Senin, 10 Februari 2014

[FF EXO Kris] Labiletisme



author : @meiokris
Cast :
·         Kris EXO M
·         Min Ah
·         Dennis Wu
·         Lee Hyuk Jae
·         Suho EXO K
·         Deliah M.
Genre : Romance, drama, alay, mesum, gaje, comedy putar/?, married life, family
Length : oneshot
PG : 16


Minah’s POV
Hmmm… aku menghela napas panjang, Jumat pagi yang sangat sibuk untuk seorang ibu rumah tangga sepertiku, ini sudah jam setengah 7 dan Dennis masih belum selesai kudandani untuk pergi ke sekolah.
“Denniiiiiiiiiiiissss…” panggilku. Astaga, Dennis sudah TK tapi masih saja punya kebiasaan buruk yang sulit ditinggalkannya, berlarian sehabis mandi tanpa mengenakan pakaian.
“Dennisss ayoo keluar pakai bajunya” teriakku lagi.
Sekali lagi aku menghela napas, haaaahhhhhhh… ini masih pagi dan tubuhku sudah berkeringat padahal aku sudah mandi. Percintaanku dengan Kris tadi malam membuat tubuhku benar-benar lengket. Aku membayangkan ciuman Kris di seluruh tubuhku dan itu membuat pipiku sukses merona merah, buru-buru kusingkirkan pikiran mesumku itu sebelum Kris mengetahuinya, bisa jadi ia mengurungku seharian kalau aku memikirkan sentuhannya.
Kata siapa setelah menikah segala sesuatunya akan berakhir bahagia? Justru pernikahan itu merupakan awal dari segalanya, tempat dimana dua insan saling bertukar pikiran dan saling melengkapi, bagaimana menyusun strategi saling berkoordinasi untuk mencapai suatu kesepakatan bersama, kadang manusia kembarpun punya sifat yang berbeda padahal mereka tumbuh dan berkembang bersama seiring berjalannya waktu, apalagi kalau yang dalam satu rumah ini dua makhluk berbeda jenis dan keturunan.
Lagipula belum tentu ketika berpacaran kita akan mengetahui segala hal mengenai pasangan kita. Ada orang yang mengatakan kalau pacaran adalah suatu pembodohan belaka. Banyak kebiasaan yang ditutup-tutupi dan itu akan terkuak setelah menikah nanti.
Coba saja kalau kau ingin bertemu pasanganmu, tentu kau akan berusaha berpenampilan semenarik dan bersikap sebaik mungkin kan? Bayangkan saja setelah menikah apa kau akan terus-terusan bersikap sempurna sedangkan suamimu akan dengan mudah melihatmu kapan saja, ketika bangun tidur misalnya, kau takkan bisa menyembunyikan wajah dan penampilanmu yang berantakan kan ketika sang suami sedang bergelung hangat di sampingmu.
Aku memijit keningku pelan. Kris, Dennis. Dua makhluk yang aku bahkan tahu segala kekurangan yang ada pada diri mereka, jangan kau sangka Dennis yang menggemaskan itu terlihat baik-baik saja, dia mungkin lucu kalau kau melihatnya sesekali tapi setelah kau hidup dengannya mungkin kau akan sering berteriak-teriak untuk sekedar menyuruhnya makan atau mandi, begitupun dengan suamiku, Kris. Mungkin dari segi luaran Kris memang sempurna, akupun pernah mengakui itu semasa muda, pemilik sekaligus pimpinan tertinggi di sebuah rumah sakit dengan wajah yang sempurna karena peranakan Chinese-Canadian membuatnya terlihat mencolok akan ketampanannya, namun siapa sangka hidupnya dirumah seperti manusia biasa yang haus akan kasih sayang, atau boleh kubilang sebagai suami ala kadarnya. Dia bukanlah seorang yang perfect, di rumah bahkan otaknya tak lebih pintar daripada Dennis.
 Sewaktu kutinggal pergi dulu dia yang mengurus rumah, ketika aku pulang aku bahkan mengomel panjang. Baju-baju bekas dipakai bertumpuk di atas kasur. Dompet yang hampir ikut terbawa ke mesin cuci kalau aku tidak memperingatkannya. Keran air yang lupa dimatikan, tumpukan piring kotor dan tempat sampah yang penuh. Benar-benar ya, kalau kau pernah merutuki ibumu yang sering mengomel karena kebiasaan burukmu dirumah segeralah bertobat karena kau akan merasakannya ketika sudah berkeluarga nanti.

