Selasa, 18 Februari 2014

[FF EXO] LOS BATU PART 2(END)


Author : @meiokris
Cast :
·         Kris EXO M a.k.a Wu Yi Fan/ Kevin Li
·         Mei a.k.a Mei Li
·         Aleyna Yilmaz a.k.a Aleyna Wu
·         Baekhyun EXO K a.k.a Byun Baekhyun/Bian Bai Xian
·         Chanyeol EXO K a.k.a Park Chanyeol/ Pu Canlie
Genre : romance, drama, angst, hurt, tragic
Rate : 16+
Length : chaptered
***
7 Mei...
Mei’s POV
            “jadi...sebenarnya dia itu siapa?? Anggota teroris? Mafia? Gank terkenal? Buronan polisi??” Xiao Bai masih tercengang mendengar penuturanku.
“aku juga belum bisa memastikan..mungkin semacam masalah dengan keluarga? Dia bilang kemarin sewaktu kami kabur, itu adalah anak buah ayahnya” aku masih berusaha menetralkan suasana.
“kak Mei, kau menyelamatkan nyawa satu orang yang akhirnya mengancam nyawa tiga orang sekaligus..” keluh Bai Xian yang benar-benar dibuat pusing oleh ulahku.
“lebih baik kau berhenti berhubungan dengannya kak. Aku tahu dia anak orang kaya tapi percayalah kita bakalan lebih bahagia kalau tak ada masalah...” saran Bai Xian. Canlie mengangguk setuju. “aku tidak  bisa membayangkan sewaktu kau berjalan-jalan dengannya kau bisa selamat, sungguh keajaiban” decaknya.
“setidaknya dia masih punya hati nurani untuk menyembunyikan kita di rumah sini dan terbebas dari kejaran anak buah ayahnya” belaku.
“kak.. kau pikir lelaki yang kau cintai setelah beberapa menit kau bertemu dengannya di bar itu punya hati nurani? hah? Harusnya dia sebagai lelaki melindungi gadisnya bukan malah menjerumuskannya dalam masalah ini..” Bai Xian masih saja bersikeras menyalahkan Wufan.
“dia tak meminta kita menjadi anggota gank atau organisasi lainnya kok, dia hanya meminta kita untuk tinggal di sini dan merahasiakan keberadaannya” terangku.
“meminta kita untuk tinggal di sini dan mungkin kita disuruh untuk menjaga rahasia mereka?? daan setelah urusan mereka selesai.......” Bai Xian mengacungkan jari telunjuknya dan menekannya di dada Canlie, “dor...!!”
Aku terdiam sesaat, “baiklah kalian bisa meninggalkanku sendiri kalau kalian merasa hidup kalian terancam, lagipula mereka tak mengenal kalian kan? Hanya aku yang berada di lokasi kejadian saat Wufan di serang”
“ahh, sudahlah, sekarang semua pikiran menjadi kacau, nanti saja bahasnya” lerai Xiao Can.
“taurus memang suka keras kepala..” Bai Xian menggerutu kesal begitu mendengar saranku.
“kau juga, kalian lahir di tanggal dan bulan yang sama jelas saja sama-sama keras kepala. Harusnya kau mengalah sedikit padanya.. lagipula kita hanya memikirkan ancaman dibunuh kan tidak benar-benar dibunuh..” celetuk Canlie.
Bai Xian mengedikkan bahunya, meraih koran yang ada di hadapannya dan memutuskan untuk berpura-pura membaca dan tak menghiraukan Canlie, “kau tahu,, tadi Xiu Min mengatakan lusa kita harus pindah. Dia lebih menerima pengontrak rumah yang berani membayar lebih mahal. Padahal kupikir setelah ini kita akan menjadi gelandangan lagi... kalaupun kita pindah dari rumah ini, kita tak mungkin pindah ke rumah lama kita
Canlie terkekeh. Giginya yang rapi dan putih terlihat dengan jelas, “dasar, kalau kita tinggal di jalanan lagi, bagaimana kalau musim dingin nanti? apakah kau tega membiarkan kak Mei mati kedinginan karena salju? Ingatlah, tinggal bersama dengan seorang penjahat dan tinggal di jalanan sama-sama beresiko. Sebaiknya kita lebih memilih cara mati yang tak terlalu menyakitkan kita nanti. Setidaknya kalau pun dibunuh oleh Wufan  kita hanya bisa merasakan sakit sesaat, kau bisa menyuruhnya menembak di kepala atau tepat di jantung saja, kalau di salju? Kita bisa bertahan tanpa makanan dan pakaian layak selama tiga hari, setelah itu aliran darah kita akan membeku barulah malaikat pencabut nyawa sudi mencabut nyawa kita.” Racaunya.
Bai Xian menghela napas panjang, “semua jalan tak ada yang benar, hidup saja susah, ku harap nanti kita tak menyusahkan orang...”
**
Author’s POV
            Seseorang menepuk bahu Aleyna yang tengah sibuk berdoa berharap semoga ibunya baik-baik saja ditangani sang dokter.
“Aleyna... benarkah kau Aleyna?”
Aleyna pun mendongakkan wajahnya berusaha mengenali sosok yang dengan lembutnya meremas bahunya pelan.
Mata hazel yang sangat mirip dengannya kini menatapnya tajam, “kau tidak mengenalku?” alisnya yang rapi kini terlihat saling bertautan menunggu reaksi gadis yang kini sedang membeku menatapnya.
“appa?” ia membulatkan matanya tak percaya.
“hmm” Wufan tak kuasa membendung emosinya, dipeluknya tubuh mungil yang tengah berusaha semakin merapatkan tubuhnya, meminta kehangatan lebih dari seseorang yang sudah sangat lama ditunggunya.
“eomma” bisiknya lirih.
“eomma sakit apa? Kenapa tak ada yang menghubungiku?” Wufan ingin sekali memukul tembok didepannya sampai retak. Ia menangis menahan amarahnya yang sudah lama ia pendam.
“eomma sakit kanker usus, kata eomma kalau appa tahu nanti apa sedih dan tidak mau menemui eomma” katanya polos membuat Wufan menghentikan gerakannya dan mematung, menyesali setiap perbuatannya tapi ia tak menyesali buah cintanya dengan Mei, seorang gadis mungil yang sangat cantik.

