Kamis, 05 September 2013

KNOW ME FIRST, KISS ME LATER(PART VII-END)


Author:  Mei F.D

Cast :

•    Wu Yi Fan/ Kris EXO M as Kristanius A. S.

•    Mello as Priscilla N. Melody

•    Delida Rahardika as Delida

•    Park Chanyeol as Yeol

•    Do Kyungsoo as D.O

Length : multichapter

Genre : romance, drama, antara kocak dan ngenes ckck

PG : 15++
Dibaca dulu siapa tau suka, kalau gak suka baru tekan tombol back^^. Klo ff ini dijamin udah tamat hehehe. Jgn lupa follow @meiokris :*

***
Mello’s POV

“Lain kali saya mampir lagi ke sini di pernikahannya DO dan Mello nanti” Dae tersenyum kecut. Aku tau dia kecewa tapi yah mau gimana lagi... aku nggak mau dia kebawa-bawa masalah aku nantinya.

Menikah? Seumur hidupku aku bahkan belum pernah membayangkan yang namanya menikah dengan orang yang kuanggap sahabat dekatku sendiri, apalagi diam-diam ternyata dia menyukaiku, gila nggak tuh? Hahaha nggak juga sih sebenernya -_- tapi ya cukup gila kalau aku yang ngalemin.

Bukan masalah apa-apa sih sebenernya...hanya.... ah sudahlah, aku bahkan gatau gimana cara mendeskripsikannya, rumit ruwet kek benang kusut, puyeng pusing... capek harus begini..

Emangnya gak ada orang yang tulus kasih perhatian dan kasih sayang sama aku ya disaat begini juga aku bahkan gak bisa gak mikirin Kris, lagi dimana sekarang? Udah makan belum? Udah cuci kaki sebelum tidur? Waaaa ;;;;

Seandainya aku harus menikah dengan DO.... apa dia mau ngerasain yang namanya menikah tanpa cinta? Apalagi kalau ternyata aku nggak jadi hamil anak dia? Terus ternyata kalau Kris balik lagi? ahhh... Kris atau DO?

“Mell, kamu sudah siap dengan pilihanmu untuk menikahi nak DO?” aku langsung kaget begitu bapak menanyakan ini padaku, “eh....eh...kalau tidak ada halangan apapun aku siap...”

“yasudah, nak DO... kenalkan saya Andrea Heris dan ini Ria Kumala ibunya Mello dan itu Odult...”
bapakku memperkenalkan anggota keluarganya, tut tut gujes gujes nyessss......,”jadi kapan kamu akan menikahi Mello?”

Aku hanya bisa terdiam menunduk sambil menunggu jawaban dari DO, “kalau bisa secepatnya Pak Bu...” jawab DO mantap yang sukses membuatku menatap tajam ke arahnya.

Whattt?? Menikah secepatnya? Entah sekarang aku harus berterima kasih atau malah membencinya sekarang...dia penyelamat sekaligus pengacau... apa dia benar-benar meracuniku dengan memberikan alkohol di malam kami menginap itu?

DO balas menatapku tanpa sedikitpun rasa bersalah... aku langsung membuang muka..

“kalau Bapak boleh tau, nama nak DO sebenernya siapa ya?”

Aku tetap menunduk, biar begini-begini juga aku udah pasang telingaku tajam-tajam, aku kan nggak pernah tau nama DO sebenernya..

“nama asli saya Dio Alif Fernanda” ujarnya.

Aku meringis kecil, Ny. Fernanda ya? Bukan Ny. Stevano.....

Aku memberanikan diri menatap wajah ayahku, ehh bukannya merespon ucapan dari DO ayahku malah mematung kek patung pancoran begitu, eh nggak ding, diem pokoknya. Aku, ibu dan Odult yang daritadi Cuma jadi saksi bisu di sini juga sadar kalau ayah tak kunjung bicara.

“Fer...Fernanda?” ulang ayah lagi. kenapasih?

“iya Pak, sebenarnya itu nama marga ibu saya, kebetulan juga saya yatim piatu kata ibu saya jadi lebih baik memakai marga ibu saya saja” jelasnya panjang lebar.

Kening ayahku berkerut dan keringat dingin mengucur,”siapa nama ibumu?” tanyanya lagi, sementara kulihat ekspresi ibu juga berubah, tak terbaca... datar....

“nama ibu saya Jessica Fernanda, beliau juga sudah meninggal sewaktu saya masih SMP, tapi saya dibesarkan oleh sanak keluarga dari ibu saya”

Hmmm...anak yatim piatu? Sebenernya sih kasihan dengernya tapi kalau ingat pagi kelabu itu aku langsung benci lagi sama DO, huh...

“kenapa Pak?” tanyaku bingung begitu menyaksikan ayahku mengatur napas beberapa kali.

“kalian tidak bisa menikah” ucap Ayah pelan bahkan seperti mendesis.

Aku terhenyak, ti...tidak jadi menikah? Tidak bisa? Ke..kenapa????

“kenapa?” tanya DO sedikit tak terima mendengar keputusan dari Ayahku.

“kalian...bersaudara” desis Ayahku pelan yang terdengar seperti ledakan bom di telingaku.
Apa bersaudara? Anak siapa? Jadi... Ayahku ini....

Aku langsung menatap wajah ibu yang sama sekali tidak berubah, tetap datar... aku menatap Ayah yang ekspresinya masih kaget, bingung, senang sedih... aku menatap Odult... semuanya memusingkan...gelap...sampai akhirnya aku tak sadarkan diri....


