.
DO...jemput aku di taman dekat danau ya..
Mello mengirim pesan singkat itu pada DO, ia tahu DO bukanlah lelaki bodoh yang tak bisa menyadari kalau cewek yang sedang di seberang teleponnya sedang terluka, biarlah dia sendiri dulu, ia tak yakin DO akan menyetir dengan selamat kalau tahu keadaan Mello.
Mello menghela napas berkali-kali, berusaha menetralkan pacuan detak jantungnya dan butiran kristal yang mendesak ingin keluar... ia tak tahan lagi...
Mello menangis.. merintih.. meneriakkan nama Kris di sela-sela suara hujan yang dengan kejinya menenggelamkan suaranya. Mello bahkan tak terlalu jelas mendengar rentetan teriakannya, semuanya terlalu berdengung, menyesakkan dan menyakitkan.
Ia berteriak parau meratapi nasibnya sendiri yang ditinggal kekasih yang bahkan cuma dimilikinya beberapa menit itu. Hilang sudah, sia-sia...usahanya membuat seorang Alva jatuh cinta padanya..
“iya aku memang bodoh!! Aku memang bodoh mencintainya!! Aku bodoh terus-terusan menunggunya!! Aku bodoh karena selalu memikirkannya!” suaranya memelan, “kenapa kau tega melakukan semua ini Kris...kenapa...” ia tersedu.
Kepercayaan dirinya sudah benar-benar lenyap, hatinya remuk.. airmata yang mengalir deras di sudut matanya bahkan tak kuasa mewakili kesedihan yang membuncah pada dirinya. Terlalu banyak emosi dan terlalu banyak umpatan yang ingin ia keluarkan.
Hidungnya terasa sakit dan matanya terasa perih karena air hujan yang terus-terusan mengguyur tubuhnya..semua sakit, dingin dan perih yang ia rasakan di tubuhnya kini tak sebanding dengan rasa perih yang menusuk hatinya.
“Melloooo” DO berteriak diantara hujan yang turut menenggelamkan suaranya. Tenggorokannya benar-benar terasa sakit karena harus meneriakkan nama Mello berulang-ulang.
Mello merasakan ada yang memanggilnya, ia menoleh hingga akhirnya ia dan DO bertemu pandang..
“Mello....” DO berlari ke arahnya.
Mello mencoba beranjak dari tempat duduknya, ia mencoba berdiri namun kakinya sudah benar-benar terasa lemas sekarang, ia jatuh terduduk.
Mello meremas rumput di dekatnya, ia merasa tak mempunyai gaya gravitasi lagi, ia tergugu meratapi kepergian Kris, bahkan genangan air yang tercipta di depannya seakan mengejeknya dengan menampilkan refleksi dirinya yang benar-benar kacau. Mello terus menangis hingga akhirnya pandangannya mengabur dan semuanya terasa gelap.
I often close my eyes and I can see you smile
You reach out for my hand and I'm woken from my dream
Although your heart is mine... It's hollow inside
I never had your love and I never will

And every night.. I lie awake
Thinking maybe you love me... Like I've always loved you
But how can you love me... Like I loved you when
You can't even look me straight in my eyes

I've never felt this way to be so in love
To have someone there, yet feel so alone
Aren't you supposed to be the one to wipe my tears
The on to say that you would never leave

The waters calm and still
My reflection is there
I see you holding me but then you disappear
All that is left of you
Is a memory... on that only, exists in my dreams

I don't know what hurts you but I can feel it too and it just hurts so much
To know that I can't do a thing and deep down in my heart
Somehow I just know... that no matter what
I'll always love you...........
So why am I still here in the rain..........

Alva....aku bahkan tak bisa menjangkaumu...
Walaupun saat itu aku sudah memilikimu...
Aku tau kau masih mencintainya dan separuh hatimu masih bersamanya..........
***
DO menatap wajah tenang yang tengah berbaring di atas tempat tidurnya, di telusurinya wajah Mello, cantik, pujinya.
DO beberapa kali mengompres gadis yang berada di depannya sekarang, Mello demam tinggi semenjak kejadian itu sehingga DO harus memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.
Diam-diam ia beranjak dari tempat duduknya dan menundukkan wajahnya di depan Mello, dikecupnya pelan bibir gadis yang di cintainya perlahan, di elusnya bibir bawah Mello yang masih pucat.
Mello bergerak-gerak dalam tidurnya yang membuat DO kelabakan karena takut ketahuan telah mencuri ciuman Mello, “mmhhh...gege...” gumamnya dalam tidurnya.
“bahkan kau masih memimpikannya dan dia masih menjadi satu-satunya pangeran bunga tidurmu” DO menatap Mello prihatin.
Ia mengecek ponsel Mello dan mendapati puluhan chatting, puluhan panggilan terjawab dan segalam macam usaha dari Kris untuk menghubungi dan mencari keberadaannya.
Mell...
 Mell maafkan aku...
Mell...kamu di mana sih?!
Mello aku janji akan menemuimu...
Daaaan puluhan pesan dari Kris yang membuat DO ingin meludah di tempat, DO memandang Mello sebentar, di hapusnya seluruh pesan dari Kris dan tak lupa memblacklistnya.
“kau lebih baik tidak usah berhubungan dengan Kris lagi” ujarnya lirih.
“Mello...” DO membangunkan Mello yang masih tertidur, diceknya suhu badan Mello yang masih panas.
“hhhh apa” Mello menggerakkan matanya dan mulai membukanya perlahan
“makan siang dulu ya ntar sambung lagi tidurnya” bujuk DO sambil membetulkan letak bantal Mello.
“nggak mau makan” tolaknya. Ia memejamkan matanya lagi.
“makan sedikit say...err... Mell... baru minum obat” DO bersikeras mendudukkan Mello dan menyuapinya.
Akhirnya Mello mulai membuka mulutnya sedikit dan mulai memakan buburnya dengan wajah yang ditekuk, sesekali DO menyeka bubur yang meleleh di sudut Mello, ia juga yang mengurut pelan punggung Mello ketika Mello terbatuk dan berniat untuk memuntahkan makanannya.
DO beberapa kali harus mengelus dadanya, menahan keinginannya untuk tidak menciumi gadis di hadapannya ini.
*
Setelah DO selesai menyuapi Mello dan membiarkan untuk tertidur lagi, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.
DO langsung mengalihkan perhatiannya dari Mello dan berjalan membukakan pintu, begitu pintu terbuka ia tercekat dengan sosok yang muncul di hadapannya sebagai tamu. DO menyeringai.
BUKKK!! Sebuah tonjokan mendarat mulus di wajah tamunya. Kris jatuh tersungkur. DO kalap dan membabi buta, sebelum tamu yang datang ke rumahnya itu bangkit, ia sudah lebih dulu melayangkan bogem mentah untuk yang kedua kalinya. Napasnya memburu.
DO berusaha mengontrol emosinya, kalau saja Kris bukanlah lelaki yang dicintai Mello sepenuh hati mungkin detik ini juga ia sudah membunuhnya. Kris tetap diam, tak melawan ketika menghadapi serangan dadakan dari bawahannya.
Kris hanya menatap DO dengan pandangan terluka sambil menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya.
“kenapa?? Kenapa kau tak membalasku Tuan Alva?! Kenapa? Aku Cuma bawahanmu dan kau bisa saja menghancurkan hidupku dalam sekejab!!” DO menarik kerah kemeja Kris yang masih terduduk di terasnya seraya berkata, “bapak boleh menghancurkan hidup saya tapi jangan pernah menghancurkan hidup Mello!!” ia menggeram.
“calm down, aku kesini untuk meminta maaf” Kris menepis tangan DO sambil berdiri dari tempatnya.
DO meludah, “meminta maaf? Semudah itu kau mengucapkan maaf sedangkan wanita yang kau sakiti sedang benar-benar terluka karenamu?! Brengsek!!” tangannya mengepal.
“kau bahkan belum melihat hasil kelakuan kejimu pada Mello kan?! Aku yang menemukannya di taman, ia benar-benar hancur di hari yang seharusnya membahagiakannya karena kau berniat untuk menjadikannya kekasih kan?” DO menyeringai sementara Kris terhenyak mendengar perkataan bawahannya.
“kenapa kau diam saja? Merasa simpati? Cih. Apa pedulimu sekarang?” tanyanya gusar.
Mata Kris mendadak sayu, memang keadaannya juga tak lebih baik dari Mello, rambut berantakan, tubuh lemah, wajah pucat, lingkaran hitam di kedua bola matanya dan rambut-rambut liar yang tumbuh di sekitar dagunya cukup mewakili betapa tersiksanya ia dengan keadaan sekarang.
“aku ingin bertemu dengannya dan menjelaskan semuanya” desis Kris.
“persetan dengan penjelasan! Urusi saja gadismu yang lain, kalau kau datang ke sini hanya untuk mempermainkan Mello, jangan harap!! Aku yang akan menjadi tamengnya, terserah kau mau menghancurkan hidupku atau membunuhku sekarang, tapi tidak untuk menyakiti Mello!!”
“aku datang ke sini untuk menjadikannya istri” ucap Kris pelan namun mampu menohok DO.
DO terdiam, dia benar-benar tak menyangka dengan ucapan Kris.
“terserah kau mau mencegahku untuk bertemu dengan Mello tapi aku takkan segan-segan membunuhmu jika kau menghalangi niat Mello untuk menemuiku. Permisi” ucap Kris yang langsung mundur dari hadapan DO.
Sebelum Kris melajukan mobilnya, ia menurunkan kaca mobilnya seraya beujar, “Oh ya, mengenai ucapanku yang tadi, aku tak main-main untuk menikahi dan membahagiakannya” ia menyeringai sembari tersenyum sinis.
“aku takkan melepaskanmu Mell... aku akan mendapatkanmu meskipun dengan cara terkotor sekalipun” bisik DO, nyaris mendesis.
**
Mello’s POV
                Aku merasakan ada yang bergerak-gerak di genggaman tanganku, eoohh??? Gerakannya nggak teratur, kadang kerasa kayak ada yang lagi genggam tanganku, kadang tanganku di remas-remas, wah ada yang nggak beres nih. Ehh ehh apa ini??!! aku merasa kaya ada sesuatu yang kenyal-kenyal gitu, basah terus hangat lagi nyentuh punggung tanganku. Apa lagi ini??!! aku berusaha susah payah buat ngebuka mata.
“DO?!” pekikku ketika melihat sosok yang berada di dekatku. Buru-buru aku bangkit dari tempat tidurku, yang dipanggil juga malah ikutan kaget, geleuh.
“hah? Hah? Kenapa Mell??!” DO ikutan panik dan langsung menempelkan tangannya di dahiku, “sudah nggak panas lagi kok” gumamnya.
“yang bilang panas siapa?” rutukku. Buru-buru aku membeku sebentar, tunggu-tunggu dulu.. panas?? Rumah siapa ini? kenapa aku Cuma berduaan sama DO?!
“aku...aku dimana?? Ini.. ini kenapa?” tanyaku tak sadar.
Mello! Bisa-bisanya mendramatisir di saat kayak gini, jelas-jelas ada DO di sini dan kau tertidur di sini. Aku menjawab pertanyaanku sendiri, tapi... ini loh.. masa aku tidur di sini?? Di rumah cowok lagi, ini rumah DO kan??!! Buru-buru aku mengecek keadaan kasur , bersih kok, nggak ada apa-apa. Tatapanku langsung beralih pada piyama yang lagi aku pakai.
Sejak kapan aku pakai piyama? Bukannya kemarin sore aku pakai baju santai? Aku langsung mengintip ke dalam piyamaku, bahkan kutang pun sudah ganti! Aku menatap DO ngeri.
Jangan-jangan ini anak udah ngapa-ngapain aku lagi, hiyaaaaa!! Belum sempat aku berteriak DO udah ngomong, “Mell jangan mikir yang nggak-nggak yah, aku nggak ngapa-ngapain kamu, kemarin kan kamu sakit terus kubawa ke sini...emmm” dia kelihatan salah tingkah.
“terus yang gantiin baju aku siapa?” todongku tak percaya,wah jangan-jangan mentang-mentang DO jomblo dan aku baru aja putus dari Kris dia mencari-cari kesempatan buat liat-liat mahkota dalamku.
Waduuuh bisa mati gaya aku kalau nih anak udah liat sampe ke dalam-dalam, emang sih dalemku ga menarik tapi kan tetep aja aku malu, apalagi yang ngelihat bukan suamiku.
DO menarik napas panjang, “Bora yang gantiin baju kamu, aku Cuma jagain kamu pas lagi sakit doang, selebinya... nggak ada yang lebih sih” dia nyengir kuda.
Aku mendesah pelan, untung aja dia nggak ngelihat koleksi kutang hello kittyku, aku kan ga demen beli daleman yang seksi, sukanya yang unyu-unyu. Pikirku.
“ohh gitu... emang aku udah berapa lama sakit?” tanyaku bingung.
“empat hari Mell, kenapa?”
Buru-buru aku meraih ponselku yang tergeletak di sampingku, mengecek notif apa aja di ponselku. Kosong, nggak ada satupun yang berasal dari Kris, kenapa? Percuma. Dia udah bener-bener pergi dan nggak mau kenal lagi sama aku kan? Kita kan bertingkah layaknya kita nggak kenal satu sama lain, artinya selamanya juga nggak bakalan ada sms atau telp yang masuk.
“aku mau pulang” pintaku pada DO, teringat lelaki ganteng ajaib sialan itu aku jadi kehilangan moodku sepagian ini.
“kenapa?” tanyanya bingung.
“pengen pulang aja, malu ama tetangga” aku mencoba berasalan yang sedikit masuk akal daripada harus bahas lelaki brengsek macam Kris Alva itu.
DO tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya dia mengiyakan.
“tapi mandi dulu, masih ada stok baju kamu tuh, bau tau Mell berapa hari nggak mandi”
**
Kris’s POV
“sebegitu berharganya kah wanita itu atau memang benar-benar tak ada wanita lain lagi yang dekat denganmu?” olok Delida sambil menyeruput kopi hangatnya.
Aku menyandarkan tubuhku di kursi, kata-kata DO yang ingin menjadi tameng untuk Mello benar-benar menggangguku, aku tahu DO mungkin lebih mencintai Mello jauh dari rasaku untuk Mello, tapi.. arrgghh,.. aku tak dapat memungkiri kalau aku juga tak bisa hidup tanpanya.
Aku menatap Delida lekat-lekat, sebenarnya ketika aku masih di luar negeri aku sempat melirik gadis ini, dia memang baik, perhatian, cantik dan segala hal yang membuat gadis-gadis iri ada pada dirinya, dia tak kalah dengan Miranda... bahkan lebih baik dari Miranda, sayang... setelah aku tahu kenyataan tentang dirinya, aku benar-benar menutup hatiku selama-lamanya untuk gadis yang berada di hadapanku ini.
“hmmm, sejauh ini aku masih sibuk merangkak untuk menata hatiku setelah aku berhasil menyakiti dua wanita sekaligus..” jelasku.
Ya Tuhan, seandainya karma itu benar-benar ada karena aku sudah menyakiti hati dua orang sekaligus dan melepaskan Miranda dari sisiku, ku harap aku tak harus melepaskan Mello juga kan?! Aku mendesah pelan.
“so? Rencana kamu selanjutnya?”
“hmm.. buru-buru mengikat Mello dengan pernikahan biar dia nggak kemana-mana lagi” jujur, aku tak yakin bisa menikahi gadis ini, maksudku.. kejadian di taman kemarin....
“hah.. kalau gadis baik-baik aku tak yakin akan mau menikah denganmu” ia tergelak.
Aku menyeringai, “semoga dia tak cukup baik jadi aku bisa menikahinya”
“lebih baik kau menikah denganku saja” candanya sambil menutup kedua mulutnya dengan jari-jari tangannya yang lentik.
“in your dream” elakku yang langsung bangkit dari tempat dudukku dan pergi meninggalkannya, hah.. lama-lama dengannya aku jadi merasa tak normal.
Sebelum aku meninggalkan cafeku dan meninggalkan Delida tiba-tiba ponselku berdering. Mello? Buru-buru ku angkat.
“Mello?!” aku bahkan tak sadar sudah berbicara keras di dalam cafe ini. tak kusangka secepat ini ia memaafkanku, setidaknya aku tak perlu menyeretnya keluar dari rumah DO.
“bukan” jawab seorang laki-laki di seberang yang kuyakini adalah DO.
“mau apa?” tanyaku, hawa kegelapan mulai menghantuiku lagi, mood baikku sudah pergi entah kemana, sejak kapan DO punya kekuasaan lebih untuk mengakses barang pribadi Mello.
“Mello ingin bertemu denganmu di kedai Yuana sekarang dan ingin meminta penjelasan tentang hubungan kalian sekarang. Oh ya, sekalian kenalkan padanya cewek baru yang tengah bersamamu itu” ejek DO.
Aku tercekat, cewek baru? Delida? Aku melongok ke luar cafe dan tak ada tanda-tanda keberadaan DO dan Mello di luar.
Belum sempat aku menjawab tiba-tiba teleponpun di putus secara sepihak.
“Alva..mau kemana?” Delida -yang entah sejak kapan bangkit dari tempat duduknya- menghampiriku.
“mau ke rumah calon isteriku” jawabku yang langsung melenggang keluar cafe, “oh iya, aku minta maaf tidak bisa mengantarmu pulang. Besok-besok kita bisa bertemu lagi” pamitku pada Delida yang sekarang tengah menatapku kesal.
Handphoneku berdering lagi, “halo?” sapaku sambil membuka pintu mobil. Tumben sekali telepon rumah yang memanggil, biasanya juga kalau mama ada perlu langsung menelpon dari ponsel pribadinya.
“tuan,..tuan... Nyonya Anne sedang dalam bahaya tuan, beliau ingin anda segera datang menemuinya sekarang”
“HAH??!!”
**
Author’s POV
“aku...mau bertemu dengannya sekarang” hanya itu suara yang di dengar DO setelah ia dan Mello keluar rumah dan berencana untuk berkunjung ke cafe sebentar, sudah lama sekali mereka tak bekerja di sana.
DO menatap Mello khawatir, ia melihat perasaan terluka di balik wajah gadis yang di cintainya, tak ada yang lebih buruk dari habis putus kemudian melihat mantan pacar sudah menggandeng wanita yang lebih cantik darinya.
Mello mencoba tersenyum, “baguslah kalau dia udah bahagia sama gadis itu”
Maafkan aku Mell, nggak seharusnya aku membawamu ke cafe kalau akhirnya bertemu dengan pria brengsek macam dia, sesal DO
Hah?? Bangun dari mimpimu sekarang Mell, kau pikir Kris tak main-main dengan perkataannya waktu itu?? Ok mungkin Cuma aku yang terlihat kacau karena Kris tak memilih salah satu dari aku dan Miranda, dia memilih jalan tengah, maybe.....
Mello termangu meratapi nasib hubungannya yang semakin kacau dengan Kris, lelaki baik memang mainstream, tapi lelaki jahat yang suka memainkan perasaan wanita juga mainstream!
DO memacu kendaraannya menjauhi cafe tempat mereka bekerja dan membawa Mello ke kedai Yuana sekedar untuk menghibur hati Mello dan mendinginkan kepalanya yang ingin sekali berlari dan menonjok atasannya itu.
Setidaknya aku harus meluruskan hubunganku dengannya sekarang, apapun keputusan dari Kris harus ku terima, lebih baik dia yang memutuskan daripada aku, lebih baik dia yang menyesal daripada aku. Pikir Mello.
Dua jam Mello berdiam di tempat duduknya sementara DO sudah memesan minuman ketiga kalinya, “ehmm” DO berdeham dan membuat Mello tersadar dari lamunannya, “kita sudah menunggu dua jam Mell” DO menatap Mello.
Mello mendesah pelan, mungkin memang sudah tak ada yang bisa di pertahanin lagi.
“DO antar aku pulang ke kampung ya, aku pengen pulang aja”
*
“Alvaa,.. akhirnya kau datang juga” Nyonya Anne-mamanya Alva- langsung bangkit dari kursi goyangnya dan memeluk Kris yang diam mematung karena merasa di bohongi.
“mana pembantu yang sudah membohongiku” Kris menatap sekeliling rumah mencari orang yang sudah menggagalkan rencananya untuk bertemu Mello.
“hush ngomongnya, mama kok yang nyuruh” Nyona Anne langsung memeluk tubuh kaku putra kesayangannya ini.
Kris menatap ibunya tajam dan meneliti, memastikan kalau memang ia benar-benar di bohongi.
Kris mendesah pelan, tak ada tanda-tanda bahaya seperti yang dilaporkan pembantunya.
“jangan bengong begitu dong sweety” godanya.
“mama!” Kris berdecak kesal.
“apa sweety?” Nyonya Anne tertawa, tak merasa bersalah karena sudah menghancurkan sebagian masa depan Kris.
“kalau bersandiwara nggak usah pake bawa-bawa kata dalam bahaya dong!”
“oohh jadi kamu lebih bahagia melihat mama dalam bahaya daripada melihat mama begini?” Nyonya Anne melepaskan pelukannya.
“mama!”
“ok ok baiklah mama Cuma bercanda, mama Cuma kangen sama kamu”
“me too” jawab Kris seadanya.
Kris memang sudah lama tak bertemu dengan ibunya tapi tindakan dari tuan Stevano memang seringkali membuatnya jengah dan memutuskan untuk menjaga jarak dengan rumah tempat tinggalnya selama ini.
“jadi...mama sebenernya nggak Cuma kangen sama kamu, mama mau menanyakan sesuatu sama kamu” Nyonya Anne mengikuti Kris yang sudah lebih dulu menghempaskan diri ke sofa.
“langsung saja ma” Kris berkali-kali melirik arloji di tangannya. Ia ingin menemui Mello sekarang.
“ok, mama mau secepatnya kamu menikah”
“ma” rengeknya, “umurku bahkan belum 30th, too young”
Yah aku tak ingin membebani pikiran ibuku dengan memberikan janji manis dengan mengutarakan keinginanku untuk menikahi Mello, aku ingin memberitahunya tapi tidak sekarang pokoknya. Aku nggak bisa mastiin Mello bakalan mau nerima lamaranku.ahh sial...kata-kata Delida benar-benar meracuniku.
“loh, kalau kau sudah punya calon nggak usah nunggu lama-lama kan? Ntar keburu disamber orang loh” Nyonya Anne mengingatkan.
“yeah, belum saatnya pokoknya ma”
“Miranda gimana?”
“Miranda? Aku udah putus sama dia, dia balik lagi ke Aussie”
“Delida?”
Kris tertegun, sejak kapan mamanya kenal dengan Delida? “sejak kapan mama kenal dengan Delida?” selidiknya.
“Alva, antena mama kan panjang”
“Mama!”
“hoho, sensitif banget sih, iya semalam dia datang ke rumah nanyain kamu, dia anaknya cantik, sopan, baik pula, mama nggak keberatan punya menantu macam dia” Nyonya Anne senyum-senyum sendiri.
“kalau itu...sampe stok wanita di muka bumi ini habis baru aku akan menikahinya”
“ihh, kok gitu sih?” beliau mencubit lengan Kris.
“ya memang begitu” Kris kembali melirik arlojinya.
“mama nggak ngekang kamu dalam urusan mencari pasangan loh, yang penting kamu nikah, asal jangan kaya pasangan seleb aja yang hobinya kawin cerai, mama nerima cewek kamu dari golongan apapun kok, tapi yaa kamu sadar dirilah kalau mau nyari istri...mhh... maksud mama yaaah minimal pegawai kantoran di tempatmu” Nyonya Anne menatap Kris intens sementara Kris tak juga menyahut.
“ishh, kok diem sih” ia mencubit lengan Kris lagi.
“mmhh...iya ma, diusahain, udah dulu ya ma Alva mau nyari istri nih, bye” Kris langsung mencium pipi mamanya secepat kilat dan bergegas meninggalkan rumah tempat tinggalnya.
**
Esok harinya di hotel tempat Mello dan DO menginap........
Sebuah pisau mengacung di udara, Mello menatap garang pada lelaki di depannya sementara pipinya sudah merah menahan amarah.
“Mell” lelaki itu mencoba menenangkan wanita di depannya. Wajahnya juga tak kalah tegang.
“jangan mendekat!!” pekiknya sambil terus mengacungkan pisau itu, tak lama kemudian pisau itu di dekatkan dengan pergelangan tangannya.
“mau apa kau Mello?” pekiknya.
“diam kau!! Aku mau mati aja!! Nggak nyangka aja punya temen sedemikian bejatnya kayak kamu!! Kamu makin ngancurin hidupku DO!!” jerit Mello.
“ma...maafkan aku...” DO tertunduk lemas.
“maaf?? Maaf katamu??! Maaf nggak bisa ngembaliin keperawananku!” teriak Mello histeris.
“tapi aku bisa menebus kesalahanku Mell, aku mau menikahimu” sahut DO pelan.
“HAH??! Kau mau bertingkah jadi pria sok suci yang mau bertanggung jawab atas perbuatanmu?! Aku kecewa denganmu DO, aku pikir kamu benar-benar tulus jadi sahabatku, tak kusangka bahkan kau tak lebih baik dari Kris” sebutir airmata mengalir dari pipi Mello.
Kenapa semuanya begitu kejam?! Dunia begitu kejam. Aku nggak nyangka semuanya bakalan serumit ini, nggak ada yang bisa dipertahanin lagi, hilang sudah lenyap.
DO tertunduk, “maaf aku ngelakuin ini semua Mell, aku sebenernya sudah cukup lama suka sama kamu, tapi kamu nggak pernah mandang aku, semua mata kamu fokus menatap lelaki brengsek Alva itu”
Mello melemparkan tatapan mematikannya pada DO.
“aku juga nggak nyangka, kamu terlalu menggoda tadi malam Mell, aku khilaf... aku pikir setelah aku melakukan itu, aku langsung bertanggung jawab dengan menikahimu, punya anak darah dagingku sendiri.
Tangis Mello makin kencang, “tak kusangka kau licik”
“maaf Mell.... sekarang terserah kamu, kalau kamu mau bunuh...bunuh aku aja sekarang... tapi...seandainya pada akhirnya anak yang ada dalam perut kamu itu bi...”
“diam! aku nggak mau denger apapun dari mulut kotormu itu” dadanya naik turun menahan amarah, “sekarang lupain semuanya, aku nggak bunuh diri dan aku nggak bunuh kamu, kita anggap tadi malam nggak terjadi apa-apa.”
Mello terhenyak, astaga, ini bahkan masa suburku
“oh ya, soal anak-anak itu, kalau aku beneran hamil anak kamu, aku nggak bakalan minta pertanggungjawaban kamu kok... jadi anggap aja kau beruntung tadi malam..”
“Mell....”
“apa? Aku udah bebasin semua beban kamu kan? Tolong hentiin perasaan kamu, aku nggak bisa bales perasaan kamu, aku minta maaf” Mello menarik napas pelan.
“tapi setidaknya kau bisa mencintaimu perlahan-lahan Mell, demi anak kita” ia memohon.
“aku belum tentu hamil kan?? Kita Cuma ngelakuinnya sekali jadi... ku mohon biarin aja semuanya mengalir seperti ini.”
***
Author’s POV
“mama” Odult langsung mencium pipi ibunya sambil mencomot pisang goreng buatan ibunya.
“ehh..jangan di makan terus dong itu buat tamu kita nanti” cegah ibunya.
“siapa?” Odult langsung menghentikan gerakan mengunyahnya.
“Dae, yang kemarin ingin melamar Mello” sahut ibunya.
“memangnya kak Mello mau?”
“ya, kalo sampai hari ini belum ada keputusan Mello mau menikah dengan siapa ya dia harus siap menikah dengan Dae” jelas beliau.
“whatt?? Sama om om dong” protes Odult.
“hush nggak boleh ngomong gitu baru juga 31”
“sini biar Odult aja yang bawa keluar” Odult langsung merebut piring dari tangan ibunya dan langsung membawa keluar.
“ehh ada Odult, sudah besar ya sekarang” sapa Dae.
“iya om” sahut Odult seraya menaruh pisang goreng di meja.
“hush, nggak boleh panggil om. Mas Dae aja, calon kakak iparmu ini” tegur Ayah, Odult hanya tersenyum.
Bah, sudah kepala tiga juga masih mau dipanggil mas,pikirnya.
“begini pak, maksud kedatangan saya ini ingin menagih janji perihal keputusan anak bapak hari ini.....”
“tidak usah di lanjutkan nak Dae, bapak sudah tahu, sampai sekarang Mello belum sampai, katanya masih di jalan”
Akhirnya Ayah Mello dan Dae sibuk berbicara masalah pernikahan sampai akhirnya Mello datang bersama DO.
“papa kira kamu nggak datang Mell” sindir Ayahnya ketika Mello dan DO duduk di hadapan mereka.
“jadi.... kamu sudah memutuskan siapa lelaki yang akan menikah denganmu....atau Dae yang sudah jelas-jelas siap untuk menikahimu?” tanya Ayah yang sukses membuat Mello dan DO tercengang.
Lama sekali Mello terdiam, pikirannya kemana-mana, hatinya kalut...
“ehmmm” akhirnya ia mulai membuka pembicaraan, “aku....menikah dengan DO saja”

----TBC----