23 oktober....
Mei’s POV
“Kenapa kak? Masih memikirkan Wufan?” tanya Xiao Can. Aku mengangguk mengiyakan, sudah beberapa hari ini sejak kejadian pengejaran Wufan dan anak buahnya sekarang ia tak berani lagi menampakkan batang hidungnya di depanku dan yang lainnya.
“apa kubilang, kupikir kalau dia serius dia takkan bersikap pengecut seperti ini” cibir Xiao Bai yang masih sibuk mengangkat jemuran dan membawanya ke ruang tengah.
“diam kau Xiao Bai” bentakku, “kau piikir bagaimana caranya kita bisa hidup dan menyambung usaha kita kalau tanpa uang yang dikirim Wufan setiap bulannya ke rekeningmu?” sahutku sengit.
“well, kuanggap dia hanyalah seorang dermawan baik hati yang suka menghamburkan uangnya untuk hal tidak perlu” Xiao Bai masih tetap bersikeras.
“kak, aku baru saja mendapatkan info dari kepolisian Cina di GuangZhou tentang Wufan. Dia bukanlah lelaki baik seperti kebanyakannya, bahkan orang tua angkatnya adalah seorang imigran gelap, orang tua kandungnya seorang kaya penjudi memiliki aset berharga yang dikelola dengan baik oleh anak buahnya, harta yang tak pernah habis dengan banyak selir, kudengar Wufan juga telah menikah dengan seorang gadis biasa pilihannya...umm.. maksudku... bukankah tidak menutup kemungkinan kalau semua berita itu benar dan... yah... punya banyak istri.. emmm.. darah keturunan dari ayahnya... yah... begitulah” Xiao Can berusaha menyampaikan dengan bahasanya sendiri agar tak menyinggung perasaanku.
“yak yak sudahlah, kakak besar kita otaknya sudah bergeser dengan segala pemikiran roman picisan di otaknya, intinya adalah Wufan bukan orang baik dan kita bertiga sekarang sedang terjebak dan digantung dalam permainannya” papar Xiao Bai, “kak kusarankan sekarang kau ikut denganku untuk membeli keperluan di pasar, setidaknya aku bisa menyarankanmu untuk membeli sebungkus detergen dan mencuci otakmu”
“Baekhyun, jangan terlalu keras dengan kakak” tegur Xiao Can.
“sudahlah, Xiao Bai benar, aku rasa aku harus menenangkan otakku dengan menemaninya berbelanja” aku melerai mereka berdua.
“kau memang harus membantuku berbelanja kak. Aku juga butuh barang untuk di rumah” Xiao Bai menyeret tubuhku yang semakin ringkih karena banyak pikiran ini.

“pa.... pa....”
Ya di sanalah, di pasar itulah nyawaku seakan tercabut dari tubuhku, terjatuh dan menggelepar di lantai pasar. Rasanya aku disentakkan dan berusaha di sadarkan dari mimpi dan khayalanku selama ini.
Suara khasnya... perawakan dan semua itu nampak tak asing di mataku. Kakiku seakan diikat oleh rotan yang menghentikanku berjalan, membiarkan Xiao Bai yang terus melangkah tanpa menyadari sesuatu yang telah kulihat.
Lelaki bertubuh tegap yang tengah menggendong anak kecil yang sangat tampan dengan rambut coklat dan mata hazelnya yang sama persis dengan mata hazelnya Wufan itu tak menyadari keberadaanku.
Akibat adanya turunan jalan aku harus mendongakkan sedikit kepalaku melongok mengecek kebenaran penglihatanku. Perlahan turunan jalan itulah yang menyembunyikan tubuh tegap lelaki yang benar-benar mirip Wufan.
Ya Tuhan dadaku berdegup sangat kencang, aku bahkan dapat merasakan keberadaan seorang Wufan dari jarak sejauh ini, sebelum semuanya lenyap dari pandanganku, mata bocah rupawan yang sedari tadi sibuk memandangi wajah ayahnya kini beralih kebelakang dan memandangku!
Mata hazel yang awalnya bersembunyi di bahu ayahnya kini mulai menampakkan pesonanya. Mata kami saling beradu pandang dan di sanalah matanya memancarkan kedamaian bagai melihat air jernih yang menggelegak di telaga.
25 Oktober....
“Kak, aku mau bicara” Xiao Can mulai mendekatiku perlahan setelah aku selesai mengerjakan shift malamku di cafe. Ya aku kembali ke pekerjaan lamaku dan Yixing, masih dengan sorot mata yang teduh masih memelukku hangat dan memperlakukanku seolah-olah aku adalah seorang gadis yang lemah.
“sudahlah jangan terlalu berbasa basi Canlie. Kak, Cafe itu tidak aman bagimu, apa yang kau harapkan dari sana? Gajimu kecil dan taruhanmu adalah nyawa, tidakkah kau sadari Wufan itu pembawa sial, kalau saja ada anak buahnya yang mengenalimu di cafe, kupastikan kau tidak akan selamat kak, keluarga Wufan benar-benar tidak tersentuh, mereka keturunan mafia dan orang yang tidak mempunyai kepentingan dengan mereka tidak boleh mengetahui kehidupan mereka, dan kau baru saja mengatakan kalau kau itu kekasih Wufan? Gila! Kau masuk ke dalam salah satu neraka di dunia ini!” Xiao Bai meludah dengan mata sarat akan kebencian dan kekhawatiran.
Aku terdiam sesaat, mencerna rentetan kalimatnya yang seakan berdesakan dalam kepalaku, kepalaku rasanya terasa semakin berat sekarang, beban ini, kehidupan rumah tangga dengan kedua adikku yang tiada pernah berujung kalau aku masih bersikukuh membela Wufan.
“kembalilah dan temui kakak kandungmu sendiri kak, kau pasti akan melupakan Wufan dan menemukan kebahagianmu di sana” Xiao Can memelukku haru.
Aku menggeleng dan melepaskan pelukanku dari Xiao Can dan menatapnya tajam, “aku rasa ada yang sedang kusembunyikan dari kalian, tidak mungkin kalian tanpa alasan langsung mengusirku begini kan?”
“kami tidak sedang mengusirmu kak, percayalah”  hibur Xiao Can yang sempat kulihat ia bertukar pandang dengan XiaoBai yang langsung mengangkat bahunya dan pergi meninggalkan kami sebentar.
“bacalah” ia kembali dan menyodorkan selebaran fotocopyan yang sudah usang dan lusuh karena terkena basah dan debu. Aku membacanya secara seksama hingga rasanya aku merasa tak berpijak lagi ditempatku berdiri.
Aku berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya yang bisa kuhirup dengan hidungku, rasanya paru-paruku terasa berlubang, sebanyak apapun aku mencoba bernapas rasanya hampa, aku seperti tak bisa menangkap oksigen yang berkeliaran di sekitarku begitu aku selesai membaca selebaran yang ternyata adalah daftar pencarian orang dengan nama Wufan yang tertera jelas dengan huruf yang bercetak tebal di sana.
“kalau orang tahu kau pernah terlibat dengannya mereka bisa saja memintamu memberikan info dan begitu keluarga Wufan tahu, semuanya akan musnah.
“kak, info yang ku dengar juga ternyata benar, dia benar-benar sudah menikah, ini foto gadis yang sudah dinikahinya dan ini anaknya” susah payah aku meraih kertas yang dipegang Xiao Can, tanganku bergetar begitu melihat wajah anak yang tengah tersenyum dalam gendongan ibunya. Wajah itu... mata hazel itu adalah mata yang kulihat di pasar waktu itu. Aku tersenyum samar hingga tanpa kusadari butir-butir kristal bening itu turun mengaliri pipiku.

Author’s POV
“eomma... ini appa eomma, bangunlah” Aleyna masih sibuk berbisik di depan telinga ibunya sambil menggenggam erat tangannya.
Wufan hanya terpaku menatap sosok tubuh yang terbaring lemah di ranjang rumah saja, ia membuka kacamata hitam dan masker yang sedari tadi dikenakannya. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap memancarkan semburat cokelat terang di bawah pantulan cahaya matahari.
Wajah gadis yang dicintainya sedikit berkerut hingga sudut matanya mengalir sebutir air hangat...
“ eomma bisa mendengarku? eomma jangan menangis” bisik Aleyna lagi, ditempelkannya pipi mungilnya ke wajah ibunya.
Tangan Wufan yang bebas kini bergetar saat ia menggenggam tangan pucat Mei, dielusnya tangan Mei berusaha memberikan kekuatan dengan bahasa isyarat. Mulutnya seakan terkunci melihat hasil perbuatannya sendiri yang mencoba membangkang dari kedua orang tuanya, ‘kalau saja aku tak membangkang, maka hanya aku yang sakit di sini, aku yang membiarkan cintaku berkembang saat aku melihatnya dan membiarkannya terjerumus dalam lubang hitam ini, hidupku terlalu keras untuk kubagikan padamu Mei’ ia berujar dalam hati.