2 minggu kemudian....

    Aku menghirup pelan udara yang mengalir memasuki kedua lubang hidungku... segar sekali, rasanya aku takkan bisa menjumpai udara sebersih ini di kota besar yang penuh debu.

    “ehm..” seseorang berdehem dari belakang.

Aku memalingkan muka, “kak DO?” sapaku agak canggung , ya sampai saat ini aku masih belum begitu terbiasa dengan ‘anggota baru’ kami, tapi seenggaknya aku bahagia nggak jadi menikah dengannya.

Astaga, miapahh cumpah ciyus... aib keluarga, begitu lebih tepatnya, aku bahkan nggak tau kalau sebelum menikah dengan ibu ternyata ayahku sudah bikin anak orang hamil, dan ibu baru menyadarinya setelah beberapa bulan pernikahan mereka.

Ibuku juga sudah ikhlas di madu, tapi wanita –mamanya DO— itu menolak dan menghilang dari hadapan ayah hingga sekarang anaknya muncul di hadapan kami dengan topik, ‘ingin menikahiku?’ lol, aku bahkan nggak tau harus berkomentar apalagi, antara bahagia atau bahkan berduka melihat keteguhan hati ibuku.
Anak? Tiba-tiba aku teringat lagi, ini udah 2 minggu lebih, kalau tes pack gitu, bisa ketauan nggak ya? Tanpa sadar tanganku terulur mengelus perutku.

“ak...aku mau bicara” DO nampak gugup begitu melihat kedua tanganku yang berada di atas perutku.

“mau bicara apa?” tanyaku miris, kalau anak ini memang benar-benar ada juga pasti punya kemungkinan cacat.... bukankah dalam dunia kedokteran pernikahan sedarah juga di larang?

“mengenai malam itu....”

“sudahlah kak, kita sudah pernah bicara kan kalau kita udah nggak usah bahas masalah itu lagi” napasku mulai tak teratur.

“aku mau jujur sama kamu Mell...sebenernya kita nggak ngapa-ngapain malam itu” jelasnya yang langsung membuat mataku hampir melompat keluar kalau bisa.

What? Dia bilang apa? Apa? Nggak ngapa-ngapain? Jadi... jadi selama ini??!?!?!

“jadi...selama ini aku diboongin? Jadi selama ini aku masih perawan?” tanyaku ngelantur.

“hmmm” ia mengangguk.

Boleh nampar orang nggak nih? Aku harus apa? Bahagia? Atau sedih? bahagia karena aku masih perawan, nggak pernah ngono-ngono sama cowok yang ternyata sodara kandungku sendiri apa sedih karena aku dibohongin?

PLAK!! Sebuah tamparan itu kayaknya cukup mewakili kekesalanku yang bahkan saking banyaknya umpatan yang pengen keluar aku sampai bingung mau ngeluarin yang mana.

“terus kenapa pas aku bangun bajuku udah kebuka?” jeritku histeris.

“Mell...”

“terus...kenapa pas kamu ngasih aku minuman aku langsung pusing dan nggak ingat apa-apa?”

“Mell!! Dengarkan aku dulu!!” DO balas berteriak.

“malam itu aku bahkan nggak tau kalau itu sejenis wisky, aku bahkan belum pernah meminumnya, waktu kamu meminum itu lebih dulu kamu langsung pusing dan mulai membuka pakaianmu sendiri, itu yang membuatku menyeretmu ke kamar.... dan... aku berusaha mati-matian menahan nafsuku karena aku menghormatimu!!” jelas DO.

“tap....”

“mengenai kebohongan itu...ak minta maaf, bahkan aku nggak tau kalau kebohonganku itu lebih menyakitimu... aku terobsesi memilikimu Mell... karena kamu nggak pernah mandang aku... sekarang.. liat? Bahkan Tuhan nggak ngizinin kita buat bersatu dengan aib keluarga ini, apa aku bahkan nggak layak buat bahagia? Karena aku anak haram?”

“STOPPP!!” aku menatap DO geram. “hentikan ocehanmu DO, bisa nggak sih nggak usah meratapi nasib begitu? Nggak bisa mensyukuri hidup!” akupun langsung berlari meninggalkan DO ke dalam rumah.


Author’s POV

    “halo” Kris menjawab dering telepon di ponselnya sementara tangan kanannya sibuk menyetir.
“baby, kamu nggak bener-bener pergi kan?” terdengar suara dari seberang telepon.

“otw malah”

“Alva... Mama kan nggak nyuruh kamu cepat-cepat menikah juga sama Delida?”

“Alva nggak mau nikah sama dia” desis Kris.

“tapi Mama nggak percaya kamu benar-benar punya pacar, buktinya nggak pernah di bawa ke rumah...”
“makanya Alva mau jemput dia biar bisa di kenalin sama mama”

“nggak biasanya kamu nyembunyiin pacar kamu loh ay, apa jangan-jangan pacar kamu itu cowok?”

“Ma..cukup... Mama mau bikin Alva celaka? Mama nggak denger Alva lagi sibuk nyetir?”

“hmm... yaudah deh kalau gitu hati-hati di jalan sayang”

“ya Ma, bye”

ARRGGHHH, kenapa sih Mama ngebet banget pengen nikahin aku sama Delida? Kan aku udah bilang aku udah punya Mello... 

Benar-benar wanita pecinta drama, bisa-bisanya beliau mikir aku pacaran sama sesama jenis.