Kris’s POV
“hmmm..” aku merasakan adanya gerakan-gerakan kecil di atas dadaku. Menggelikan tapi cukup menyenangkan. Pasti Minah masih ingin berusaha menggodaku lagi, tak cukupkah dengan suasana percintaan yang cukup panas tadi malam. Aku bahkan masih bisa membayangkan ketika telapak tanganku memukul pelan dan meremas pantatnya yang padat dan sintal itu sembari kami menyatukan diri. Pikirku.
Dengan semangat aku langsung membelai tubuh mungil yang menindih separuh tubuhku. Tidak salah lagi, ini pasti Minah, aku bahkan dapat merasakan kulit tubuhnya yang sehalus bayi itu. Aku berpikiran mesum seperti biasanya.
Aku terus membelai dan merasakannya……….. ahhh……… eh.. tunggu dulu. Apa ini? Seperti belahan pantat bayi saja. Aku masih memejamkan mataku berusaha memusatkan pikiran dan menerka-nerka bagian tubuh mana yang sedang kupegang. Aku mencubitnya pelan.
“Aww!! Appa!!” seseorang langsung meninju wajahku.
Hah?? Appa??? Aku terkesiap dan langsung bangun dari tempatku. Orang yang kuyakini Minah tadi segera terguling dari dadaku ke sampingku.
“Denniss!!” pekikku kaget ketika menyadari pantat siapa yang kubelai mesra.
“Appa mencubit pantat Dennis” protesnya sambil mengelus pantat kanannya yang bekas kucubit.
“Dennis mau apa kau disini sayang? Cepatlah pakai bajumu” perintahku.
“Appa sendiri tidak pakai baju” protesnya.
Buru-buru aku mengintip di balik selimut yang membungkusku, astaga tubuh polosku yang tampan…
“ohh ini bekas olahraga malam jadi wajar kalau Appa tidak memakai baju” jelasku tak mau kalah.
“olahraga apa Appa?” Tanya Dennis bingung.
“hmmmm… itu sejenis olahra…………..”
“Dennisssssssssss” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku suara istri seksiku kembali terdengar.
“Dennis sana keluar temui eommamu” suruhku sok galak sambil mengibas-ngibaskan sebelah tanganku menyuruhnya keluar.
Dennis menggeleng pelan, tiba-tiba wajahnya berubah sumringah dengan kedua alis yang dinaikkan ke atas dan gigi putih bersih yang ia pamerkan.
“ahaaa” serunya tiba-tiba.
“wae?” tanyaku malas-malasan dan berniat untuk menutup mataku lagi.
“appa kan tidak memakai baju....” ucapnya dengan nada dibuat-buat.
“terus?” sambungku lagi, “jangan bilang kamu mau tidur sama Appa lagi, Dennis kamu kan harus sekolah” aku mengingatkan.
“bukan ituuu” dia menggeleng keras, “Dennis mau lihat burungnya appa” ia mulai menyeringai.
“HAH??!!!” aku menatap Dennis horor. Bocah polos ini.....
“kajja...Appa...” Dennis mulai menyingkap bed coverku.
“omoo Dennis ... andwae Dennis.. “ aku berusaha menahan kedua tangan mungilnya tapi dia tak kehilangan akal. Diterjangnya tubuhku dan ditungganginya pinggangku. Tubuhku yang sedari tadi kumiringkan pun bergoyang menahan berat badan Dennis.
“appa” dia menyeringai pelan.
“andwae sayaang, jangan... Minahh” aku berteriak setengah tersengal sementara Dennis mulai menggelitiku.
Ya Tuhan selamatkanlah aku dari pemerkosaan ini... batinku.
BRAKKK!! Tiba-tiba gerakanku dan Dennis langsung terhenti begitu melihat sosok di depan pintu kamarku.
“DENNIS..KRIS..CEPAT PAKAI BAJU KALIAN!!” teriak Minah geram yang langsung membuat hatiku dan Dennis menciut. Tak ada yang bisa menandingi teriakan singa betina di pagi hari.....
*
“hmmmm”  usai mandi aku langsung menemui Minah dan Dennis di ruang makan. Dennis masih sibuk berceloteh dengan mainan barunya sedangkan aku langsung berjalan mendekati Minah yang masih sibuk memotong sayuran.