15 November 2003...
Mei’s POV
“tok.. tok.. tok...” hujan kali ini begitu deras, aku yang menunggu kakak kandungku pulang dari club akhirnya mendengar suara pintu diketuk.
“kak...” aku baru saja menghentikan alasanku yang ingin menghambur ke pelukan kakakku begitu menyadari kalau yang sekarang berdiri di depanku bukanlah kakakku. Mataku tertuju pada sosok berjaket hitam yang menerobos masuk dan memelukku hangat, “i miss you” desisnya.
Aku langsung menyadari sosok yang tengah memelukku erat ini, namun ungkapan rindu itu kini terasa menyayat. Aku meronta meminta dilepaskan, kata-kata kakak kandungku masih terngiang di benakku.
“kau.. jangan mentang-mentang kita keturunan wanita jalang dengan darah kotor yang mengalir deras di tubuhmu itu kau ingin mengikuti jejak ibu dan aku? Kau pikir menjadi jalang dengan menjajakan tubuhmu ke semua pria itu akan membuatmu bahagia? Apalagi dengan menjadikan dirimu sebagai simpanan tetap lelaki yang sudah beristri dan mempunyai anak? Aissh, masih banyak lelaki single, kaya, tampan dan terhormat yang bisa kau peloroti hartanya tanpa harus menjadi seorang wanita jalang. Tak malukah engkau menjadi seorang simpanan lelaki yang sudah menikah? Tak malukah engkau menjajah lahan orang lain?!”
aku benar-benar merasa tertampar dengan ucapan kakakku, menjadi jalang katanya? Ya. Aku rela menjadi jalang karena cinta...
Aku berusaha melepaskan pelukannya yang semakin erat di tubuhku, “lepaskan” pintaku, nyaris memohon.
“tidak Mei, apa kau tidak tahu betapa tersiksanya aku harus berpisah denganmu?” bisiknya lirih tepat di telingaku. Aku masih berusaha melepaskan pelukannya dan begitu ia lengah aku langsung menampar wajahnya.
“kau!!” tudingku, “dasar lelaki keparat! Kejam! Keji! Busuk! Kau sudah beristri dan masih saja bermain-main dengan wanita lain hah?!” aku ingin sekali mencekik lehernya kalau saja ia dengan sigap memutar tanganku dan menaikkannya ke atas, menahannya di antara tembok dan membuatku sulit bergerak.
“tolooo....hmmpphhh” tanpa memberikan penjelasan ia langsung membungkam bibirku dengan bibirnya.
Aroma wine yang sedari tadi meruak saat ia berbicara denganku kini benar-benar singgah di bibirku, bercampur dengan salivaku, bibirku terasa panas dan berdenyut karena ia menciumku dengan kasar.
Aku masih bersikeras melepaskan ciumannya hingga akhirnya sebelah tangannya menggenggam tanganku dan tangannya yang lain meremas dadaku, membuatku akhirnya membuka mulutku meloloskan desahan yang sedari tadi kutahan karena ciumannya.
Brengsek, lelaki brengsek, umpatku dalam hati. Lidahnya dengan lihainya bermain di rongga mulutku, membelit lidahku dan membuatku terangsang, tanpa kusadari ia sudah menggendongku ke kamar dan menghempaskanku ke ranjang, ia masih sibuk menciumi leherku sambil terus meremas dadaku.
Esoknya...
Aku terbangun  dengan sebuah lengan yang dengan kokohnya melingkari tubuhku. Aku menggeliat perlahan dan merasakan sakit di selangkangan dan kewanitaanku.
Ahh, pipiku langsung memerah begitu mengingat percintaan panasku dengan Wufan.
 Tak terasa butir-butir air mengalir di kedua pipiku, buru-buru kuhapus sebelum ia mendengar isak tangisku, aku melangkah dengan tubuh di tutupi selimut, memungut pakaianku yang berserakan di lantai, aku meraih pulpen dan menuliskan sesuatu padanya.
Dear Wufan..
Mungkin saat kau menemukan note ini aku sudah pergi, aku harap ini akan menjadi hari terakhir pertemuan kita, asal kau tahu saja aku sangat mencintaimu tapi aku takkan sanggup berbagi cinta dengan wanita lainnya.
Jangan khawatir soal kejadian tadi malam, aku takkan menuntutmu, jika aku hamil aku takkan datang dan menghancurkan rumah tangga kalian. Suatu saat nanti kalau kau masih mengingatku dan anak kita, aku pasti akan mempertemukan kalian.
Jangan mencariku.
Mei-
**
Author’s POV
Wufan menggenggam tangan Aleyna, ditatapnya lekat-lekat wajah gadis mungil yang benar-benar mirip dengannya, hanya saja mata hazelnya benar-benar mewarisi dirinya.
“kenapa kau bisa mengenaliku?” tanya Wufan penasaran.
“karena eomma sering memperlihatkan foto appa, kata eomma aku memang benar-benar punya appa, aku juga pernah melihat appa” jawabnya polos.
“dimana?”
“di bandara, tapi appa tidak melihatku”
Mata Wufan semakin memanas, dipeluknya berkali-kali Aleyna, “benar aku ayahmu, maafkan appa, besok-besok kau tidak akan merasa sendirian lagi, appa dan eomma akan menemanimu” bisiknya pelan.

1 Juni 2008....
Mei’s POV
“eommaaaa... aku ingin bertemu appa” Aleyna menunjuk-nunjuk layar datar kecil itu.
Ya, semenjak hubungan Wufan dengan keluarganya membaik, khalayak publik pun makin gencar membicarakannya hingga aku harus menekan dadaku setiap hari merasakan perih di dadaku setiap melihatnya tengah tersenyum bahagia menggandeng wanita yang sudah memberikannya dua orang anak.
Berkali-kali aku menabahkan diri kalau aku hanyalah seorang wanita simpanan yang benar-benar sudah dilupakannya. Aku membesarkan Aleyna dengan uangku sendiri dan sedikit bantuan dari Xiao Bai dan Xiao Can.
“eomma....” Aleyna masih saja sibuk merongrongku dengan pertanyaan kapan ia bisa menemui ayahnya sementara aku gelagapan menjawab pertanyaannya.