Kris membanting ponselnya ke jok belakang, “pls Mell... baikan lagi, selamatkan aku”
----

    “permisi” Kris mengetuk sebuah pintu depan rumah yang bisa dibilang sederhana itu.

“siapa ya silakan ma....suk..” seorang ibu paruh baya membukakan pintu untuk Kris.

“anda siapa?” ibunya Mello tercengang menatap seorang lelaki berwajah rupawan yang berada di hadapannya. Kris yang mengenakan  setelan kemeja berwarna biru gelap itu hanya bisa tersenyum simpul.

“saya Kris Alva atasannya Mello. Kalau saya boleh tau benarkah ini rumahnya Mello?” tanya Kris halus.

“walaaaah dalaaaah... pak Alva toohh.. aduh cakep bener iki.. ayo masuk nduk ibu panggilkan si Mello”

“ehmmm” Kris berdehem sekali dan langsung memasuki rumah Mello dengan sedikit menunduk.

“aduuh nak Alva ketinggian sih sampai takut kepentok lawang(?) gitu” celoteh ibu Mello.

Bah, baru sekali ketemu ibu Mello aja udah tau sifat ceplas-ceplos Mello itu darimana, celetuk Kris dalam hati.

“mau ngomong sama ibu dulu atau mau ngomong sama Mello langsung?”

“ahh.. sama ibu saja, langsung saja, saya ke sini Cuma ingin meminta izin dari ibu untuk membawa Mello balik ke Jakarta karena dia sekarang saya pindah tugaskan” jelas Kris.

“maksudnya apa ya nduk ibu kurang paham ini loh...”

“haha, nggak apa-apa bu, saya pribadi meminta Mello untuk bekerja di perusahaan utama saya di bagian keuangan...” ujar Kris.

“APAAAKHHH???!?!?!??!” kali ini suara Mello terdengar.

“ish gasopan” ibu Mello langsung beranjak dari tempat duduknya dan mencubit Mello.

“ini lo ada atasannya ke sini malah nggak sopan begini” omel ibunya.

Mello terdiam begitu melihat sosok lelaki yang sangat di rindukannya kini berada di dalam rumahnya, Mr. Limited Edition yang kaya, gagah, ganteng dan menyilaukan ini kini sedang bertamu di rumahnya.

“ada apa ini bu...” kedatangan DO dari belakang membuat Kris terhenyak.

“heh nggak sopan begitu, ayo duduk semua kalian?” perintah ibu yang nggak menyadari atmosfer kecanggungan antara Kris-Mello-DO.

**
“Kris” Mello memberanikan diri untuk menyapa Kris yang dari tadi hanya membisu di dalam mobil.

“hmmmm”

“ge....”

“.....”

“ihhh gegeee” Mello membalikkan badannya.

“apa Mello?”

“maksudnya tadi dirumah apa?”

“yang mana?”

“yang tadiiii”

“yang tadi mana?” Kris masih sibuk menyetir mobil.

Mello mendelik kesal, “ituloh yang kamu datang ke rumahku terus jemput aku sampai sekarang aku ada di sini”

“ohh itu...”

“.......” Mello menunggu ucapan Kris selanjutnya.

“.......”

“IHHH KOK DIEM SIHH?!?!?! Aku kan butuh penjelasan” teriak Mello frustasi.

“berisik. Penjelasan apa?”

“banyak... banyak juga tanyaan yang harus di jawab”

“mana? nggak ada pertanyaan juga”

Aduuuhh, sabar Mell sabar, orang sabar cepet nikah, di sayang Tuhan, aaaa rasanya aku rela jadi pembunuh bayaran buat musnahin spesies makhluk paling nyebelin kayak Kris di muka bumi ini.. ihh.. capek ngomong sama dia, ngeselin...

“ngapain coba kamu jemput aku?”

“lah, kerja kan”

“kenapa harus aku coba?”

“pls ya Mell aku nggak mau uangku buat bayarin kuliahmu itu terbuang percuma kalau akhirnya kau Cuma jadi sarjana pengangguran” jawabnya ketus.

“jadi ceritanya aku dibiayain kuliah buat kerja sama kamu?”

“iyalah apa lagi”

Uhhhh ihhh keseeel pengen jambak cowok ganteng di sampingku ini kalau aku nggak inget dia lagi nyetir mobil sekarang, ntar kalau dia marah sama aku kan bisa aja aku di tinggal di jalan, Kris kan orangnya tegaan, dulu aja aku pernah ditinggal di jalan gara-gara aku waktu itu pengen dibeliin es krim -_----

“kamu nggak nanya gitu kenapa DO bisa ada di rumahku?”

“ngapain? Nggak kepoan juga”

“hmm.. kamu kenapa nggak sama cewekmu itu” Mello mulai mengungkit-ungkit masalah Delida.
“cewek yang mana?”

“yang dicafe itu”

“dia bukan cewek juga”

“hah? Maksudnya?” Mello menatap Kris bingung.

“gapapa, pokoknya ga ada hubungan apa-apa sama dia”

“ciyusss...miapah.. haha, nggak nanya hubunganku sama DO?”

“nanya buat apa?”

“ ya gapapa... aku sama DO ternyata sama-sama sodaraan, sodara kandung gitu”  Mello mengatakan sambil sesekali mencuri pandang ke arah Kris.

“oh gitu....”

Mello berdecak gemas, “ihh baru juga ketemu udah ngeselin lagi” protesnya.

“lah kenapa lagi?”

“ya komen kek, salto kek bilang wow kek” Mello menatap Kris gemas.

“males ah” jawab Kris yang langsung mengabaikan Mello.

Pisauu mana pisaaaauuu ihhhh -____-

Mello’s POV
Aku sama Kris udah baikan, dia bilang dia kan nggak ada hubungan apa-apa sama cewek itu, aku bahagia lah, hehehe, tapi ya itu, bingung.. yang masalah nembak itu loh aku emang bener-bener udah putus ya sama Kris?

“woyy buruan masuk” Kris meneriakiku dari dalam mobilnya, tuh kan pagi-pagi udah main teriak aja.

“iya iya” aku langsung bergegas masuk ke dalam mobil Alphardnya Kris, ihh nggak sabaran banget kan nunggu akunya.

“belum juga kerja udah main telat aja” sindir Kris.

“yasalam iya iya maaf Bos” aku menghembuskan nafas keras-keras di hadapannya, pagi-pagi jangan Cuma bisa bikin bete doang, HIKZ.

“nanti pas udah sampai di dekat kantor kau turun terus jalan kaki ya” ucap Kris tanpa menoleh sedikit padaku. What? Maksudnya nurunin aku di jalan apaan coba?

“kenapa? Malu ya berangkat bareng pembantu?” tanyaku.

“pagi-pagi nggak baik nevthink” sindirnya lagi.

“ya terus kenapa dong kalau bukan itu?” protesku lagi.

“ya nggak apa-apa pengen aja”

“.....” kalian tau, ahh, aku bingung, masa nggak ada apa-apa tapi aku diturunin di jalan? AAAA ALVA KRIS itu terlalu jauh, misterius, tampan dan nyaris tak tersentuh, rasanya aku sama dia kaya jauuuh banget, dianya di tebing akunya di dalam jurang tanpa dasar :”””””

Well, aku bahkan susah nebak jalan pikirannya, aneh, nggak jelas dan dia terlalu pelit untuk ngasih alasan logis yang bisa diterima oleh akal sehatku.

Alva Kris, limited edition, tampan, menawan, sekeras batu haha, hatinya sedingin es dan... mungkin tertutup. Dia selalu dominan dalam segala hal. Ku akui aku memujanya dalam pesona iblisnya itu. Dia selalu mendominasi dan satu-satunya yang hadir dalam setiap mimpiku.

“udah sampai tuh” tanpa kusadari Kris sudah memarkirkan mobilnya di samping trotoar.

“jadi aku harus bener-bener turun nih?” tanyaku tak percaya, hell ya, aku di usir oleh atasanku yang super duper nyebelin dan tegaan kayak gini.

“iyalah”

Ugh ugh tahan Mell, ini hari pertamamu bekerja, okay?

“sampai jumpa di kantor, sayang” pamitnya sambil menyeringai, ihh, kata sayang sekarang mengerikan ya, apalagi kalau spesies Alva yang ngucapinnya. Bener-bener nggak romantis!

Akhirnya aku melangkahkan kakiku menuju halaman perusahaan Stavano yang luasss, mobil-mobil mewah bertengger di halaman parkir khusus pegawai, ugh gedungnya juga tinggi banget, leherku sampai sakit untuk melihat puncaknya. Megah mameeen.

Akhirnya aku berjalan dengan menenteng tas kerja kecilku, aku bingung mau membawa apa, Kris Cuma nyuruh aku kerja di bagian keuangan kan? Ku bawa aja berkas-berkasku sehabis kuliah itu.
“selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionisnya.

“Anu...saya pegawai baru di sini” sahutku takut-takut.

“karyawan baru?” resepsionisnya kelihatan bingung. Belum juga aku menjawab udah ada panggilan telepon, resepsionis itu terlihat sedang berbicara serius dengan seseorang di telepon.

“ah iyaa, karyawan di bagian keuangan ya? Sini saya antarkan” bimbingnya.

Tiba-tiba di depanku terdengar ribut-ribut dan beberapa karyawan mulai berdiri dari tempatnya sambil bisik-bisik, kenapa sih?

Oke, haruskah aku salto sekarang atau gelindingan di gunung salak? Kris –yang paling menonjol dingin dan menawan- muncul dengan beberapa jajaran direksi perusahaannya berjalan masuk ke ruang rapat, banyak karyawan wanita yang menyapanya.

Oww, mulutku bahkan sudah membuat bulatan kecil membentuk huruf O, sebesar itukah pengaruh lelaki yang aku cintai ini? aku bahkan nggak berani buat nyapa dia...hahhh....

“ini ruangan untukmu, nanti ada supervisor yang membimbing” kata resepsionis yang mungkin di tugaskan untuk mengantarkanku.

Akupun hanya mengangguk-angguk kecil dan mulai duduk di tempat kerja baruku. Beberapa karyawan di sekitarku bahkan masih membicarakan pesona Kris yang menggugah selera itu.

“hi, ku dengar kau pegawai yang masuk ke sini tanpa tes ya?” tanya seseorang yang meja kerjanya berdekatan denganku.

“ahh ya kali, pak Kris yang memintaku langsung” jawabku sedikit bingung, nggak ngerti ah, pokoknya aku di suruh kerja di sini, nggak ngerti juga tes yang bagaimana, hehehe.

Bola mata gadis yang menanyaiku itu langsung melebar,”waahh benarkah? Jadi kamu sudah pernah ngomong dong sama pak Kris?” dia menatapku kagum.

“iya begitulah” jawabku canggung, emang kenapa? Cuma ngomong doang sama lelaki sok kayak dia sih udah biasa, lagian nggak ada yang spesial juga ngomong sama dia, yang spesial itu kalo diromantisin sama dia, hahaha kiamat kali ya kalo dia romantis, atau otaknya lagi kena virus makanya bisa romantis.

Akhirnya aku kenalan sama gadis itu yang ternyata namanya Reyna, teman baruQ dan dia banyak mengajariku apa-apa yang harus kukerjakan di sini sebagai staff baru di bagian keuangan.

“ehh..ehh..pak Kris udah selesai rapat” seseorang gadis yang aku belum tau namanya memberikan kode sehingga semua pekerja diminta berdiri untuk memberikan salam hormat, bah.. apa-apaan ini, macam Presiden aja.

Akhirnya aku ikut berdiri dan membungkuk saudara-saudara setanah air, padahal jajaran direksi juga nggak kalah keren tapi kenapa Cuma pak Kris yang begitu terekspos.

Bukannya membalas sapaan mereka, Kris langsung berjalan dengan angkuhnya, bahkan dia melewatiku tanpa sedikitpun menoleh apalagi menyapa. Huh!

“nah yang jalannya paling belakang itu namanya pak Chanyeol, dia orangnya baik, ramah, kalau ngomong sama dia itu kesannya kaya nggak ada kasta di antara kita” bisik Reyna.

Aku Cuma mengangguk-angguk dan memperhatikannya, lumayan loh ya, eh nggak lumayan ding, cakep, keren, kece, bahkan aku bingung mau bilang apa sama dia, mukanya beda jauuuh sama Kris, Kris kan boros mukanya, aku sama dia aja kayak beda lima tahun padahal Cuma beberapa tahun, hahaha.

Akhirnya setelah bergunjing ria dengan Reyna yang membuat kami ditegur oleh supervisor, tiba-tiba seseorang mengejutkanku.

“Ba!!”

“AAAA” aku berteriak kaget, yasalam Mello adooohh emang ini penculikan? Ngerasa lagi di pasar apa gimana sih pake acara teriak-teriak segala. -_-)

Seseorang-yang katanya namanya Chanyeol- itu langsung terkekeh, “idiihh ngapain sih pak pake acara ngagetin?” protesku sewot.

“pegawai baru ya? Kok imut?” dia malah muji aku bukannya ngasih tau alasan dia ngagetin aku, ihh ngeselin.
“itu muji apa ngejek?” tanyaku galak. Abisnya jantungku langsung lari maraton gara-gara dia.

“serius muji, hahaha, kenalan dulu, Chanyeol”  dia ngulurin tangan ke arahku.

“Mello” jawabku.

“ciyeee ehem Pak Chanyeol tumben ngajak cewek kenalan duluan” sindir Reyna sambil ketawa.
“mumpung jomblo” jawabnya, nah loh? Maksudnya jomblo apaan? Siapa yang jomblo? Dia? Aku? Siapa sih? Duuuhh Mello, otakmu kayaknya lagi kekurangan cairan, susah banget cerna omongan orang.
“oy oy perhatian perhatian” gadis yang daritadi teriak-teriak ngasih pengumuman kesana kemari ternyata mau ngasih pengumuman lagi/?

“bentar lagi Stavano bakalan ngerayain pesta nih” katanya, “terus ntar ada acara Love Game gitu, ntar bagi para pekerja yang ngerasa jomblo bisa daftarin diri,kali aja dewa cupid nembakin panah cintanya sama kalian”

“gue ikut” kata Chanyeol yang daritadi masih sibuk gangguin aku, aku kan jadi nggak konsen kerjanya, mana supervisorku kayak lagi melototin aku terus.

“Mello juga ikut ya, jomblo kan?” ajak Chanyeol to the point.

“hah?” aku melongo.

“iyakan? Udah ikut aja, nama kamu juga udah aku daftarin”

“hah?” aku ikut Love Game? Aku jomblo? Aku bahkan nggak tau statusku sekarang masih jomblo apa tetap taken sama Kris............

“udahan hah hohnya, tuh pak Kris sama Bu Delida juga ikut” jelasnya.

DEG.. Kris sama Delida ikut Love Game? Bedua? Kalau yang ikut Love Game itu jomblo semua berarti Kris ngerasa jomblo dong? Berarti kita emang bener-bener udah putus dong waktu di taman itu?
“ntar kita pasangan, mau kan?” rayu Chanyeol yang membuatku kembali ke alam sadarku.
“hah...iya” jawabku seadanya, jadi...emang bener-bener putus ya sama Kris.........

Author’s POV
    “Delida!” Kris langsung masuk ke ruangan Delida.

“Apa say?” Delida menjawab tanpa menoleh ke sumber suara.

“apa maksudnya ini?” Kris langsung melemparkan selebaran ke atas meja belajar Delida.

“itu acara ang dibuat para karyawan buat meriahin acara perusahaanlah” jawab Delida cuek.

“terus kenapa namaku ikut terdaftar?”

“apa salahnya sih, Alva? Toh kamu juga jomblo kan?”

“maksudmu?” Kris menatap Delida tajam.

“ya nggak apa-apa buat seru-seruan, ntar kita pasangan” sahut Delida sambil memainkan kukunya.

“haah... Delida. Coret. Namaku. Di daftar. Peserta. Love. Game.” Kata Kris.

“loh... kenapa? Ya nggak seru dong, masa belum tanding udah kalah duluan sama Mello-Yeol” protesnya.
“maksudmu apa?!”

Delida bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Kris. “Mereka. Ikut. Love. Game. Dan. Mendaftarkan. Diri. Sebagai. Pasangan.” Ia memainkan ujung dasi Kris dan pergi meninggalkan ruang kerjanya.

Hari-H
Mello’s POV

    “Mell udah selesai?” Chanyeol yang dari tadi pagi sibuk bujukin aku ke salon akhirnya udah nggak sabar juga ngelihat penampilanku.

Ugh, salah dia bawa aku ke salon, yang ada aku malah tetep biasa-biasa aja, padahal aku males banget ikut acara Love Game ini, tapi Chanyeol malah memaksaku dan tadi sore sehabis pulang kerja dia malah ngajakin ke salon.

“bentar lagi Pak” jawabku yang masih sibuk dipoles/?

Udah dua jam aku di salon, capek lah dibawa ke sana kemari buat perawatan, pembersihan ini itu, aku bahkan nggak tau namanya apa.

Mello pokoknya kita harus menang biar jadi couple terbaik sepanjang tahun.

Kenapa sih Mello? Kamu kan karyawan baru jadi semua orang juga harus kenal sama kamu makanya kamu harus ikut acara ini

Aku baru pertama kalinya ikut acara beginian jadi jangan kecewain aku.

I’m a Peterpan and You’re my Wendy.

Daaaan segudang kalimat-kalimat romantis, bujukan segala macam yang kuterima dari Chanyeol, ahhh... andai Kris bisa seromantis Chanyeol mungkin aku sudah pingsan lebih dulu, atau bahkan sebelum dia berujar pun aku udah kena serangan jantung, paru-paru tersumbat dan darah berhenti mengalir.

“silakan liat ke cermin mbak” pegawai salon itu akhirnya membawaku ke sebuah cermin besar dan...

“itu yang di cermin siapa?” aku melongo menatap bayangan wanita cantik di depanku.

“wuidiiiih cantik bener” Chanyeol langsung menghampiriku sambil bertepuk tangan, “nggak salah kan, kamu emang cantik” bisiknya di telingaku sambil mengusap pipiku.

Oh god, aku baru banget kenal sama dia tapi dia udah berani mengusap-usap pipiku, bohong kalau aku nggak seneng ya, siapa sih yang nggak bahagia di deketin cowok ganteng?

“ayoo...nanti telat” ia langsung menggenggam tanganku dan menarikku ke luar.


“ehmmm...nampaknya peserta terakhir sudah mulai memasuki ruangan” sapa seorang MC ketika aku dan Chanyeol mulai memasuki ruangan, haaah rasanya telapak tanganku sudah basah, aku gugup. Banget.

“jangan gugup, just act like a princess” bisik Chanyeol di telingaku, aku mengangguk pelan dan pasrah ketika tangannya menggenggam erat tanganku dan menuntunku memasuki ruangan pesta. Pantas saja dia mengajakku kesana kemari ternyata untuk mengulur waktu dan membiarkan kami sebagai tamu terakhir di pesta ini.

Aku berjalan perlahan dan berusaha menenangkan diriku sampai akhirnya mataku menangkap sosok yang membuat tubuhku limbung kalau saja Chanyeol tak menahan pinggangku.

Alva Kris.. dengan setelan tuxedo berwarna hitam dan kemeja putih yang kancingnya sengaja dibiarkan terbuka di bagian atasnya membuatku harus menelan ludahku berkali-kali. Ia tak bergeming dari tempatnya berdiri, hanya menatapku tajam seakan berkata, kau-takkan-selamat-malam-ini.

“OK baiklah, sekarang peserta love game silakan naik ke atas panggung” perintah sang MC yang membuatku tersentak kaget dan rasa gugup kembali menyelimutiku.

Baiklah aku merasa terintimidasi sekarang, Chanyeol ternyata nggak kalah terkenalnya dengan Kris, ada banyak cewek yang memujanya bahkan aku bisa mendengarnya langsung dari tempatku berpijak.

Chanyeol memeluk pinggangku erat dan menuntunku naik ke atas panggung.

Ada 4 orang pasangan yang akan menjadi saingan kami malam ini, Mark-Lauren, Ron-Stella, Albert-Keira, dan terakhir Kris-Delida. Huhh... sulit rasanya untuk menyebutkan nama pasangan terakhir karena jauh di lubuk hatiku yang terdalam aku sangat sangat tidak merelakan acara perjodohan kilat ini.

Akhirnya acara pun di mulai dengan kami dan pasangan-pasangan lainnya yang berdiri di atas sebuah lingkaran dengan peraturan ‘tak boleh keluar dari lingkaran’ tempat kami berpijak. Haaah.. game pun di mulai.

Pertama-tama kedua tangan kami diikat dan kami saling berjuang untuk melepaskan tali ikatan satu sama lain dan serangkaian permainan lainnya hingga akhirnya hanya ada dua peserta di atas panggung, Chanyeol-Mello dan Kris-Delida ;A;

Huhh hah huhh hah.. sabar Mell sabar, si Kris mungkin benar-benar menikmati perannya sebagai peserta Love Game, buktinya tadi dia seenak udel grepe-grepe tubuh Delida, memang sih ada banyak skinship di antara semua pasangan, tapi kalau aku ngelirik pasangan ini, darahku rasanya naik ke ubun-ubun, tensi darah naik dan mungkin otakku sudah mau meledak, kalau saja Chanyeol tidak mengiba padaku untuk nggak bertahan sampai akhir, mungkin aku lebih memilih untuk pulang ke rumah daripada bertahan dan melihat semua pemandangan menjijikan ini.

“baiklah, sekarang hanya ada dua pasangan, silakan para lelaki diminta untuk mengambil peppero stick”
Hah? Peppero stick? Otakku sudah mikir yang engga-engga, akhirnya setelah berbagai macam instruksi yang diberikan, kami dan satu pasangan –yang aku nggak mau nyebutin nama mereka— diminta untuk menghabiskan stik peppero itu berdua.

Aku memakan ujung stik pepero dan Chanyeol di ujung yang lain hingga akhirnya bibir kami saling berdekatan, nyaris bersentuhan. Tanpa sadar tanganku menekan bahu Chanyeol, memintanya untuk menyerah daripada aku harus merelakan bibirku tersentuh oleh bibirnya.

Chanyeol mungkin mengerti dan dia menghentikan gerakannya, ia melepaskan stik pepero yang tersisa dan menyerahkan kepada panitia acara untuk dihitung, sedangkan samar-samar sang MC mengatakan, “waaah, pak Kris dan Ibu Delida berciuman”

Hah? Apa... apa dia bilang? Mereka berciuman? Rasanya kepalaku sudah berputar-putar saat mendengar kalimat itu di ucapkan. Kakiku terasa lemas kalau saja Chanyeol tak menahan pinggangku. Ia menahan pinggangku dan membawaku mendekat ke arahnya.

“ok. Karena suasana semakin panas dan romantis antara Yello couple dan Deris couple, panitia memutuskan untuk tidak mengukur panjang stik yang tersisa, tapi ada satu tantangan yang mungkin akan menjadi tantangan terakhir dan kita akan mengetahui siapa couple paling romantis di tahun ini” jelas MC.

“apa apa?” samar-samar aku mendengar sorak sorai dari para tamu undangan, aku udah nggak kuat lagi, aku....sakit hati...

“Mell, bertahanlah untukku” bisik Chanyeol, “kita sudah berjuang sejauh ini, tolong jangan buat ini jadi sia-sia” pintanya.

“oke, jadi... para pria diminta untuk mencium gadisnya... ciuman yang paling dalam dan romantis itulah yang akan dinobatkan jadi couple teromantis tahun ini” tantang MC.

Aku mematung, berciuman? Di depan umum? Dengan orang yang bahkan belum lama kukenal? Tapi... aku teringat akan Kris yang bahkan tadi sudah mencium Delida. Sabar Mel.. sabar...

“masih mau lanjut Mel?” tanya Chanyeol padaku.

Aku mengangguk, baiklah.. mungkin dengan adanya acara ini, aku juga bisa belajar untuk melupakan Kris, ciuman bisa bikin orang jatuh cinta nggak sih?

Aku menutup mataku pelan dan membiarkan Chanyeol bertindak, satu menit...dua menit...tiga menit.. aku menunggu tapi tak ada sentuhan seperti yang kuharapkan. Perlahan lahan aku membuka kedua mataku, ok Ya Tuhan, apa yang kulihat sekarang? Kris menahan bahu Chanyeol?

Dia melirikku sesaat, “sorry, Mello milikku” ucapnya sambil menekankan kata pemilik di bagian akhir.
Ap.. apa? Dia bilang apa? Milikku? Aku milik Kris? Sejak kapan? Maksudnya apa? ;AA;

Kupastikan Chanyeol tak kalah kaget ketika mendengar pernyataan yang keluar dari bibir atasannya sendiri, “maaf pak, saya nggak bermaksud buat ngerebut dia dari bapak”

“kalau Mello menyukaimu, kau boleh mengambilnya dariku” kata Kris dengan angkuhnya.

Oke baiklah, sekarang semua karyawan terdiam melihat pemandangan ini. tak ada yang berani berujar sampai akhirnya Delida bersuara.

“Kris, sejak kapan kau suka merebut lahan orang lain?” sindirnya.

“udahlah, hentikan permainan konyol ini, semuanya duduk tempat tamu undangan” perintah Kris.

Hah, di saat begini sifat bossynya emang bener-bener berguna, nggak ada yang berani ngelawan dia di saat menegangkan seperti ini. ada semburat kecewa di wajah Chanyeol saat menatapku dan raut wajah kesal terukir di wajah cantik Delida.

Aku menghela napas pelan dan berbalik untuk mencari tempat duduk.

“Mello, aku tidak menyuruhmu untuk kembali ke tempat dudukmu” perintah sebuah suara.

Aku berbalik menatapnya, “mau apa lagi? udah selesai kan? Aku males kalo dikasih-kasihin ke orang kayak gitu, kaya barang aja” sungutku kesal. Maunya apa sih? ‘kalau suka ambil aja’ maksudnya apaa? Emang aku barang apa? Kenapa ngomongnya gitu. Nggak berperikemanusiaan -__-

Bukannya minta maaf dia malah ketawa, dikeluarkannya iPad miliknya dan dia mulai menuliskan sesuatu, usai menggoreskan sesuatu di layar iPadnya, ia memperlihatkan hasil pekerjaannya padaku.

Bukan tulisan yang diperlihatkannya padaku melainkan sebuah gambar, gambar binatang seperti kucing, diatas gambar kucing ada lambang bentuk hati dan panah yang mengarah ke sebuah huruf LU.

Maksudnya apa? Kucing cinta kamu? Apa coba artinya? Atau kucing itu melambangkan dirinya terus bilang sayang aku? Aku nggak tau artinya ;__;gambaran Kris

“itu gambar binatang apa?” tanyaku.

“kebo” jawabnya cuek.

“kebo apaan itu kayak kucing” protesku.

“berisik, bukannya bilang makasih udah digambarin” omelnya.

“makasih  yaaaa.... tapi itu maksudnya apa coba?” tanyaku masih takjub melihat hasil gambaran ajaibnya.

“nggak ada maksud” dia langsung berjalan menuju ke arah piano besar.

Ishhh, nyebelin kan, aku belum selesai ngomong dianya malah main ninggalin aku. Oh ya, aku baru sadar, tak ada yang berani berbicara kecuali aku dan Kris, yang lain hanya memilih diam dan menyaksikan pertengkaran kecil kami.

“mau kemana?” teriakku, tapi Kris malah nyuekin aku dan lebih milih duduk di depan pianonya, jari-jarinya dengan lincah memainkan tuts piano.

(Can I) call you my own and can I call you my lover
Call you my one and only girl
(Can I) call you my everything call you my baby
U’re the only one who runs my world
Girl can I, call you mine, you and me, happily, by my side
Through day n night, let it be known, that u’re my own...

Tak terasa aku meneteskan airmata ketika Kris memainkan piano untukku, ia tersenyum ke arahku dan berjalan menghampiriku perlahan.

Tangannya yang bebas terulur menyeka airmata yang keluar dari kedua mataku, hingga tangan yang lain meraih tangan kananku dan jarinya bergerak lincah menyematkan sebuah cincin emas sederhana di jari manisku.

“aku tau kau tak suka barang mewah jadi kuputuskan untuk memilih yang sederhana”

Otot-ototku terasa lemas kalau saja dia tak merapatkan tubuhnya dan meraih pinggangku, “ini...apa....” bisikku terbata.

“kau harus menikah denganku, aku tak terima penolakan” ujarnya sambil mencium lembut bibirku... aku tersipu malu sampai tak menyadari ada banyak pasang mata yang menyaksikan kejadian ini.

“bisa nggak sehari aja nggak bikin aku lemes?” bisikku pelan.

“bikin lemes itu hobi” bisiknya sambil mengeratkan pelukannya.

THE END

EPILOG
Akankah kau berada di sisiku? Dalam keinginan besar yang perlahan menghilang
Kedamaian selalu tak pernah terlihat di hadapan tragedi
Aku mengumpulkan kepingan kecil cinta ini, satu bagian, dua bagian, aku menumpuknya.
Hanya dengan berharap bisa bertemu denganmu
Airmataku mengalir sebanyak ini, cintaku.
Kubiarkan kekesalanku melayang pergi ke langit malam,(pls stay with me)
Aku bisa menahannya tapi jangan dingin kepadaku
Karena suatu saat kata-kata akan berubah menjadi kebenaran
Kebanggaan dan bakat yang tak bisa di dengar, tak bisa berakhir seperti mimpi.
Satu hal, dua hal, jelaskan semuanya padaku.
Apakah aku akan menyakiti diriku lagi jika kukatakan aku merindukanmu?
Airmataku mengalir lagi, cintaku.
Setiap kita berpapasan, kau semakin berharga bagiku(pls stay with me)
Aku ingin mengetahui lebih banyak tentangmu, aku ingin mendengar suaramu.
Rasanya ingin menangis, rasanya aku bingung. Aku begitu lemah kan?
Please...stay with me (YUI-PLEASE STAY WITH ME)

“nggak bosen dari tadi dengerin lagu itu mulu?” tanya Kris tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.

“kamu nggak tau itu lagu aku dulu tau nggak” sungut Mello.

“engga, maksudnya?”

“au ah bete” Mello melipat kedua tangannya, punya kuping kan? Dengerin kek liriknya maksudnya apa? Dasar!! Itukan lagu pengharapan/? Lagu ungkapan perasaan aku, ya masa aku harus jelasin juga ke dia, bego apa gimana sih? Masa penerus perusahaan Stavano nggak ngerti yang beginian? Dasar otak beku. Cairin dulu sanah.

“ngambek mulu ckck” Kris berdecak.

“au ah bodo bodo bodo” teriak Mello di dalam mobil.

“tukang ngambek bikin gemes deh, jadi pingin nimpuk” komentar Kris.

“bawaan bayi kali, yaudah pokoknya abis ini kamu harus bikinin aku makanan.. aku lapar” perintah Mello.
“bawaan bayi mulu, males ah”

“KRIS!! Ntar anak kita ileran gimana?” Mello menatap Kris sambil berkacak pinggang.

“mirip ibunya berarti” jawab Kris seenaknya.

“Alvaaa!! Ihhh!!”

“berisik, diem kalo nggak mau kuperkosa di sini”

“ALVAAA KRIS!!!”

Yang naksir sama Alva Kris bisa ketemu sama realnya Alva Kris
Sebenernya ff ini khusus buat dia, tapi ya karena ada something gitu jadi ya nggak jadi dikasih tau aku bikin ff buat dia, kkkk.
Krisnya baik kok, kadang nyebelin ^^; aku ngambil sifat Alva Kris dari dia, sekalian minta fanservice sama dia pasti di kasih kok, kalau sifat pelit sama songongnya gak kambuh ^^v , sekalian nanya Mello dimana juga nggak papa sama dia, hahaha^^)v
Udah ah, bye all. Makasih udah ngikutin ff aku sampai selesai. *bow*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar