KNOW ME FIRST, KISS ME LATER(PART VI)
Author:
Mei F.D
Cast :
·
Wu Yi Fan/ Kris EXO M as Kristanius A. S.
·
Mello as Priscilla N. Melody
·
Delida Rahardika as Delida
·
Kim Jong Dae as Dae
·
Do Kyungsoo as D.O
·
Oh Sehun as Odult
Length : multichapter
Genre : romance, drama, antara kocak dan
ngenes ckck
PG : 15++
Dibaca dulu siapa tau suka, kalau gak suka
baru tekan tombol back^^. Klo ff ini dijamin udah tamat hehehe. Jgn lupa follow
@meiokris :*
***
Author’s
POV
Awan mendung
berarak menuju danau karena di tiup angin, di danau inilah air hujan jatuh
setetes demi setetes dan perlahan mendarat mulus di kulit Mello. Danau adalah
saksi bisu drama menyedihkan antara dia, Miranda dan Kris.
Mello
terduduk lemas menahan emosi jiwanya yang menyesakkan, membuat paru-parunya
seperti dipukul benda tumpul, tak berdarah namun terasa amat nyeri. Di tatapnya
arah kepergian Kris dan Miranda yang menyusulnya itu, sepi... hanya
kilasan-kilasan drama beberapa menit yang lalu berkelebat di benaknya.
DO...jemput aku di taman dekat danau ya..
Mello
mengirim pesan singkat itu pada DO, ia tahu DO bukanlah lelaki bodoh yang tak
bisa menyadari kalau cewek yang sedang di seberang teleponnya sedang terluka,
biarlah dia sendiri dulu, ia tak yakin DO akan menyetir dengan selamat kalau
tahu keadaan Mello.
Mello
menghela napas berkali-kali, berusaha menetralkan pacuan detak jantungnya dan
butiran kristal yang mendesak ingin keluar... ia tak tahan lagi...
Mello
menangis.. merintih.. meneriakkan nama Kris di sela-sela suara hujan yang
dengan kejinya menenggelamkan suaranya. Mello bahkan tak terlalu jelas
mendengar rentetan teriakannya, semuanya terlalu berdengung, menyesakkan dan
menyakitkan.
Ia berteriak
parau meratapi nasibnya sendiri yang ditinggal kekasih yang bahkan cuma
dimilikinya beberapa menit itu. Hilang sudah, sia-sia...usahanya membuat
seorang Alva jatuh cinta padanya..
“iya aku
memang bodoh!! Aku memang bodoh mencintainya!! Aku bodoh terus-terusan
menunggunya!! Aku bodoh karena selalu memikirkannya!” suaranya memelan, “kenapa
kau tega melakukan semua ini Kris...kenapa...” ia tersedu.
Kepercayaan
dirinya sudah benar-benar lenyap, hatinya remuk.. airmata yang mengalir deras
di sudut matanya bahkan tak kuasa mewakili kesedihan yang membuncah pada
dirinya. Terlalu banyak emosi dan terlalu banyak umpatan yang ingin ia
keluarkan.
Hidungnya
terasa sakit dan matanya terasa perih karena air hujan yang terus-terusan
mengguyur tubuhnya..semua sakit, dingin dan perih yang ia rasakan di tubuhnya
kini tak sebanding dengan rasa perih yang menusuk hatinya.
“Melloooo”
DO berteriak diantara hujan yang turut menenggelamkan suaranya. Tenggorokannya
benar-benar terasa sakit karena harus meneriakkan nama Mello berulang-ulang.
Mello
merasakan ada yang memanggilnya, ia menoleh hingga akhirnya ia dan DO bertemu
pandang..
“Mello....”
DO berlari ke arahnya.
Mello
mencoba beranjak dari tempat duduknya, ia mencoba berdiri namun kakinya sudah
benar-benar terasa lemas sekarang, ia jatuh terduduk.
Mello
meremas rumput di dekatnya, ia merasa tak mempunyai gaya gravitasi lagi, ia
tergugu meratapi kepergian Kris, bahkan genangan air yang tercipta di depannya
seakan mengejeknya dengan menampilkan refleksi dirinya yang benar-benar kacau.
Mello terus menangis hingga akhirnya pandangannya mengabur dan semuanya terasa
gelap.
I often close my eyes and I can see you smile
You reach out for my hand and I'm woken from
my dream
Although your heart is mine... It's hollow
inside
I never had your love and I never will
And every night.. I lie awake
Thinking maybe you love me... Like I've
always loved you
But how can you love me... Like I loved you
when
You can't even look me straight in my eyes
I've never felt this way to be so in love
To have someone there, yet feel so alone
Aren't you supposed to be the one to wipe my
tears
The on to say that you would never leave
The waters calm and still
My reflection is there
I see you holding me but then you disappear
All that is left of you
Is a memory... on that only, exists in my
dreams
I don't know what hurts you but I can feel it
too and it just hurts so much
To know that I can't do a thing and deep down
in my heart
Somehow I just know... that no matter what
I'll always love you...........
So why am I still here in the rain..........
Alva....aku bahkan tak bisa menjangkaumu...
Walaupun saat itu aku sudah memilikimu...
Aku tau kau masih mencintainya dan separuh
hatimu masih bersamanya..........
***
DO menatap
wajah tenang yang tengah berbaring di atas tempat tidurnya, di telusurinya
wajah Mello, cantik, pujinya.
DO beberapa
kali mengompres gadis yang berada di depannya sekarang, Mello demam tinggi
semenjak kejadian itu sehingga DO harus memanggil dokter untuk memeriksa
keadaannya.
Diam-diam ia
beranjak dari tempat duduknya dan menundukkan wajahnya di depan Mello,
dikecupnya pelan bibir gadis yang di cintainya perlahan, di elusnya bibir bawah
Mello yang masih pucat.
Mello
bergerak-gerak dalam tidurnya yang membuat DO kelabakan karena takut ketahuan
telah mencuri ciuman Mello, “mmhhh...gege...” gumamnya dalam tidurnya.
“bahkan kau
masih memimpikannya dan dia masih menjadi satu-satunya pangeran bunga tidurmu”
DO menatap Mello prihatin.
Ia mengecek
ponsel Mello dan mendapati puluhan chatting, puluhan panggilan terjawab dan
segalam macam usaha dari Kris untuk menghubungi dan mencari keberadaannya.
Mell...
Mell
maafkan aku...
Mell...kamu di mana sih?!
Mello aku janji akan menemuimu...
Daaaan
puluhan pesan dari Kris yang membuat DO ingin meludah di tempat, DO memandang
Mello sebentar, di hapusnya seluruh pesan dari Kris dan tak lupa
memblacklistnya.
“kau lebih
baik tidak usah berhubungan dengan Kris lagi” ujarnya lirih.
“Mello...”
DO membangunkan Mello yang masih tertidur, diceknya suhu badan Mello yang masih
panas.
“hhhh apa”
Mello menggerakkan matanya dan mulai membukanya perlahan
“makan siang
dulu ya ntar sambung lagi tidurnya” bujuk DO sambil membetulkan letak bantal
Mello.
“nggak mau
makan” tolaknya. Ia memejamkan matanya lagi.
“makan
sedikit say...err... Mell... baru minum obat” DO bersikeras mendudukkan Mello
dan menyuapinya.
Akhirnya
Mello mulai membuka mulutnya sedikit dan mulai memakan buburnya dengan wajah
yang ditekuk, sesekali DO menyeka bubur yang meleleh di sudut Mello, ia juga
yang mengurut pelan punggung Mello ketika Mello terbatuk dan berniat untuk
memuntahkan makanannya.
DO beberapa
kali harus mengelus dadanya, menahan keinginannya untuk tidak menciumi gadis di
hadapannya ini.
*
Setelah DO
selesai menyuapi Mello dan membiarkan untuk tertidur lagi, tiba-tiba bel
rumahnya berbunyi.
DO langsung
mengalihkan perhatiannya dari Mello dan berjalan membukakan pintu, begitu pintu
terbuka ia tercekat dengan sosok yang muncul di hadapannya sebagai tamu. DO
menyeringai.
BUKKK!!
Sebuah tonjokan mendarat mulus di wajah tamunya. Kris jatuh tersungkur. DO
kalap dan membabi buta, sebelum tamu yang datang ke rumahnya itu bangkit, ia
sudah lebih dulu melayangkan bogem mentah untuk yang kedua kalinya. Napasnya
memburu.
DO berusaha
mengontrol emosinya, kalau saja Kris bukanlah lelaki yang dicintai Mello
sepenuh hati mungkin detik ini juga ia sudah membunuhnya. Kris tetap diam, tak
melawan ketika menghadapi serangan dadakan dari bawahannya.
Kris hanya
menatap DO dengan pandangan terluka sambil menyeka darah yang mengalir di sudut
bibirnya.
“kenapa??
Kenapa kau tak membalasku Tuan Alva?! Kenapa? Aku Cuma bawahanmu dan kau bisa
saja menghancurkan hidupku dalam sekejab!!” DO menarik kerah kemeja Kris yang
masih terduduk di terasnya seraya berkata, “bapak boleh menghancurkan hidup
saya tapi jangan pernah menghancurkan hidup Mello!!” ia menggeram.
“calm down,
aku kesini untuk meminta maaf” Kris menepis tangan DO sambil berdiri dari
tempatnya.
DO meludah,
“meminta maaf? Semudah itu kau mengucapkan maaf sedangkan wanita yang kau
sakiti sedang benar-benar terluka karenamu?! Brengsek!!” tangannya mengepal.
“kau bahkan
belum melihat hasil kelakuan kejimu pada Mello kan?! Aku yang menemukannya di
taman, ia benar-benar hancur di hari yang seharusnya membahagiakannya karena
kau berniat untuk menjadikannya kekasih kan?” DO menyeringai sementara Kris
terhenyak mendengar perkataan bawahannya.
“kenapa kau
diam saja? Merasa simpati? Cih. Apa pedulimu sekarang?” tanyanya gusar.
Mata Kris
mendadak sayu, memang keadaannya juga tak lebih baik dari Mello, rambut berantakan,
tubuh lemah, wajah pucat, lingkaran hitam di kedua bola matanya dan
rambut-rambut liar yang tumbuh di sekitar dagunya cukup mewakili betapa
tersiksanya ia dengan keadaan sekarang.
“aku ingin
bertemu dengannya dan menjelaskan semuanya” desis Kris.
“persetan
dengan penjelasan! Urusi saja gadismu yang lain, kalau kau datang ke sini hanya
untuk mempermainkan Mello, jangan harap!! Aku yang akan menjadi tamengnya,
terserah kau mau menghancurkan hidupku atau membunuhku sekarang, tapi tidak
untuk menyakiti Mello!!”
“aku datang
ke sini untuk menjadikannya istri” ucap Kris pelan namun mampu menohok DO.
DO terdiam,
dia benar-benar tak menyangka dengan ucapan Kris.
“terserah
kau mau mencegahku untuk bertemu dengan Mello tapi aku takkan segan-segan
membunuhmu jika kau menghalangi niat Mello untuk menemuiku. Permisi” ucap Kris
yang langsung mundur dari hadapan DO.
Sebelum Kris
melajukan mobilnya, ia menurunkan kaca mobilnya seraya beujar, “Oh ya, mengenai
ucapanku yang tadi, aku tak main-main untuk menikahi dan membahagiakannya” ia
menyeringai sembari tersenyum sinis.
“aku takkan
melepaskanmu Mell... aku akan mendapatkanmu meskipun dengan cara terkotor
sekalipun” bisik DO, nyaris mendesis.
**
Mello’s
POV
Aku
merasakan ada yang bergerak-gerak di genggaman tanganku, eoohh??? Gerakannya
nggak teratur, kadang kerasa kayak ada yang lagi genggam tanganku, kadang
tanganku di remas-remas, wah ada yang nggak beres nih. Ehh ehh apa ini??!! aku
merasa kaya ada sesuatu yang kenyal-kenyal gitu, basah terus hangat lagi
nyentuh punggung tanganku. Apa lagi ini??!! aku berusaha susah payah buat
ngebuka mata.
“DO?!”
pekikku ketika melihat sosok yang berada di dekatku. Buru-buru aku bangkit dari
tempat tidurku, yang dipanggil juga malah ikutan kaget, geleuh.
“hah? Hah?
Kenapa Mell??!” DO ikutan panik dan langsung menempelkan tangannya di dahiku,
“sudah nggak panas lagi kok” gumamnya.
“yang bilang
panas siapa?” rutukku. Buru-buru aku membeku sebentar, tunggu-tunggu dulu..
panas?? Rumah siapa ini? kenapa aku Cuma berduaan sama DO?!
“aku...aku
dimana?? Ini.. ini kenapa?” tanyaku tak sadar.
Mello!
Bisa-bisanya mendramatisir di saat kayak gini, jelas-jelas ada DO di sini dan
kau tertidur di sini. Aku menjawab pertanyaanku sendiri, tapi... ini loh.. masa
aku tidur di sini?? Di rumah cowok lagi, ini rumah DO kan??!! Buru-buru aku
mengecek keadaan kasur , bersih kok, nggak ada apa-apa. Tatapanku langsung
beralih pada piyama yang lagi aku pakai.
Sejak kapan
aku pakai piyama? Bukannya kemarin sore aku pakai baju santai? Aku langsung
mengintip ke dalam piyamaku, bahkan kutang pun sudah ganti! Aku menatap DO
ngeri.
Jangan-jangan
ini anak udah ngapa-ngapain aku lagi, hiyaaaaa!! Belum sempat aku berteriak DO
udah ngomong, “Mell jangan mikir yang nggak-nggak yah, aku nggak ngapa-ngapain
kamu, kemarin kan kamu sakit terus kubawa ke sini...emmm” dia kelihatan salah
tingkah.
“terus yang
gantiin baju aku siapa?” todongku tak percaya,wah jangan-jangan mentang-mentang
DO jomblo dan aku baru aja putus dari Kris dia mencari-cari kesempatan buat
liat-liat mahkota dalamku.
Waduuuh bisa
mati gaya aku kalau nih anak udah liat sampe ke dalam-dalam, emang sih dalemku
ga menarik tapi kan tetep aja aku malu, apalagi yang ngelihat bukan suamiku.
DO menarik
napas panjang, “Bora yang gantiin baju kamu, aku Cuma jagain kamu pas lagi
sakit doang, selebinya... nggak ada yang lebih sih” dia nyengir kuda.
Aku mendesah
pelan, untung aja dia nggak ngelihat koleksi kutang hello kittyku, aku kan ga
demen beli daleman yang seksi, sukanya yang unyu-unyu. Pikirku.
“ohh gitu...
emang aku udah berapa lama sakit?” tanyaku bingung.
“empat hari
Mell, kenapa?”
Buru-buru
aku meraih ponselku yang tergeletak di sampingku, mengecek notif apa aja di
ponselku. Kosong, nggak ada satupun yang berasal dari Kris, kenapa? Percuma.
Dia udah bener-bener pergi dan nggak mau kenal lagi sama aku kan? Kita kan
bertingkah layaknya kita nggak kenal satu sama lain, artinya selamanya juga
nggak bakalan ada sms atau telp yang masuk.
“aku mau
pulang” pintaku pada DO, teringat lelaki ganteng ajaib sialan itu aku jadi kehilangan
moodku sepagian ini.
“kenapa?”
tanyanya bingung.
“pengen
pulang aja, malu ama tetangga” aku mencoba berasalan yang sedikit masuk akal
daripada harus bahas lelaki brengsek macam Kris Alva itu.
DO tampak
berpikir sejenak sebelum akhirnya dia mengiyakan.
“tapi mandi
dulu, masih ada stok baju kamu tuh, bau tau Mell berapa hari nggak mandi”
**
Kris’s
POV
“sebegitu
berharganya kah wanita itu atau memang benar-benar tak ada wanita lain lagi
yang dekat denganmu?” olok Delida sambil menyeruput kopi hangatnya.
Aku
menyandarkan tubuhku di kursi, kata-kata DO yang ingin menjadi tameng untuk
Mello benar-benar menggangguku, aku tahu DO mungkin lebih mencintai Mello jauh
dari rasaku untuk Mello, tapi.. arrgghh,.. aku tak dapat memungkiri kalau aku
juga tak bisa hidup tanpanya.
Aku menatap
Delida lekat-lekat, sebenarnya ketika aku masih di luar negeri aku sempat
melirik gadis ini, dia memang baik, perhatian, cantik dan segala hal yang
membuat gadis-gadis iri ada pada dirinya, dia tak kalah dengan Miranda...
bahkan lebih baik dari Miranda, sayang... setelah aku tahu kenyataan tentang
dirinya, aku benar-benar menutup hatiku selama-lamanya untuk gadis yang berada
di hadapanku ini.
“hmmm,
sejauh ini aku masih sibuk merangkak untuk menata hatiku setelah aku berhasil
menyakiti dua wanita sekaligus..” jelasku.
Ya Tuhan,
seandainya karma itu benar-benar ada karena aku sudah menyakiti hati dua orang
sekaligus dan melepaskan Miranda dari sisiku, ku harap aku tak harus melepaskan
Mello juga kan?! Aku mendesah pelan.
“so? Rencana
kamu selanjutnya?”
“hmm..
buru-buru mengikat Mello dengan pernikahan biar dia nggak kemana-mana lagi”
jujur, aku tak yakin bisa menikahi gadis ini, maksudku.. kejadian di taman
kemarin....
“hah.. kalau
gadis baik-baik aku tak yakin akan mau menikah denganmu” ia tergelak.
Aku
menyeringai, “semoga dia tak cukup baik jadi aku bisa menikahinya”
“lebih baik
kau menikah denganku saja” candanya sambil menutup kedua mulutnya dengan
jari-jari tangannya yang lentik.
“in your
dream” elakku yang langsung bangkit dari tempat dudukku dan pergi
meninggalkannya, hah.. lama-lama dengannya aku jadi merasa tak normal.
Sebelum aku
meninggalkan cafeku dan meninggalkan Delida tiba-tiba ponselku berdering.
Mello? Buru-buru ku angkat.
“Mello?!”
aku bahkan tak sadar sudah berbicara keras di dalam cafe ini. tak kusangka
secepat ini ia memaafkanku, setidaknya aku tak perlu menyeretnya keluar dari
rumah DO.
“bukan”
jawab seorang laki-laki di seberang yang kuyakini adalah DO.
“mau apa?”
tanyaku, hawa kegelapan mulai menghantuiku lagi, mood baikku sudah pergi entah
kemana, sejak kapan DO punya kekuasaan lebih untuk mengakses barang pribadi
Mello.
“Mello ingin
bertemu denganmu di kedai Yuana sekarang dan ingin meminta penjelasan tentang
hubungan kalian sekarang. Oh ya, sekalian kenalkan padanya cewek baru yang
tengah bersamamu itu” ejek DO.
Aku
tercekat, cewek baru? Delida? Aku melongok ke luar cafe dan tak ada tanda-tanda
keberadaan DO dan Mello di luar.
Belum sempat
aku menjawab tiba-tiba teleponpun di putus secara sepihak.
“Alva..mau
kemana?” Delida -yang entah sejak kapan bangkit dari tempat duduknya-
menghampiriku.
“mau ke
rumah calon isteriku” jawabku yang langsung melenggang keluar cafe, “oh iya,
aku minta maaf tidak bisa mengantarmu pulang. Besok-besok kita bisa bertemu
lagi” pamitku pada Delida yang sekarang tengah menatapku kesal.
Handphoneku
berdering lagi, “halo?” sapaku sambil membuka pintu mobil. Tumben sekali
telepon rumah yang memanggil, biasanya juga kalau mama ada perlu langsung
menelpon dari ponsel pribadinya.
“tuan,..tuan...
Nyonya Anne sedang dalam bahaya tuan, beliau ingin anda segera datang
menemuinya sekarang”
“HAH??!!”
**
Author’s
POV
“aku...mau
bertemu dengannya sekarang” hanya itu suara yang di dengar DO setelah ia dan
Mello keluar rumah dan berencana untuk berkunjung ke cafe sebentar, sudah lama
sekali mereka tak bekerja di sana.
DO menatap
Mello khawatir, ia melihat perasaan terluka di balik wajah gadis yang di
cintainya, tak ada yang lebih buruk dari habis putus kemudian melihat mantan
pacar sudah menggandeng wanita yang lebih cantik darinya.
Mello
mencoba tersenyum, “baguslah kalau dia udah bahagia sama gadis itu”
Maafkan aku Mell, nggak seharusnya aku
membawamu ke cafe kalau akhirnya bertemu dengan pria brengsek macam dia, sesal DO
Hah?? Bangun dari mimpimu sekarang Mell, kau
pikir Kris tak main-main dengan perkataannya waktu itu?? Ok mungkin Cuma aku
yang terlihat kacau karena Kris tak memilih salah satu dari aku dan Miranda,
dia memilih jalan tengah, maybe.....
Mello
termangu meratapi nasib hubungannya yang semakin kacau dengan Kris, lelaki baik
memang mainstream, tapi lelaki jahat yang suka memainkan perasaan wanita juga
mainstream!
DO memacu
kendaraannya menjauhi cafe tempat mereka bekerja dan membawa Mello ke kedai
Yuana sekedar untuk menghibur hati Mello dan mendinginkan kepalanya yang ingin
sekali berlari dan menonjok atasannya itu.
Setidaknya aku harus meluruskan hubunganku
dengannya sekarang, apapun keputusan dari Kris harus ku terima, lebih baik dia
yang memutuskan daripada aku, lebih baik dia yang menyesal daripada aku. Pikir
Mello.
Dua jam
Mello berdiam di tempat duduknya sementara DO sudah memesan minuman ketiga
kalinya, “ehmm” DO berdeham dan membuat Mello tersadar dari lamunannya, “kita
sudah menunggu dua jam Mell” DO menatap Mello.
Mello
mendesah pelan, mungkin memang sudah tak
ada yang bisa di pertahanin lagi.
“DO antar
aku pulang ke kampung ya, aku pengen pulang aja”
*
“Alvaa,..
akhirnya kau datang juga” Nyonya Anne-mamanya Alva- langsung bangkit dari kursi
goyangnya dan memeluk Kris yang diam mematung karena merasa di bohongi.
“mana
pembantu yang sudah membohongiku” Kris menatap sekeliling rumah mencari orang
yang sudah menggagalkan rencananya untuk bertemu Mello.
“hush
ngomongnya, mama kok yang nyuruh” Nyona Anne langsung memeluk tubuh kaku putra
kesayangannya ini.
Kris menatap
ibunya tajam dan meneliti, memastikan kalau memang ia benar-benar di bohongi.
Kris
mendesah pelan, tak ada tanda-tanda bahaya seperti yang dilaporkan pembantunya.
“jangan
bengong begitu dong sweety” godanya.
“mama!” Kris
berdecak kesal.
“apa
sweety?” Nyonya Anne tertawa, tak merasa bersalah karena sudah menghancurkan
sebagian masa depan Kris.
“kalau
bersandiwara nggak usah pake bawa-bawa kata dalam bahaya dong!”
“oohh jadi
kamu lebih bahagia melihat mama dalam bahaya daripada melihat mama begini?”
Nyonya Anne melepaskan pelukannya.
“mama!”
“ok ok
baiklah mama Cuma bercanda, mama Cuma kangen sama kamu”
“me too”
jawab Kris seadanya.
Kris memang
sudah lama tak bertemu dengan ibunya tapi tindakan dari tuan Stevano memang
seringkali membuatnya jengah dan memutuskan untuk menjaga jarak dengan rumah
tempat tinggalnya selama ini.
“jadi...mama
sebenernya nggak Cuma kangen sama kamu, mama mau menanyakan sesuatu sama kamu”
Nyonya Anne mengikuti Kris yang sudah lebih dulu menghempaskan diri ke sofa.
“langsung
saja ma” Kris berkali-kali melirik arloji di tangannya. Ia ingin menemui Mello
sekarang.
“ok, mama
mau secepatnya kamu menikah”
“ma”
rengeknya, “umurku bahkan belum 30th, too young”
Yah aku tak ingin membebani pikiran ibuku
dengan memberikan janji manis dengan mengutarakan keinginanku untuk menikahi
Mello, aku ingin memberitahunya tapi tidak sekarang pokoknya. Aku nggak bisa
mastiin Mello bakalan mau nerima lamaranku.ahh sial...kata-kata Delida
benar-benar meracuniku.
“loh, kalau
kau sudah punya calon nggak usah nunggu lama-lama kan? Ntar keburu disamber
orang loh” Nyonya Anne mengingatkan.
“yeah, belum
saatnya pokoknya ma”
“Miranda
gimana?”
“Miranda?
Aku udah putus sama dia, dia balik lagi ke Aussie”
“Delida?”
Kris tertegun,
sejak kapan mamanya kenal dengan Delida? “sejak kapan mama kenal dengan
Delida?” selidiknya.
“Alva,
antena mama kan panjang”
“Mama!”
“hoho,
sensitif banget sih, iya semalam dia datang ke rumah nanyain kamu, dia anaknya
cantik, sopan, baik pula, mama nggak keberatan punya menantu macam dia” Nyonya
Anne senyum-senyum sendiri.
“kalau
itu...sampe stok wanita di muka bumi ini habis baru aku akan menikahinya”
“ihh, kok
gitu sih?” beliau mencubit lengan Kris.
“ya memang
begitu” Kris kembali melirik arlojinya.
“mama nggak
ngekang kamu dalam urusan mencari pasangan loh, yang penting kamu nikah, asal
jangan kaya pasangan seleb aja yang hobinya kawin cerai, mama nerima cewek kamu
dari golongan apapun kok, tapi yaa kamu sadar dirilah kalau mau nyari istri...mhh...
maksud mama yaaah minimal pegawai kantoran di tempatmu” Nyonya Anne menatap
Kris intens sementara Kris tak juga menyahut.
“ishh, kok
diem sih” ia mencubit lengan Kris lagi.
“mmhh...iya
ma, diusahain, udah dulu ya ma Alva mau nyari istri nih, bye” Kris langsung
mencium pipi mamanya secepat kilat dan bergegas meninggalkan rumah tempat
tinggalnya.
**
Esok
harinya di hotel tempat Mello dan DO menginap........
Sebuah pisau
mengacung di udara, Mello menatap garang pada lelaki di depannya sementara
pipinya sudah merah menahan amarah.
“Mell”
lelaki itu mencoba menenangkan wanita di depannya. Wajahnya juga tak kalah
tegang.
“jangan
mendekat!!” pekiknya sambil terus mengacungkan pisau itu, tak lama kemudian
pisau itu di dekatkan dengan pergelangan tangannya.
“mau apa kau
Mello?” pekiknya.
“diam kau!!
Aku mau mati aja!! Nggak nyangka aja punya temen sedemikian bejatnya kayak
kamu!! Kamu makin ngancurin hidupku DO!!” jerit Mello.
“ma...maafkan
aku...” DO tertunduk lemas.
“maaf?? Maaf
katamu??! Maaf nggak bisa ngembaliin keperawananku!” teriak Mello histeris.
“tapi aku
bisa menebus kesalahanku Mell, aku mau menikahimu” sahut DO pelan.
“HAH??! Kau
mau bertingkah jadi pria sok suci yang mau bertanggung jawab atas perbuatanmu?!
Aku kecewa denganmu DO, aku pikir kamu benar-benar tulus jadi sahabatku, tak
kusangka bahkan kau tak lebih baik dari Kris” sebutir airmata mengalir dari
pipi Mello.
Kenapa semuanya begitu kejam?! Dunia begitu
kejam. Aku nggak nyangka semuanya bakalan serumit ini, nggak ada yang bisa
dipertahanin lagi, hilang sudah lenyap.
DO
tertunduk, “maaf aku ngelakuin ini semua Mell, aku sebenernya sudah cukup lama
suka sama kamu, tapi kamu nggak pernah mandang aku, semua mata kamu fokus
menatap lelaki brengsek Alva itu”
Mello
melemparkan tatapan mematikannya pada DO.
“aku juga
nggak nyangka, kamu terlalu menggoda tadi malam Mell, aku khilaf... aku pikir
setelah aku melakukan itu, aku langsung bertanggung jawab dengan menikahimu,
punya anak darah dagingku sendiri.
Tangis Mello
makin kencang, “tak kusangka kau licik”
“maaf
Mell.... sekarang terserah kamu, kalau kamu mau bunuh...bunuh aku aja
sekarang... tapi...seandainya pada akhirnya anak yang ada dalam perut kamu itu
bi...”
“diam! aku
nggak mau denger apapun dari mulut kotormu itu” dadanya naik turun menahan amarah,
“sekarang lupain semuanya, aku nggak bunuh diri dan aku nggak bunuh kamu, kita
anggap tadi malam nggak terjadi apa-apa.”
Mello
terhenyak, astaga, ini bahkan masa
suburku
“oh ya, soal
anak-anak itu, kalau aku beneran hamil anak kamu, aku nggak bakalan minta
pertanggungjawaban kamu kok... jadi anggap aja kau beruntung tadi malam..”
“Mell....”
“apa? Aku
udah bebasin semua beban kamu kan? Tolong hentiin perasaan kamu, aku nggak bisa
bales perasaan kamu, aku minta maaf” Mello menarik napas pelan.
“tapi
setidaknya kau bisa mencintaimu perlahan-lahan Mell, demi anak kita” ia
memohon.
“aku belum
tentu hamil kan?? Kita Cuma ngelakuinnya sekali jadi... ku mohon biarin aja
semuanya mengalir seperti ini.”
***
Author’s
POV
“mama” Odult
langsung mencium pipi ibunya sambil mencomot pisang goreng buatan ibunya.
“ehh..jangan
di makan terus dong itu buat tamu kita nanti” cegah ibunya.
“siapa?”
Odult langsung menghentikan gerakan mengunyahnya.
“Dae, yang
kemarin ingin melamar Mello” sahut ibunya.
“memangnya
kak Mello mau?”
“ya, kalo
sampai hari ini belum ada keputusan Mello mau menikah dengan siapa ya dia harus
siap menikah dengan Dae” jelas beliau.
“whatt??
Sama om om dong” protes Odult.
“hush nggak
boleh ngomong gitu baru juga 31”
“sini biar
Odult aja yang bawa keluar” Odult langsung merebut piring dari tangan ibunya
dan langsung membawa keluar.
“ehh ada
Odult, sudah besar ya sekarang” sapa Dae.
“iya om”
sahut Odult seraya menaruh pisang goreng di meja.
“hush, nggak
boleh panggil om. Mas Dae aja, calon kakak iparmu ini” tegur Ayah, Odult hanya
tersenyum.
Bah, sudah kepala tiga juga masih mau
dipanggil mas,pikirnya.
“begini pak,
maksud kedatangan saya ini ingin menagih janji perihal keputusan anak bapak
hari ini.....”
“tidak usah
di lanjutkan nak Dae, bapak sudah tahu, sampai sekarang Mello belum sampai,
katanya masih di jalan”
Akhirnya
Ayah Mello dan Dae sibuk berbicara masalah pernikahan sampai akhirnya Mello
datang bersama DO.
“papa kira
kamu nggak datang Mell” sindir Ayahnya ketika Mello dan DO duduk di hadapan
mereka.
“jadi....
kamu sudah memutuskan siapa lelaki yang akan menikah denganmu....atau Dae yang
sudah jelas-jelas siap untuk menikahimu?” tanya Ayah yang sukses membuat Mello
dan DO tercengang.
Lama sekali
Mello terdiam, pikirannya kemana-mana, hatinya kalut...
“ehmmm”
akhirnya ia mulai membuka pembicaraan, “aku....menikah dengan DO saja”