Aku rasa inilah saatnya...
“baiklah, kalau kau melihat appa jangan berteriak ya, cukup melihatnya saja” aku memperingatkan pada Aleyna.
“aku tahu eomma, nanti istri dan anak-anak appa akan marah kan?” katanya polos.
Aku mengangguk mengiyakan, ya, aku takkan menutupi keadaan Wufan yang sebenarnya pada Aleyna. Ahh, anak ini bahkan tak pernah dirasakan kehadirannya oleh ayahnya sendiri. Aku menatapnya pilu.
“jangan sedih eomma, Aleyna sudah sangat bahagia bisa melihat appa” hiburnya.
Sementara menunggu Aleyna memakan es krim, aku mendengar bunyi keributan di bandara dan langsung membawa Aleyna dalam gendonganku.
Aleyna tercengang melihat banyaknya pengawal yang mengawal orang yang diyakininya adalah Wufan.
“itu appa? Tampannya” decaknya kagum.
Baru saja aku ingin membawa Aleyna mendekat tiba-tiba kerumunan wartawan dan pengawal mulai memecah membentuk sebuah jalan. Mataku terpaku pada gadis yang tengah memeluk Wufan sementara dua orang anak berjenis kelamin lelaki dan perempuan turut memeluknya. Aku bisa mengenali mereka semua dari foto yang pernah dibawakan Xiao Can.
Aku memeluk Aleyna erat-erat seakan menumpukan sesaknya napasku padanya. Paru-paruku benar-benar terasa hampa, menggapai udara yang kosong tanpa oksigen..
Aleyna masih menatap kepergian ayahnya dengan mata berbinar tanpa merasa iri dengan saudara tirinya yang memiliki keluarga utuh.
“eomma” bisik Aleyna setelah ia puas memandangi ayahnya, “Aley sudah bahagia bersama eomma, eomma segalanya” kemudian ia mencium pipiku pelan.
Aku membawa Aleyna ke ruang tunggu yang di sana mengalun lagu Roxette.
I know there's something in the wake of your smile.
I get a notion from the look in your eyes, yeah.
You've built a love but that love falls apart.
Your little piece of heaven turns too dark.
Listen to your heart when he's calling for you.
Listen to your heart there's nothing else you can do.
I don't know where you're going and I don't know why,
but listen to your heart before you tell him goodbye.
Sometimes you wonder if this fight is worthwhile.
The precious moments are all lost in the tide, yeah.
They're swept away and nothing is what is seems,
the feeling of belonging to your dreams.
And there are voices that want to be heard.
So much to mention but you can't find the words.
The scent of magic, the beauty that's been
when love was wilder than the wind.
-listen to your heart-

Author’s POV

“Siapa keluarganya?” seorang dokter tiba-tiba datang dan menghampiri Aleyna dan Wufan.
“saya....” Wufan berhenti sejenak sebelum akhirnya ia berujar, “saya suaminya, dok”
Dokterpun mengangguk dan menginstruksikan Wufan untuk menemuinya di ruang dokter.
“bapak, sepertinya kanker di ususnya sudah menyebar” dokter itu terlihat prihatin membayangkan nasib Mei Li.
“katakan apa yang bisa kulakukan agar istriku bisa sembuh dok?” Wufan menatap dokter dengan sorot mata sendu, ia semakin menyesali kepasifannya yang hanya membiarkan keadaan berlarut seiring berjalannya waktu.
Dokter itu menggeleng, “kita hanya menunggu keajaiban Tuhan, bahkan persentase hidupnya hanya 20%”
“du...dua puluh” Wufan tersentak hingga dering telpon dokter itu berbunyi.
“halo?” sapa dokter itu.
Setelah mendengar ucapan dari perawat di seberang ia langsung bergegas keluar.
“maaf, istri anda sedang butuh pertolongan sekarang.”
“a...apa? bolehkah aku ikut masuk?”
“maaf” dokter itu langsung meninggalkan Wufan yang terduduk di ruangannya.
“AAAAAAARRGGHHH MEI LI” teriaknya frustasi, “andai kau tahu, kaulah wanita yang satu-satunya kucintai, persetan dengan istri pertamaku. Aku menikah tanpa cinta di sana”

2 tahun kemudian....
“aley,.. sudahkah kau menabur bunga untuk ibumu?” tanya Bai Xian.
“sudah paman, mana pamanku yang satunya? Aku ingin memberinya kecupan sebelum aku pulang bersama appa” Aleyna terlihat mencari sosok Canlie.
“dia masih sibuk mengantri es krim” cibir Bai Xian.
“ah, paman yang satu itu benar-benar” Aleyna berdecak.
“kau menabur bunga mawar? Kenapa wangi mawar ini begitu kuat terasa?” tanya Bai Xian.
Aleyna menggeleng, “sepertinya tidak ada mawar di sana, entahlah”
Sementara Aleyna berlarian menghampiri Canlie, Bai Xian berjongkok di depan makam Mei Li.
“kau tahu kak? Kau benar-benar mewariskan darah seorang wanita yang kuat pada diri Aleyna, dia bahkan tidak menangis begitu tahu kau meninggal, dia mencoba berdamai dengan takdir” Xiao Bai mengelus batu nisan yang berwarna putih itu.
“mungkin Tuhan tidak ingin kau sakit terlalu lama” bisiknya lagi, “ngomong-ngomong Wufan mau merawat Aleyna dan mengurusnya bersama istrinya”
Ia melanjutkan, “semua orang mencoba berdamai dengan takdir, kami merelakanmu, dan istrinya, kau tahu istrinya luar biasa baik bahkan dia memaafkan kelakuan bejat Wufan, dengan lapang dada ia menganggap Aleyna seperti anaknya sendiri, kami bahkan menganggapnya kakak”
“tapi tak ada yang bisa menggantikanmu yang telah bersusah payah merawat aku dan si kutu busuk Chanyeol” lirihnya.
“oh ya, aku baru tahu kalau wanita yang dicintai Wufan itu adalah kau kak, kupikir kalaupun dia mencintai istri pertamanya, cintanya sudah luntur, banyak orang yang mengatakan, ketika ada orang kedua di hidupmu berarti hilanglah sudah cintamu kepada orang pertama”
“hmm” seseorang menyadarkan Bai Xian.
“eh.. kak Wufan, kau sudah datang rupanya” ia mencoba menyapa Wufan.
“iya, mana Aleyna?” tanya Wufan.
“dia sedang bersama Canlie, biar kupanggilkan” Bai Xian langsung bergegas meninggalkan pemakaman karena merasa canggung curhatannya di dengar Wufan.
Sementara Xiao Bai meninggalkannya, Wufan berjongkok menghadap batu nisan Mei.
“bagaimana kabarmu di surga?” bisiknya lirih.
“aku menepati janjiku sayang, aku menjaga anak kita dengan baik” ia tersenyum, “dan kau takkan pernah mati di hatiku, wajah Aleyna benar-benar mirip denganmu” Wufan semakin mendekatkan tubuhnya dengan batu nisan, dikecupnya perlahan batu nisan itu.
“kadang masih terasa nyeri di sini” ia menunjuk dadanya, “kadang aku masih ingin memaki Tuhan, meneriakkan ketidakadilan di hidupmu”
“tapi sekarang berkat Aleyna, aku mencoba berdamai dengan takdirnya” lirihnya.
“baik-baik di sana sayang” bisiknya sebelum meninggalkan area pemakaman untuk menjemput Aleyna pulang.
Jauh di antara rimbunan pohon yang tumbuh di areal pemakaman, ada seorang wanita dengan wajah sendu, kulit yang pucat tengah tersenyum menatap empat orang yang sedang berlarian di sekitar areal pemakaman, saling mengejar satu sama lain.
“aku bahagia di sini, Wufan” bisik Mei Li sebelum ia menghilang dan hidup dengan tenang di alamnya..
-END-


Senin, 17 Februari 2014

[FF KRIS EXO] OTHELLO SYNDROM


Author:  Mei F.D

Main cast :
·         Kris EXO M
·         Kim Jongdae EXO M
·         Bang Min Ah
·         Eunhyuk SJ
·         Dennis Kane
·         Other cast.

Length : oneshot, series

Genre : Family, married life, romance, drama alay

PG : 13+

                Cerita series KrisMinah lanjut ya hehe. Tapi Dennisnya dikesampingin dulu waks.  Jangan lupa follow kkkk è meiokris
***
Minah’s POV
                “apa tidak apa-apa membiarkan Dennis bersama eomma selama beberapa hari?” aku menatap putera kesayanganku yang berada dalam gendongan eomma untuk yang terakhir kali sebelum berpisah. Dennis akan ikut bersama eomma dan appa Kris yang sedang bertugas, hitung-hitung liburan berhubung Dennis tak pernah diajak ke luar negeri, begitu sih kata eomma.
                Dennis yang dikenal sangat aktif ini terkadang suka menyusahkan orang dengan sifatnya yang kelewat polos dan serba ingin tahu.
“ah tidak kok, eomma sudah puluhan tahun merawat anak kecil” liriknya pada Kris, yang disindir merasa malu.
“ah eomma, kalau sekarang kan sudah ada yang baru jadi eomma tak perlu merawatku lagi..” sahutnya sambil memeluk pinggangku seenaknya.
“ishh... dasar tidak sopan di hadapan eomma!” protesku.
“appa!! Jangan bikin eomma marah...” Dennis yang biasanya tak mau kalah dari appanya lantas meronta-ronta di gendongan eomma dan memukul-mukul Kris.
“haha, tidak kok appa hanya bercanda.” Aku memandang geli ke arah Dennis dan berusaha melerai mereka.
“jangan banyak bergerak sayang nanti kalau halmeoni jatuh gimana?” Kris melepaskan lingkaran tangannya dari pinggangku dan menatap Dennis dengan pandangan khawatir.
Aku meringis, dasar dua orang mahkota hatiku ini memang tak pernah akur, bisanya Cuma bertengkar memperebutkanku, tunggu saja kalau aku punya anak lagi??!! Eehh??! Mikir apa aku-_- yang ini saja masih belum becus mengurusnya.
“ayo kita pergi... masih banyak yang harus dipersiapkan di sana..” Kris membelai pundakku dan menyuruhku berpamitan.
“ah ya.. eomma sama appa pergi dulu sayang, baik-baik sama halmeoni, saranghae..” aku mengecup puncak kepala Dennis.
Dennis tak berkomentar banyak hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Akhirnya aku dan Kris berpamitan dengan eomma sebelum akhirnya menuju ke RS.
Begitu aku memasuki mobil dan mengenakan sabuk pengaman tiba-tiba Dennis memanggil.
“appa!! Eomma!!”
Kris yang berniat menjalankan mobilnya menatap bingung ke arah Dennis dan membuka kaca jendela.
“wae?” tanya Kris yang langsung menoleh ke arah sumber suara.
“jagain eomma!!” teriaknya.
“sip..” Kris mengacungkan jempolnya ke udara dan langsung melajukan mobilnya ke rumah sakit.
Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri membayangkan tingkah Dennis tadi.
“kenapa kau?” tanya Kris yang melirik sekilas ke arahku, “pasti gara-gara morning kiss tadi ya? Atauuu...”
“stop!” ujarku, “siapa yang mikirin itu sih...” aku langsung membayangkan kejadian tadi pagi,ketika aku baru bangun tidur Kris langsung membungkamku dengan bibirnya. Hiiih bisa tidak ia tidak membuat jantungku copot dengan rutinitas pagi yang bisa dibilang agak.... err.....
“hahaha” Kris tergelak, “mikirin Dennis ya? Anak itu memang ada-ada saja..” gumamnya.
Aku tersenyum, “bagus dong nanti Dennis tumbuh jadi anak yang perhatian dan sayang sama wanita bukan orang yang mesum dan sok sepertimu..”
Kris mendelik kesal, “biar saja. Tapi kau tetap saja suka denganku..” sahutnya bangga.
“ugh. Jangan bermimpi..” ucapku sambil tertawa.
Kris berdecak, tangan kirinya mengelus belakang rambutnya,”dasar, kau mengecat rambutmu lagi?” tanyaku yang baru sadar perubahan warna rambutnya yang di cat lebih gelap.
“ne, tampankan?” dia melirikku. Aku mencibir gemas.
“turunkan aku di dekat rumah sakit saja ada beberapa bahan makanan yang harus kubeli untuk Dennis..”
Kris mengangguk kemudian merapatkan mobilnya di dekat trotoar depan supermarket, “mau kutunggui?” tawarnya.
“tak usah, kau duluan saja ke rumah sakit, masih banyak yang lebih membutuhkan tenagamu di sana daripada menungguiku.” Tolakku halus.
Kris tersenyum kemudian menjalankan mobilnya pelan menuju ke rumah sakit pribadinya yang jaraknya sangat dekat itu sementara aku masuk ke dalam supermarket. Malam ini pesta perayaan rumah sakit yang sudah satu dekade itu jadi pantas saja dirayakan besar-besaran karena pesta ultahnya Cuma dirayakan setiap lima tahun sekali, tepat sehari pesta ulang tahun rumah sakit, aku yang ultah. Hehehe.
Kuharap Kris tak melupakan ulang tahunku, dia ingat saja aku sudah sangat senang.
**
“ugh..” aku membawa barang-barang yang tadi kubeli dari supermarket ke ruangan untuk pesta perayaan ulang tahun malam ini.
Dokter Fred Lee sedang ada bisnis di luar negeri yang akhirnya menyuruh Kris untuk menangani urusan perayaan ulang tahun ini sementara beliau tak ada. Mataku mencari-cari sosok suamiku ini sementara aku menaruh barang-barangku di tempat penitipan barang.
“siang min...” sapa Jongdae, supir pribadi keluarga Fred.
“siang..” sapaku riang.
“siang cantik..” Hyukjae menyapaku sambil terus berlalu membawa pot bunga.
“haha siang ya..” aku tersenyum melihat kelakuan sahabat Kris yang ini. dasar penggombal ulung. Olokku dalam hati.
Mana sih Kris? Daritadi aku tak melihatnya. Mataku tertuju pada beberapa perawat yang tidak bertugas memilih untuk membantu mendekor ruangan.
“kenapa datang sendiri-sendiri? Lagi bertengkar ya?” tanya Jongdae yang langsung mendekatiku.
“ah tadi aku bersama Kris kok tapi aku turun di supermarket dekat sini” jelasku.
“Ooh..” aku melihat dia terlihat bingung harus membicarakan topik apa lagi.
“emm.. kau melihat Kris tidak? Aku daritadi tak melihatnya” ujarku bingung.
Ruangannya memang sangat luas. Ada dua ruangan yang dihias di sini, satu untuk acara puncak dan satu ruangan disulap menjadi seperti club malam untuk acara penutup. Warna magenta dari ruangan ini kian bersemarak begitu pita-pita dan dekorasi menarik terpasang di sisi-sisi ruangan.
“mungkin sedang keluar..”
“hmm.. para perawat yang baru ya?” bisikku pada Dae begitu melihat beberapa perawat yang terasa asing di pandanganku berjalan melintas di hadapanku.
Dulu aku sangat ingin menjadi perawat, kalau saja ayah dan ibuku masih hidup mungkin aku sudah menjadi perawat sekarang. Hanya saja takdir berkata lain, toh walaupun aku tak menjadi perawat aku takkan pernah menyesali takdirku menjadi istri seorang laki-laki sok tampan dan mesum seperti Kris, di rumah kan aku sudah menjadi perawat, merawat dua pasien, Dennis dan Kris. Haha.
“iya, beberapa memang dipindahtugaskan ke sini, sekarang kepala perawat juga sudah berganti. Yang terdahulu sudah pensiun..” terang Dae.
Aku membulatkan mulutku membentuk huruf O. Sudah lama sekali aku tak pergi ke sini padahal tempat ini merupakan saksi bisu sejarah pertemuanku dengan Kris.
“aku membantu yang lain dulu ya.” Pamitku pada Dae dan berjalan ke pojok ruangan mendekati pekerja yang lain.
“Minaaah...”
“ya?” aku menoleh ke arah sumber suara.
“kau bisa memindahkan pot bunga yang di dalam ruangan itu ke luar?” dia menunjuk sebuah ruangan, “hanya tiga buah pot kecil lagi. Aku sudah memindahkan pot yang besar-besar. Le...lah.... hah...” Hyukjae mengusap peluh yang mengucur di keningnya.
Aku menyodorkan sebungkus tisu yang kubeli tadi, “nih... pakailah.. tunggu di sini ya. Tenang saja aku yang akan mengambilnya.”
Aku langsung berjalan ke sisi ruangan itu, “permi....si....” napasku langsunng tercekat melihat Kris yang sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda sambil menghias ruangan itu.
“eh.. Min... kau sudah datang?” tanya Kris begitu melihatku. Sadar akan tatapan wanita muda yang memandangku seakan berkata –kau menggangguku— membuatku terdiam membisu sejenak. Ada sesuatu dari dalam dadaku yang jatuh terbakar dan terasa panas, hatiku terasa ngilu. Aku mencoba tersenyum dan mengabaikan rasa itu. Tak ada salahnya kan mencoba berfikir positif, mungkin semenjak sudah berkeluarga, Kris mulai membebaskan dirinya dengan mulai mencoba beramah tamah dengan orang di sekitarnya. Mengingat pertemuanku dengan Kris itu sangat tidak menyenangkan. Pandangan jutek dan tatapan dingin itu. Mungkin wanita ini beruntung bisa mengenal Kris dengan keadaan Kris sekarang yang jauh lebih ramah.
Aku mencoba tersenyum, “ne... aku hanya ingin mengambil pot bunga itu..” aku menunjuk tiga buah pot bunga dan bergegas mengambilnya sebelum hatiku semakin terbakar.
“biar kubantu..” tawar Kris. Aku hanya diam, tak menolak tapi tak juga mengiyakan. Tapi sudut mataku menangkap kalau wanita itu tengah mencegah Kris membantuku, “selesaikan ruangan ini dulu Kris..” cegahnya sambil mengusap-usap bahu Kris.
“ah... aku bisa sendiri kok...” ujarku sambil berlalu dari hadapan mereka dan meninggalkan ruangan itu.
“hooii Min... maaf merepotkanmu...” ujar Hyukjae dari kejauhan, tangannya menenteng sebotol air mineral dan mengacungkan padaku, memberi isyarat menyuruhku duduk di sisinya setelah aku memindahkan pot bunga ini.
“tidak apa...” jawabku pendek sambil terus membawa tiga buah pot bunga yang cukup berat dan  menaruhnya di luar.
**
“huft....” membawa pot bunga ini jadi melelahkan karena aku membawanya dengan sedikit tidak ikhlas, membayangkan Kris bersama wanita itu benar-benar menyebalkan.
“minumlah...” Hyukjae menawarkan sebotol air mineral yang tadi sudah dipegangnya padaku.
“ahh ne tidak usah..” tolakku, “di dalam ruangan tadi aku bertemu Kris dengan wanita muda, dia siapa?” tanyaku.
Belum sempat aku menjelaskan secara mendetil tentang wanita muda yang bersama Kris itu, Hyukjae sepertinya sudah mengetahuinya, “ugh bersama Kris? Mungkin kepala perawat baru, namanya Jessica Han. Dia memang dekat dengan Kris karena dia masih perlu banyak belajar tentang rumah sakit ini..” jelasnya. Aku mengangguk-angguk. Kutekan dadaku pelan sambil berkata dalam hati, Cuma rekan kerja,. Rekan kerja....
“dia cantik sekali kan? Pintar lagi, sayang dia galak dengan semua anak buahnya jadi aku tak berani mendekatinya.” Keluh Hyukjae.
Aku menepuk-nepuk pelan bahunya begitu mengetahui Hyukjae menyukai gadis itu, “kalau jodoh tak kemana” hiburku.
“haha kajja. Kita membantu Kris dan Jessica.” Ajak Hyukjae.
Aku mengikuti sambil terus meyakinkan hati bahwa tidak ada hubungan yang spesial antara Kris dan Jessica.
“hooii kami datang~ yoo waddup...!!” Hyukjae menyapa Kris dan Jessica yang masih sibuk menghias ruangan.
“halo nona cantik” Hyukjae menyapa Jessica dengan membelai rambut panjang Jessica diikat rapi ke belakang, yang disapa malah memalingkan muka.
“tidak sopan..” gerutunya.
“Kris mau kugantikan tidak posisimu?” tanya Hyukjae sambil mengedipkan matanya pada Kris.
Belum sempat Kris menjawab Jessica yang masih berdiri di atas tangga langsung menyahut, “tidak usah, aku Cuma mau dibantu sama Kris. Apalagi aku Cuma memakai rok, aku takut matamu mengamati hal yang tidak-tidak.”
Hyukjae nyengir karena niatnya ketahuan, “galak amat sih nona” celetuknya.
“sudah Hyuk, denganku saja” aku menengahi.
Jessica menatapku sambil tersenyum menang. Kris hanya bisa menatapku pasrah, berusaha menyampaikan sesuatu, mungkin lebih seperti, jangancemburu...  aku yang kurang pandai mengartikan tatapan seseorang hanya bisa tersenyum getir.
Aku membantu Hyukjae memasang beberapa kertas warna warni di sudut ruangan. Menggunting beberapa pita dan membentuknya jadi bunga yang cantik.
Tok...tok...tok...
Semua mata tertuju pada seseorang yang mengetuk pintu, “ada apa Hyo?” Jessica yang mengenali anak buahnya ini langsung bergegas ingin turun dari tempat ia berpijak tadi. aku melirik sekilas sebelum akhirnya memutuskan ia pegawai baru di sini.
“kau ke....AAAAAA” Jessica yang tatapannya daritadi mengarah ke arah seseorang yang bernama Hyo itu kehiangan keseimbangan.
BUKK!! Jessica jatuh, bukan.. bukan jatuh ke tanah, tapi jatuh ke gendongan Kris, tangannya yang mulus dan putih bersih itu terlihat melingkar erat di leher Kris sementara Kris –yang melakukan gerak refleks menggendong wanita cantik dan seksi- ini sedikit terhuyung. Aku mengamati ekspresinya, kaget dan... entahlah, aku rasa untuk sekarang aku lebih ingin membutakan mata dan hatiku. Pelupuk mataku terasa panas, oh hey, sejak kapan seorang wanita sepertiku menangis?
“ehemmm...” Hyo mencoba mencairkan suasana yang terlihat membeku ini, apa? Adegan ini terasa seperti slow motion dalam pandanganku, tak ada yang bergeming dari tempatnya dan mata Kris.. mata itu masih menatap Jessica!
Suasana kembali normal, Kris menurunkan Jessica, matanya melirikku sekilas, aku hanya tersenyum, miris...
Asisten itu membicarakan beberapa hal yang tak ku mengerti pada Hyukjae, Kris, dan Jessica. Apa aku wanita paling bodoh di sini? Aku hanya menangkap kalau Jessica dan Kris diminta mengikutinya. Aku mengamati diriku sekilas, membandingkan diriku dengannya, ah rambutnya yang sehat, lurus dan menawan itu, kakinya yang jenjang, wajah cantik ditambah polesan make up tipis, bibir yang selalu merona merah dan.. pintar.... bukankah itu yang pantas di dapatkan dari seorang putra pendiri sekaligus pemilik rumah sakit ini?
“Hyukjae hyung, temani aku...” ajak Kris sementara matanya beralih kepadaku, “kau mau ikut atau...”
“tidak, aku di sini saja” jawabku cepat, semakin sering aku mengikuti mereka maka akan terlihat semakin bodohlah aku.
Jessica menatapku sebal, aku lebih memilih diam.
“jangan menatap Minah seperti itu sayang, Minah kan sudah....”
“hentikan mulut menjijikanmu itu Hyukjae-ssi..” sela Jessica dengan tatapan sinis begitu merasakan tatapannya padaku diperhatikan oleh Hyukjae.
Aku menunduk, berharap Kris akan mengatakan, hei-aku-sudah-menikah. Apa wanita ini tidak tahu hubunganku dengan Kris? Tapi kata-kata itu hanya berputar-putar dalam otakku saja, ia tak mengatakan ataaupun meyakinkanku kalau ia dan Jessica tidak ada hubungan spesial.
“kami pergi dulu..” hanya itu kalimat yang terdengar di telingaku, aku bahkan tak tahu apakah sekarang Kris melihatku atau tidak. Aku mendongakkan kepalaku begitu suara Kris lenyap dari kedua telingaku, hanya ada Hyo, Jessica dan aku di ruangan ini, aku kembali menyelesaikan dekorasiku tanpa memandang sedikitpun pada mereka berdua.
Tak ada sesuatu yang spesial di telingaku saat mereka berdiskusi, hanya sekedar masalah pekerjaan sampai akhirnya celetukan dari Hyo yang membuatku membeku sejenak, mematikan syaraf-syaraf di tubuhku dan membuat rasa nyeri itu kembali menyesakkan dan menghantam hatiku.
“nona, kau mesra sekali dengan Kris, kalian ssangat cocok”
“benarkah? Selama ini aku belum berani menanyakan statusnya, ku harap ia masih sendiri” entah rasa ingin tahuku yang begitu besar aku memberanikan diri memalingkan wajahku menatap mereka, “setidaknya...ia lebih melihat ke arahku daripada seorang wanita yang daritadi diperhatikannya..” sindir Jessica sinis.
“hha, nona lebih baik kita menyusul mereka sekarang” ujar Hyo mengingatkan Jessica.
Sesuatu yang basah dan berair mendesak keluar dari pelupuk mataku dengan lancangnya, wanita ini, wanita ini mengincar suamiku!
Buru-buru aku memalingkan mukaku dan bergegas meninggalkan ruangan ini sebelum wanita itu melihat airmataku.
aku bergegas menyeka bulir-bulir airmataku sampai akhirnya aku berhenti di sebuah cafe.
Aku mengetuk-ngetukkan kesepuluh jari tanganku ke meja cafe, sesekali aku berhenti mengetukkan jariku hanya untuk sekedar menyedot Caramel Macchiato yang berada di depanku.
Sebentar lagi acara akan dimulai, beberapa bagian dari cafe ini juga akan diisi oleh para tamu undangan.
Sepi, bukan... bukan cafenya yang sepi, hanya hatiku yang rasanya kosong, hampa, Kris masih sibuk bertugas dengan Jessica sedangkan aku hanya bisa menunggu, mengusir jenuh sambil mencoba membunuh kebosananku dengan memainkan gadgetku.
Ahh, kenapa Kris tak mengatakan pada Jessica kalau ia sudah mempunyai istri? Apakah aku sangat tidak pantas untuk dikenalkan sebagai istri pewaris satu-satunya rumah sakit ini?
Tring.... sebuah pesan Line masuk dari eomma, Omg! Eomma mengirimkan sebuah video padaku, tanganku bergerak lincah mengklik link yang dikirimkan, Dennis sedang menyanyikan lagu bear song?aku tersenyum begitu melihat aksi dari anakku, buah hatiku.. aku terus memandanginya sampai-sampai aku tak sadar ada seseorang yang duduk di hadapanku
“Minah” sapanya yang membuatku terlonjak kaget.
“Seungho Oppa” pekikku pelan begitu menyadari keberadaannya.
Ia tersenyum manis, “suamimu pemilik rumah sakit ini ya?” tanyanya antusias. Aku tersenyum mengiyakan.
“lantas apa yang sedang kau tertawakan Minah?” tanya Seungho Oppa.
“ini, lihatlah” aku menyodorkan video Dennis yang sedang bernyanyi dengan riangnya, aku tersenyum senang. Kulihat Seunghopun tampak puas dengan perkembangan Dennis sekarang.
“emm... Min. Itu bukannya Kris?” tanya Seungho, aku yang daritadi sibuk memegang gadgetku kini mengarahkan pandangan tepat di manik mata Kris yang ternyata sedang menatapku tajam.
Aku tersenyum mengejek, siapa yang harusnya mencemburui siapa? Aku mencoba bernapas melalui mulutku begitu melihat pasangan Kris dan Jessica yang berlalu di hadapanku, aku rasa ini adalah ulang tahun terburuk yang pernah kutemui.
Kami pun makan dalam diam, Seungho akhirnya menyadari ada yang tidak beres dengan hubunganku dengan Kris, “kau, tidak apa-apa Min?” tanyanya pelan.
Aku yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makananku akhirnya memilih untuk mengalah dan bertindak. Kutekan dalam-dalam harga diriku dan membuangnya jauh-jauh sebelum akhirnya aku menemui meja Kris yang tengah sibuk bercanda dengan Jessica. Apa peduliku dengan perayaan ulang tahun rumah sakit kalau akhirnya tepat di depan mataku aku melihat suamiku berselingkuh terang-terangan.
“kau” tudingku langsung pada Kris, “lelaki macam apa kau ini?”
Kris menatapku tanpa ekspresi dan akhirnya membuatku gemas, kalau saja dia bukan suamiku mungkin aku sudah menumpahkan wine di depannya.
“yak~ berani sekali kau dengan Pak Kris” kali ini Jessica menegurku. Aku tersenyum sinis,”berani katamu?setidaknya aku tidak sepengecut dia yang tidak mau mengakui istrinya di depan umum” aku berusaha keras menahan airmataku.
Mataku beralih pada Kris, “kenapa kau tak mengatakan padanya kalau aku ini istrimu? Memangnya kau malu?” aku mengepalkan tanganku, “dasar penjahat! Suami bodoh! Tidak setia! Aisssssshhh!!”
                Aku langsung membuang muka da n berlari meninggalkan cafe itu, pesta tetap akan berjalan tanpaku kan? Aku mengasingkan diri di sebuah ruangan yang kuyakini adalah ruang penyimpanan peralatan medis dan menangis tanpa suara, berusaha menahan gejolak yang berlomba-lomba ingin segera dikeluarkan.
                Usai aku menangis, aku melirik jam tanganku yang terlihat mulai kabur karena air mata yang terus menggenang di pelupuk mataku. Sudah jam 11 malam, perayaan utama pasti sudah selesai kan? Setidaknya sekarang aku mengirimkan pesan Line pada Dae supaya mengantarkanku pulang ke rumah.
Aku melangkah pelan melewati ruangan dan menyelinap ke parkiran. Tiba-tiba seseorang mencekal tanganku, memutar tubuhku hingga dadaku berbenturan dengan dadanya.
“jangan pernah kabur dariku tanpa seijinku nona Minah” bisiknya di dekat kupingku, bahkan aku merasakan bau-bauan khas yang menguar dari seseorang yang kukenali adalah Kris.
Aku meronta dalam pelukannya, “lepaskan aku” jeritku.
Dia malah tersenyum dan menggigit pelan kupingku, membuat mulutku meloloskan desahan karena ulahnya.
“apa-apaan ini” jeritku tertahan yang langsung dihentikannya dengan membungkam bibirku, lidahnya yang basah memaksa masuk ke dalam mulutku. Air mataku turun sedemikian derasnya, membiarkan tubuh mungilku terperangkap dalam dekapannya dan membiarkannya mencecap bibirku tanpa ampun.
Begitu dirasanya aku mulai kehabisan napas karena mengimbangi ciumannya, dia melepaskan diri dan langsung berujar, “dengar ya sayang, aku tidak ada niat seeeedikitpun untuk selingkuh darimu jadi tolong hilangkan pikiran-pikiran bodohmu itu” ia menyentil keningku.
Aku masih belum bisa menjawab pernyataannya, napasku semakin terengah-engah akibat ciuman dan pernyataannya tadi.
“Sini kutunjukkan padamu. HUP” dengan satu gerakan tangan dia menggendongku ke atas bahunya.
“yak! Turunkan!”  pukulku pada punggungnya.
“diam sayang, aku mau bernyanyi untukmu” ia bersiul kegirangan, hei apa-apaan ini? jangan bilang ini adalah bagian dari rencana gilanya. Kau ditipu mentah-mentah Bang Min Ah, rutukku dalam hati.
Akhirnya aku memasrahkan diri merasakan tangannya yang menumpu pahaku dan sesekali ia mencubit pantatku dengan gemas. “dasar lelaki sialan! Bejat! Kurang ajar! Mesum! Penjahat kelamin! Sialan!” teriakku berang.
“sssttttt...orang rumah sakit bisa mendengarnya sayang” ia memelankan suaranya dan sekali lagi aku tercekat karena ia membawaku masuk ke aula dan sekarang menuju ke atas panggung.
“wo...woaaah ganas sekali” seseorang yang kuyakini Hyukjae bersuara dari tempat duduknya.
“lepaskan aku Kris ini memalukan” desakku.
“tidak sampai kau mendengarkan permintaan maafku” tolaknya dan langsung mendudukkanku di atas kursi. Dengan cekatan  beberapa perawat pria langsung memegangi kedua tanganku dan mengikatnya di kursi.
“apa-apaan ini?” teriakku marah.
“ini namanya BDSM sayang, masa kau tidak tahu sih? Semakin kau meronta maka akan semakin kencang ikatannya” papar Kris dengan senyum kemenangan.
“suami sialan!” umpatku menahan malu, beberapa pengunjung ada yang berbisik-bisik mengenai percintaanku dengan Kris, ada yang tersenyum, ada juga yang dengan antusiasnya seperti mengatakan, “liar” “panas” “ganas” “amatir” “polos” dan berbagai kata-kata yang teramat sangat menjijikan di telingaku.
“sayang~” Kris memanggilku dan dengan cekatannya ia sudah berada di sebuah piano berwarna putih.
“mau apa kau?” kutekan harga diriku kuat-kuat, rasanya harga diriku sudah jauh terkikis semenjak bersuami dengan lelaki gila seperti Kris.
“aku mau meluruskan, aku tadi hanya berpura-pura dengan Jessica, semua warga dirumah sakit ini juga tahu kalau aku itu milikmu sayang~” ia memamerkan giginya dan mengacungkan tangannya kepada Jessica yang sekarang sedang duduk berdua dengan Hyukjae.
“aku menyayangimu sayang, aku takkan berpaling” ucapnya dengan nada menjijikan yang membuatku membuang muka, “well. Baiklah sudah jam 12, cukup aku berbasa-basinya, happy birthday sayang” ia datang menghampiriku dan mengecup kedua keningku sementara para perawat pun mulai membebaskan tanganku.
Tak terasa airmata pun kembali berjatuhan dari pelupuk mataku, “dasar lelaki jahat” umpatku, benar-benar ya kali ini aku dibuat naik darah hanya karena ulang tahunku sendiri.
“aku kan Cuma bercanda sayang” ia meringis dan langsung membimbingku untuk duduk di sampingnya sambil mendengarkannya bermain piano. Awalnya aku menolak tapi dia mengancam akan memperkosaku di sini kalau aku tidak mau.
“para hadirin, lagu ini khusus untuk istri saya yang sedang berulang tahun” ia tersenyum sumringah, tangannya dengan lincahnya langsung menekan tuts piano.
Ahh, lagu ini... aku memejamkan mataku pelan mendengarkan lagunya.
When your heart is flying away to my heart
I will catch with all my love
Like a ship that sailing on the sea
Is it you where i rest all my heart??
Kris memalingkan wajahnya dan mata kamipun saling bertemu, ia tersenyum, dan mengecup bibirku sekilas.
Im sitting on the parkbench of downtown
Im laughing remember all that you’ve done
There’s a bird is singing on the tree
And you are running around in my head
It is long time since I first met you
I feel my heart is start to grow
Im so happy that I love you with no wonder
And I promise never break it away
Ia meringis sambil menyanyikannya begitu aku mendengar ia mengucap janji yang akan kupegang itu, ahh tapi dulu ia bahkan lebih dulu mewanti-wantiku kalau setiap orang yang berumah tangga itu pasti mempunyai masalah dan ia bisa saja secara tak sadar menyakiti hatiku. Kalau saja ia tidak mengatakan hal semacam itu lebih dulu padaku mungkin aku sudah mencakar wajahnya karena ia melanggar janjinya.
My love is true
There’s a long way to go
There’s a long day to know
My love is true
I love you just as you and please dont gonna be somebody new
Kali ini ia mengecup tanganku mesra dan memandangku lekat-lekat.
“That your love so beautiful and i want it forever” bisiknya lagi. “Happy birthday sayang, I love you” tutupnya yang diiringi teriakan riuh dari penonton.

-END-