“wangi” bisikku tepat di samping telinganya, aroma maskulin dari sabun mandipun langsung menyeruak melingkupi tubuhku dan Minah yang saling merapat.
Kedua tanganku memeluk pinggang Minah dan mengelus perut datarnya, sementara aku menenggelamkan wajahku di antara leher dan bahunya.
“tubuhku bau masakan.. kau tidak kebauan?” tanya Minah yang masih belum bergeming dari tempatnya.
“tidak ada yang seharum tubuh istriku ini” aku mencoba merayunya, namun bukannya membuat pipinya merona merah, Minah malah memutar tubuhnya dan mendorongku pelan, “hentikan bualanmu Kris, duduklah ke kursi makan dan nikmati sarapanmu, hari ini kau ada meeting kan?”
Sial! Hanya gara-gara aku mengatakan ada meeting hari ini bahkan Minah berusaha untuk tidak tertarik dengan rayuanku. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk dan menemani Dennis.
Sementara sudut mataku masih tak lepas dari Minah yang sedang menyeduh kopi.
Ahh... Minah  yang dulu polos dan malu-malu itu sekarang sudah berubah menjadi istri yang kuat dan beringas.
Aku terkekeh pelan mengingat masa-masa pacaranku dengan Minah, memang segala sesuatunya banyak yang berubah ketika kami menikah ini, sekarang Minah tahu bahwa aku sangat pemalas kalau dirumah, untung saja Minah itu istri yang rajin.
Aku tersenyum sambil menatap Dennis yang mulai melahap sarapan paginya, “phhbbtt” cibirnya padaku.
Senyumku pun langsung pudar, bocah ini selalu saja ingin merebut Minah dariku, dia tidak tahu saja kalau tanpa kantong semenku dia tidak akan lahir. Dennis langsung memalingkan wajahnya dan memburu Minah, “eomma” dipeluknya Minah.
“apa sayang?” sahut Minah lembut.
“Dennis hari ini mau ditungguin eomma di sekolah”
“heh?” Minah menatap Dennis heran.
“Dennis nggak mau diantar Appa” rengeknya, “tiap Appa yang mengantar Dennis pasti banyak tante-tante yang lirik-lirik Appa”
Mau tak mau aku langsung berusaha menahan senyumku sambil mengusap belakang kepalaku, wohoo seorang Wu Yi Fan memang selalu membuat wanita mendamba padanya kan?
Tiba-tiba pikiranku langsung buyar begitu aku menyadari adanya tatapan membunuh yang berasal dari istriku.
“jangan salahkan aku kalau wajahku terlalu menarik perhatian” kilahku sambil berusaha tetap tersenyum, istriku cemburu. HA.
Minah berusaha ikut tersenyum, “kalau tidak sama Appa sama siapa dong?” tanyanya lembut.
“hmm appa yang mengantar tapi Dennis ditungguin sama eomma” usulku cepat.
“appa di mobil saja” usul Dennis lagi.
“no...noo” aku membuat gerakan menolak, “appa akan mengantarmu dan eomma sampai gerbang”
“dan membiarkanmu di tatap oleh para istri yang haus belaian?” protes Minah.
“lebih baik aku yang ditatap para wanita haus belaian daripada istriku yang ditatap lelaki yang suka membelai” jawabku enteng.

Minah’s POV
Beginilah aktivitasku sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Tidak ada yang spesial. Hanya saja kedua permata hatiku yang membuatku merasa spesial. Mungkin sesuatu yang terlihat biasa saja di mata orang lain dapat berdampak luar biasa bagi diriku. Sentuhan ringan Kris ataupun perhatian kecilnya secara tidak langsung menunjukkan rasa sayangnya padaku, itu lebih baik daripada lelaki yang suka mengumbar kata sayang namun kenyataannya nihil.
“twinkle...twinkle..little star..” suara Dennis dan Kris yang saling bersahutan di dalam mobil membuatku tersenyum.
“sumbaaaang” protesku sambil mencubit pelan lengan Kris, Kris hanya tertawa dan tetap meneruskan nyanyiannya.
“sudah sampai... kajja” Kris membantu melepas seatbelt dan membantu Dennis turun.
“kita adalah keluarga bahagia” kata Kris sumringah , tangannya yang bebas merangkul pundakku dan tangannya yang lain menuntun Dennis.
“nah” Kris menepati janjinya, mengantarkan kami sampai ke depan gerbang. Aku merasakan beberapa pasang mata mulai menatapku iri atau.... ah mungkin Cuma perasaanku saja, aku mencoba menepis perasaanku dan langsung melepas kepergian Kris.
“siang ini kita makan di luar ya. Usai rapat sama beberapa petinggi rumah sakit aku akan langsung menjemputmu dan Dennis” dia mengecup puncak kepalaku dan mengusap kepala Dennis, “jangan main mata” dia mengedipkan sebelah matanya padaku. Astaga suamiku ini. mau tak mau aku tersenyum melihat tingkahnya.
Usai Kris pergi aku dan Dennis langsung melangkah memasuki gerbang sekolah, tak lama kemudian Dennispun di panggil untuk senam. Aku fokus memperhatikan gerakan Dennis hingga tanpa sadar ada sebuah tangan yang memegang pundakku.
“eghhh” aku berjengit kaget begitu menyadarinya dan refleks menghindar dari tangan itu.
“oh, maafkan aku” kata sang pemilik tangan penuh penyesalan.
Untuk sesaat aku hanya bisa terpana menyadari wajah yang sekarang berhadapan dengan wajahku. Tampan. Hanya itu yang bisa kudeskripsikan padanya hingga aku bahkan hampir lupa untuk menutup mulutku. Dia mungkin bingung melihat ulahku.
“hei..” sapanya lagi.
“oh...hai...tidak apa-apa” buru-buru kusembunyikan ekspresiku takut kalau dia salah paham dan berpikiran yang tidak-tidak. Oh Kris maafkan aku yang sudah bermain mata. Sesalku. Tapi lelaki ini benar-benar tampan dengan wajah Korea asli bukan tampan oplosan seperti suamiku yang berdarah Chinese Canadian.
Aku langsung menghapuskan pikiranku terhadap lelaki di depanku sekarang, ingat aku sudah punya suami dan anak, batinku menguatkan mencoba mengusir pikiran yang mulai melantur kemana-mana.
“hmmm...salam kenal, aku Suho.. mohon bantuannya” dia membungkuk kepadaku yang mau tak mau membuatku balas membungkuk.
“ne... Minah imnida, memangnya mau bantuan apa?” tanyaku.
Lelaki itu tampak grogi mengucapkan pertanyaannya, “saya hanya ingin bertanya kira-kira kapan kelas akan bubar, hehe, saya baru pertama mengantar keponakan saya”
Aku tersenyum geli mendengarnya, “kembalilah ke sini jam 1 nanti”
“ahh...” dia mengangguk, “umm... kalau begitu mau menemaniku ke cafe seberang?” tawarnya.
Aku mengangguk dan mengikutinya untuk sekedar melepas kejenuhan belaka, siapa tahu kami bisa berteman.
*
Author’s POV
Kris meregangkan tangannya sementara cleaning service mulai membersihkan ruangan tempatnya rapat.
“A—yo Kris, whatsup” Hyukjae datang dengan semena-semenanya ke ruangannya dan mulai bertingkah ala boyband Korea.
“hai cantik” dan naluri kelelakiannya mulai beraksi begitu melihat gadis yang sedang membersihkan ruangan.
“Naya, kamu boleh keluar” perintah Kris langsung.
“yak! Aku bahkan belum selesai merayunya” desah Hyukjae.
“aku punya penawaran untukmu” Kris menatap Hyukjae misterius.
“apa?” dia mengibaskan tangannya mencoba mengusir hawa ruangan yang mulai terasa panas ketika Kris mematikan AC.
“kau harus mengantarkanku ke salon” Kris menyeringai, “ kudengar kau punya koneksi bagus dengan para pemilik salon, kurasa aku akan mengubah gaya rambutku dan mengecat ulang rambutku, aku tidak ingin Minah bosan melihatku”
“huh?! Kau ingin membayarku berapa untuk mengantarkanmu?”
“sebuah acara makan malam dengan perawat cantik di sini, itu kalau hasil salonnya bagus” tawar Kris.
“sebagus apapun penampilan rambutmu nanti kau akan mengatakan itu jelek karena tidak mau membayarku” sindir Hyukjae.
Kris terkekeh, “kali ini aku bersumpah”
Akhirnya Kris dan Hyukjae pun melenggang keluar ruangan rapat dan bersiap untuk pergi ke salon.
“kau ingin mengantarkanku ke salon itu??” tunjuk Kris begitu Hyukjae sibuk memutar mobilnya menuju ke sebuah salon yang terlihat sangat sederhana.
“apa kau yakin akan membawaku ke sini?” tanya Kris sedikit memandang miring ke arah salonnya.
“yap, kau tahu perawatan di sini bagus dan kupastikan istrimu tidak akan cemburu kalau aku membawamu ke sini”
“kenapa? Karena pemiliknya tua?” tanya Kris heran.
“bukan, pegawai salonnya semuanya banci” jawab Hyukjae dengan cara bicara yang dibuat-buat.
“HAH??!!”
“waeyo?” Hyukjae tampak tersenyum menang.
“Ya Tuhan ampuni dosaku...” Kris mulai memohon dengan tampang memelas. Dikencangkannya sabuk pengaman yang daritadi masih melekat kuat di tubuhnya.
“tenang Broo... sejak kapan seorang Kris yang dikenal pemberontak jadi pengecut seperti ini” ejek Hyukjae sambil terus menahan tawanya.
“tapi yang ini beda lagi” keluh Kris, ia bergidik membayangkan tangan-tangan besar para wanita setengah pria itu menjamah kulit kepalanya.
“kau bilang ingin perawatan salon yang murah dan memiliki pelayanan bagus” kali ini dia terkekeh.
“rambutkuuu....” keluh Kris lagi sambil bergidik ngeri.
“tenang..Cuma bagian rambut yang dia pegang, yang lainnya milik istrimu” Hyukjae langsung memaksa Kris turun.
“yaaak!! Yaak!!” Kris terpaksa turun dan langsung mengelus tangannya yang ditarik Hyukjae masuk ke dalam salon.
“hai, selamat pagi menjelang siang” sapa seorang wanita errr... mungkin lelaki dilihat dari postur tubuhnya yang bidang dan kakinya yang berotot tapi bergerak dengan sangat luwes dan gemulai dengan pakaian wanita dan stiletto berwarna kecoklatan di kakinya.
“tamatlah riwayatku” keluh Kris dalam hati dan dengan berat hati menyeret langkahnya ke dalam salon yang ditunjuk Hyukjae sementara Hyukjae berbalik ke mobil dan mengemudikannya meninggalkan salon.
**
“awalnya aku dan dia memang sejalur, tapi keadaan yang membuat kami berpisah. Awalnya kami kira pernikahan kami akan selancar seperti yang akan kami berdua bayangkan, banyak yang mengatakan sifatku dan Helena bagai pinang di belah dua. Sama-sama punya kesamaan hanya berbeda gender. Kupikir ini takkan menjadi masalah..” Suho menatap Minah kemudian menyesap Caffe Latte.
Minah mengernyitkan keningnya, bagaimana bisa dua orang dengan sifat yang sama hidup dalam satu rumah juga membawa masalah? Bukankah harusnya mereka saling mengerti satu sama lain, memahami karakter diri sendiri sama halnya dengan memahami karakter pasangan.
Minah membatin.  Setahuku bukankah banyak orang yang berbeda pendapat dengan pasangan yang rentan mengalami perceraian? Lantas kalau bukan kesamaan dan perbedaan yang menyebabkan utuhnya sebuah pernikahan, lalu apa?
Suho mendesah pelan, “ ya, karena persamaan itulah yang membuatnya terasa sulit di beberapa sisi. Terkadang ketika aku sedang menyembunyikan sesuatu, di saat yang sama Helena juga menyembunyikan sesuatu, masalah yang terjadi antara kami satu sama lain saling tersembunyi dan seperti tak ada apa-apa dalam rumah kami, hingga suatu saat masalah yang lama disimpan pun terkuak perlahan dan menimbulkan bau busuk, kami sering salah faham dan kadang tidak berakhir dengan damai karena kami masing-masing bersikeras menyembunyikan perasaan masing-masing” sorot matanya nampak terluka, “ kadang salah satu dari kami berpikir untuk mulai mengalah dan mulai menguak masalah kami masing-masing dan berusaha membuat rumah tangga kami terlihat lebih hidup, adakalanya hidup kami terasa sangat datar, pergi ke kantor, membuat sarapan, pulang dari kantor, membersihkan rumah, tidur adalah ritual yang terasa sangat biasa saja dengan tidak adanya sifat dominan dalam keluarga kami.”
Minah terus mendengarkan curhatan dari lelaki tampan yang baru dikenalnya dua jam yang lalu, “kami sama baik dalam hal baik dan buruk, kami sama-sama pekerja keras apalagi istriku adalah wanita karier yang berprofesi sebagai bidan dalam jam terbang tinggi. Akhirnya kadang aku yang mengalah dan berpura-pura cemburu untuk istriku sekedar menunjukkan rasa sayangku padanya” Suho mengaduk-aduk minumannya, “akhirnya kami lelah dengan semuanya, terlalu naif memang membuat sandiwara roman picisan hanya untuk sekedar memberikan kemesraan dan kebahagiaan dalam hidup. Terlalu banyak kepura-puraan.”
Minah mengangguk kecil, pikirannya melayang. Memang benar. Bukankah menikah itu semuanya harus serba transparan agar tidak menimbulkan perselisihan. Dengan terus menerus bersandiwara hanya untuk sekedar menunjukkan perasaan juga membuat lelah, siapa yang sanggup berubah jadi orang lain setiap harinya?
“hmmm, disaat seperti ini kadang aku tidak mensyukuri hidupku sendiri” tanpa sadar Minah menggumam sendiri, memikirkan betapa seringnya ia merasa berdosa di hadapan Tuhan ketika ia sedang berhadapan dengan suaminya yang kadang membuatnya jengkel dan mengeluh meratapi nasibnya. “kadang aku tak menyadari kuasa Tuhan yang jauh di luar pendapatku sendiri. Tuhan memang mempunyai segala cara untuk menyadarkan umatNya” desah Minah tertahan, ia menyadari betapa bodohnya ia mengeluh melihat tingkah Kris yang memang di atas rata-rata.
Suho mengangguk, “begitupun aku, selama hidupku aku tak pernah berpikir untuk mendapatkan istri yang bahkan sifatnya sama persis dengan sifatku. Setidaknya kami masih tetap saja berhubungan baik, kami bercerai dengan baik-baik” kali ini ada nada senang terselip dari ucapannya.
Tak terasa Minah menitikkan airmatanya, Ya Tuhan betapa Engkau sudah menyempurnakan hidupku dengan segala perbedaan antara hidupku dengan Kris, maafkan aku yang terlalu lancang untuk meminta apa yang tak kupunya dariMu, maafkan aku yang tak mensyukuri nikmatMu.
“jadi....mana suamimu Min?” tanya Suho yang hanya bisa membeku menatap Minah yang tengah terharu.
**
 Begitu Deliah –banci seksi- menyelesaikan pekerjaannya. Dia mengelus pipi Kris pelan menatap puas hasil pekerjaannya di cermin.
“sudah selesai ganteng” ucapnya dengan nada sensual yang membuat bulu kuduk Kris meremang karena merasa yang merayunya sekarang bukanlah wanita tulen.
Kris mulai mengalihkan pandangannya dari Mac yang ia mainkan sekali lagi, menatap puas pada hasil karya sang banci. Tapi pandangan sensual dari Deliah benar-benar membuatnya ngeri. Ia mulai merasa tidak enak.
“thanks” balas Kris dengan memasang wajah dinginnya, hal yang dilakukannya ketika ingin menjaga jarak dengan orang lain. Kris merasa suara dinginnya mampu membuat nyali orang  yang berhadapan dengannya menciut. Namun sepertinya dia salah memilih lawan.
Bukannya takut, Deliah makin semangat menggoda Kris, begitu Kris ingin bangkit dari temp-at duduknya, Deliah membuat gerakan tangan yang berupaya untuk menahan Kris.
“apa yang kau lakukan?” bentak Kris.
“kau mau kuberikan service pijat gratis?” tawar Deliah. Bibirnya yang merah merekah mulai membuat gerakan mencium.
“tidak” tolak Kris cepat.
“apa kau tidak merasa rugi tidak sempat menikmati pijatan erotis gratis dariku?” bujuknya lagi sembari memamerkan jari-jari tangannya yang lentik dengan kuku-kuku terawat yang di cat merah.
Pijatan erotis katanya? Yang ada aku yang kehilangan keperjakaanku kalau menikmati pijatan erotis darinya. Batin Kris.. Eh kalau sudah menikah dan sering menggoalkan istriku, apa masih bisa disebut perjaka? Kupikir sih begitu mengingat aku yang selalu membobol istriku, bukan sebaliknya.
“aniyo” kata Kris sambil berusaha menekankan suaranya.
“ayo duduk” paksa Deliah yang langsung menekan bahu Kris, “rileks sayang” suruhnya sambil mulai membelai dada Kris. Dada Deliah yang terlihat padat dan menonjol mulai menekan-nekan daerah di sekitar belakang kepala Kris.
“bagaimana? Enak kan?” bisiknya lembut namun terdengar menjijikan.
Kris makin bergidik ngeri tapi ia merasa percuma saja melawan Deliah, Deliah terlalu mengerikan dengan kekuatan lelaki namun memiliki sifat seperti wanita. Kris menggertakkan giginya berupaya mencari cara untuk meloloskan diri dari sang banci.
“hmm... madam” panggil Kris sambil berdehem, padahal dalam hatinya ia merasa ingin muntah sekarang mengingat betapa lembutnya ia memanggil Deliah.
“nooo... panggil aku Deliah saja baby~” desahnya sambil berusaha untuk menggigit kuping Kris kalau saja Kris tidak menghindar, “harumnya” bisiknya.
Kris langsung terkejut dan refleks berdiri, “a...aku mau ke kamar mandi”
Kris buru-buru pergi tanpa mengindahkan suara Deliah yang memanggilnya, di raihnya Mac yang di letakkannya di atas meja.
Sialan, kenapa aku mendadak gugup seperti ini, bahkan ketika aku memenangkan tender proyekku dengan rumah sakit Stavano aku tidak seciut ini. umpatnya.
Di tekannya nomor Hyukjae, dering pertama Hyukjae langsung mengangkat teleponnya, “bagaimana servicenya yang muda dipertuan Kris” godanya langsung yang kontan membuat Kris ingin mencekik leher lawan bicaranya.
“Hyukjae, aku berencana untuk membunuhmu malam ini” ucap Kris yang dengan sengaja memelankan suaranya namun terkesan ada nada tertekan dari ucapannya.
“hahaha, eottohke?? Bersenang-senanglah dengan gadis barumu” goda Hyukjae lagi.
“aisshh.. jinjja... jemput aku sekarang atau aku akan kabur dari sini dan berlari untuk membunuhmu” ancam Kris lagi.
“aku ingin mendengar berita ‘seorang putra taipan pemilik rumah sakit ternama mati karena diperkosa seorang banci’ hahaha” Hyukjae tidak merasa sedikitpun takut dengan ancaman Kris.
“sebelum itu terjadi kau sudah kupastikan akan menatap bangkai tubuhmu sendiri hangus di tanganku”
Lagi-lagi Hyukjae tertawa, “hahaha OK. OK aku akan menolongmu, ini untuk kebaikan Minah, aku tak ingin melihat dia menangis karena menjadi janda bahkan di usianya yang masih sangat muda itu”
“aisshh.. hentikan omong kosongmu itu Hyukjae! Aku tidak main-main dengan ucapanku” Kris langsung mematikan teleponnya.
“sayang kenapa lama sekali??” tanya Deliah sambil mengetuk pintunya.
Kris menahan napasnya. Lagi-lagi pintu diketuk dengan lebih keras, “sayang kau tidak sedang onani kan?”
“.........”
“sayang?”
“......”
CKLEK. CKLEK. Kali ini Deliah menggunakan kunci untuk membuka pintu kamar mandi, “kalau kau mau, aku bisa memuaskanmu” tawar Deliah.
“hyaaaa toloooong” Kris langsung mendorong Deliah meninggalkan kamar mandi dan pergi ke luar.
*
“baiklah, lantas apa yang harus aku lakukan pada si banci nanti? Berpikir cepat Hyukjae tampan” gumam Hyukjae sendirian.
“kalau aku pergi ke sana sendirian....hmmm” Hyukjae  langsung bergidik ngeri membayangkan apa yang akan dilakukan Deliah pada tubuhnya, ia melirik bagian bawah pusarnya, “yang sabar yah juniorku, aku takkan membiarkanmu dijamah oleh tangan-tangan keramat seperti wanita setengah jadi itu..”
“ahhaa...sepertinya aku harus menjemput Minah” Hyukjae langsung melajukan mobilnya menuju sekolah Dennis.
“kau tidak bisa kabur sayang” suara Deliah terdengar sangat mesra. Sementara Kris masih berputar-putar mengitari ruangan mencari pintu keluar.
“kau tidak bisa keluar sayang aku bahkan sudah menyembunyikan sepatumu”
“Ya Tuhan selamatkan aku” Kris memohon.
Matanya nyalang mencari pintu keluar, semuanya benar-benar di kunci.
“banci sialan” umpatnya.
“sayang mau kemana?” Deliah tersenyum menang begitu melihat Kris yang sibuk mengumpat.

BRAKK!! Pintu pun di dobrak dari depan. Kris dan Deliah terpaku menatap sosok wanita yang muncul dari luar.
“yaak!! Kris oppa apa yang kau lakukan dengan wanita itu??!!” Minah langsung menatap Kris marah dan menyeret Kris keluar.
“OMG apa yang telah kau lakukan dengan lelakiku!” pekik Deliah tertahan.
“lelakimu kau bilang?” Minah menatap Deliah sinis, “dengar ya Nyonya, dia bahkan sudah menikah dan mempunyai anak”
“sayang, aku bisa je........”
“diam kau Kris, ini urusan wanita” Minah melirik Kris tajam.
“aku tidak percaya” lolong Deliah pilu.
Minah berkacak pinggang, ia menyipitkan matanya, “kau mau bukti? Heh?” dikeluarkannya handphonenya, “ini anakku dan Kris, apa kau tidak melihat kemiripan di antara wajah kami bertiga? Oohh atau kau perlu tes DNA untuk membuktikan kalau dia adalah anak dari lelaki yang kau bilang milikmu itu?” sembur Minah.
Wajah Deliah yang semula tegang mulai berangsur tenang, “baiklah, kau boleh mengambil pelangganku. Aku tak ingin ada anak yang kehilangan ayahnya karena ayahnya lebih memilih wanita seksi sepertiku daripada wanita berdada rata sepertimu” dia menatap sedih.
Minah membulatkan mata. Wanita berdada rata katamu??
kalian boleh pergi, aku tidak akan memungut bayaran sepeserpun pada kalian” ia tersenyum, “aku minta maaf”
Kalaupun harus membayar, aku takkan sudi membayarnya. Ini benar-benar pelecehan seksual. Gerutu Kris dalam hati.
*
Malamnya....
                01.00 A.M
Kris terbangun dari tidurnya dan mendapati Minah yang masih membelalakkan matanya menatap langit-langit kamarnya. Kris mulai melancarkan aksinya untuk menggoda Minah.
“aduh..”
“waeyo??” tanya Minah yang mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar dan beralih menatap Kris.
“aku merasa bibirku bengkak” goda Kris, “pasti kau mencuri ciumanku diam-diam ya?”
“yakk!” Minah memukulkan guling ke badan Kris, “kau pikir aku sebejat dirimu hah??” dia memanyunkan bibirnya.
“lantas kenapa sampai sekarang belum tertidur?” tanya Kris penasaran.
“hmm... aku hanya membayangkan apa yang sudah kau lakukan dengan Deliah” mata Minah menerawang.
“yak! Jangan mengkhayalkan aku dengan banci sialan itu!” gerutu Kris, “dia hanya mengurungku di sana”
Minah mengangguk-angguk, “kupikir kau akan pasrah” dia terkekeh.
“tapi kau membelaku mati-matian dan itu menyeramkan” goda Kris.
“itu...itu karena aku tak mau suamiku jadi gay”
“huh? Kau sendiri kenapa mendatangiku sendirian? Kenapa malah Hyukjae yang menunggu di dalam mobil?” tanya Kris.
“dia takut dengan banci” Minah mengulum senyumnya. “aku banyak mendapat pelajaran hari ini” kali ini Minah menatap Kris sungguh-sungguh.
“apa?”
Minahpun menceritakan pertemuannya dengan Suho tanpa ada sedikitpun bagian yang ditutup-tutupi.
“Tuhan punya banyak rencana yang lebih indah bahkan dari meskipun itu berasal dari kekacauan yang telah Dennis dan kau buat” Minah tersenyum begitu menutup kisahnya.
“...dan aku juga mendapatkan pelajaran hari ini, pelayanan terbaikpun sebanding dengan harga yang sesuai pula” gumam Kris sambil merapatkan tubuhnya memeluk Minah.
“err..panas Kris, jangan peluk-peluk” protes Minah.
Kris menyeringai, “kau bilang tadi tidak bisa tidur, aku sudah berpikir akan membuatmu tidak tidur semalaman” ditutupnya bed cover sampai menutupi kepala mereka berdua.
“yakkk!! Yakk!! Kris!! Andwae!!!”

-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar