Our Fuckin’ Destiny
Author: Mei F.D [ @meiokris ]
Main cast :
Wu Yi Fan/ Kris
EXO M
Song Aie
Lee Hyuk Jae
Other cast
Length :
oneshot
Genre :
romantis, komedi putar, fantasi, fantastis, bombastis dan oke gue lebay -_-
PG : 16+
***
Aie melangkah, menyusuri sungai yang
sengaja dipagar di deretan kota tempatnya meninggal dulu.
Tubuh mungilnya yang berbalut gaun
lusuh berwarna putih selutut terus menemaninya berjalan mengitari kawasan
sungai Wuang Fei tempat ia tewas tenggelam seminggu yang lalu.
"Hah? Hanya karena pahala dan
dosaku seimbang, aku harus bertahan di sini beberapa waktu." sungutnya
sambil mengambil batu-batu kerikil dan melemparkannya ke sungai.
Bukan. Bukan batu kerikil yang ia
lempar. Ia hanya menggapai angin kosong karena kulit tangannya tak bisa
menyentuh batu kerikil. Ia menghela napas panjang hingga seorang lelaki
berwajah rupawan dengan segelas kopi di tangannya berjalan melewatinya.
Aie pun mengikuti langkah lelaki yang
sedang berjalan itu dan mulai meneriakinya, "Hei kau! Hei! Kau roh
juga kan? Mari berteman!" teriak Aie pada lelaki itu, namun lelaki itu
hanya menatapnya sinis.
"Aku...aku..." Aie menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah ditatap tajam oleh roh yang
tidak dikenalnya.
"Aku hanya sedang bermimpi jadi aku
tak bisa bermain denganmu!" sahutnya sambil berlalu.
Aie mengangguk pelan dan memilih untuk
duduk sambil menekukkan kedua kakinya sejajar dengan dadanya, ternyata mimpi di
siang bolong bisa membuat manusia keluar dari tubuh mereka. Pikirnya.
Lama ia bersenandung kecil hingga
akhirnya terdengar sebuah suara,
Kalau
kau mau ke surga, pergilah ke hutan ChenYi dan bawalah seorang lelaki yang kau
cintai untuk mengantarmu pergi.
Huh? ChenYi? Di mana itu? Batin Aie.
"Hei. Aku tidak punya pacar di
sini. Aku punya pacar di Korea!" teriak Aie pada langit biru.
Takdir
yang akan membawamu bertemu dengan cinta.
Lagi. Suara itu kembali terdengar.
Hah. Memikirkan pujaan hatinya saja Aie
sudah tidak bisa memikirkan lelaki lain. Bagaimana bisa ia disuruh menemukan
cinta yang lain?
**
Kris's POV
"Kalau mau air panas, aku sudah
menyiapkannya di---"
"Hyuk Jae hyung. Aku bisa
melakukannya sendiri kok." gerutuku pada managerku.
Syuting yang menyenangkan sekaligus
melelahkan. Setidaknya ini lebih baik daripada di Korea.
Bagaimana bisa arwah-arwah penasaran
itu selalu menggangguku setiap hari?
Andai pihak SM mengerti kehidupanku dan
berhenti mengaturku untuk berpura-pura layaknya manusia normal, mungkin aku
takkan keluar dari gedung itu.
Demi Tuhan gedung itu berhantu!
Setidaknya mereka tidak
mengeluarkan statement yang
meruntuhkan imejku sebagai publik
figure sehingga aku tetap bisa berkarya di Cina.
Apa kata penggemarku nanti?
Kris EXO M mengalami gangguan mental.
Leader EXO M sering melihat hantu.
Gila saja. Mungkin kalau sampai
begitu adanya aku mungkin sudah membusuk di pusara.
"Aku pulang dulu, jangan lupa
nanti sore kita ada shooting di pinggiran sungai Wuang Fei." Hyuk Jae
hyung mengingatkan sementara aku hanya memberikan isyarat OK dengan jariku.
"Tidur dulu ah~" gumamku
pelan hingga akhirnya aku tertidur dan bermimpi berjalan dengan membawa kopi
susu buatan Hyuk Jae hyung menyisiri bibir sungai yang akan menjadi tempat
shootingku nanti.
"Hei kau! Hei! Kau roh juga kan?
Mari berteman!" sebuah teriakan membuatku tersentak dan menoleh ke
arahnya.
Huh? Arwah penasaran? Lagi?
"Aku...aku..." Dia menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah.
"Aku hanya sedang bermimpi jadi
aku tak bisa bermain denganmu!" dengusku sambil terus berjalan
meninggalkannya.
"Kris...." seseorang
mengguncang ragaku dan refleks saja rohku dipaksa memasuki ragaku sendiri.
"hmmm..." aku bergumam
memberikan isyarat kalau aku sudah bangun.
"Ayo, tunggu apa lagi? Kau bisa
tidur kembali di mobilmu, Kris." suruh Hyuk Jae.
Aku hanya mengangguk pasrah dan
membiarkan Hyuk Jae menarikku menuju ke dalam mobil yang akan mengantarkanku ke
lokasi shooting.
*
Author's POV
Aie masih sibuk membenamkan kepalanya di antara kedua lututnya, beberapa kali ia mendesah pelan sambil menatap ke arah langit.
**
"Ayolah, kenapa siang terasa
sangat lama? Energiku melemah di siang hari." protesnya.
"Bahkan aku tidak bisa menggenggam
pasir barang sebutirpun." ia mencebik kesal.
Tiba-tiba dari arah Barat terdengar
sebuah suara yang membuat Aie mendongakkan kepalanya menoleh ke sumber suara.
"Kris... Kris... Wu YI Fan
gegeeee...." teriak segerombolan remaja belasan tahun yang menutupi
penumpang dari sebuah mobil.
"Huh? Artis kah?" dengus Aie
sampai akhirnya matanya membulat begitu melihat sebuah foto yang diacungkan para
remaja belasan tahun itu.
Sepertinya
aku mengenal lelaki yang di foto itu. Batin Aie
bergegas untuk bangkit dan berlari ke arah gerombolan anak muda itu.
"Geez... aku bahkan tidak bisa
melihatnya." keluh Aie lagi. "setidaknya aku beruntung sekarang sudah
mati." ia tersenyum jahil dan langsung menerobos melewati raga-raga yang
sedang berdesakan itu.
"Heii.....heii... Bubarlah kalian!
Ku dengar di sini ada penunggu airnya. Kalau kalian tetap ribut nanti kalian
akan mati!" teriak Hyuk Jae pada puluhan gadis di depannya.
Tepat saat itu segerombolan gadis manis
itu terdiam. Satu persatu dari mereka merasakan hawa dingin saat kulit
transparan Aie pergi melewati mereka.
"Aku...merasa seperti ada yang
berjalan melewatiku." bisik salah satu gadis itu pada sahabatnya yang
langsung di susul suara pekikan kaget dari gadis yang lain.
"Hantu!!" teriaknya menunjuk
ke arah Aie yang menatapnya polos.
"Kau bisa melihatku?" Aie
malah bertanya.
Usai mengatakan itu sang gadis langsung
pingsan dan yang lainnya membubarkan diri.
"Hah?! Yang benar saja? Sepertinya
mereka termakan sugestiku sampai mereka percaya dan malah mengiramu sebagai
hantu." Hyuk Jae tersenyum puas sementara Kris menggeram begitu tatapannya
menangkap sosok penampakan yang sedang mengganggu proses shootingnya itu.
Aie, gadis yang ditemuinya di alam
mimpi kini benar-benar berada di hadapannya sekarang dan melihatnya sebagai
manusia.
Ia tentu tak akan menyalahkan Hyuk Jae
yang menuduh fansnya menunjuk ia sebagai hantu. Tepat di antara Kris dan fans,
Aie berdiri dan menyeringai. Tentu saja Hyuk Jae tidak menyadari itu dan
melihat hanya ada dia, Kris, kru dan para fans yang datang. Tapi ia salah. Ada
satu makhluk tak diundang yang datang.
"Omoo?? Kau juga dapat melihatku
setelah menjadi manusia?" Aie berseru kaget. Ia membulatkan kedua matanya
dan langsung berlari menghampiri Kris.
Kris mendengus kesal dan langsung
menatap ke arah Hyuk Jae, "Lain kali kau tidak usah berbicara seperti itu.
Siapa tahu ucapanmu bisa mengundang mereka datang."
"Astaga.. Jadi kau benar-benar
bisa melihatku?!" pekik Aie kegirangan.
"Mana mungkin ada hantu di sini---
Ouchh!" Hyuk Jae jatuh terduduk saat Aie melompat-lompat di sampingnya dan
malah menubruk tubuh Hyuk Jae.
"Sudah kukatakan jangan membawa
hal seperti itu. Kau akan sial." Seperti aku sekarang. Sambung Kris dalam
hati begitu melihat tatapan berharap dari arwah penasaran di depannya ini.
Gadis
ini sedang senang dan auranya menguat hingga ia bisa membuat Hyuk Jae terdorong
ke samping. Batin Kris.
Kris's POV
Aku melepas seluruh pakaianku dan hanya
menyisakan singlet putih dan boxer berwarna gelap milikku.
Buru-buru kuraih handuk untuk berendam
di jacuzzi milikku
dan ia kembali datang! Arwah penasaran itu benar-benar menggangguku dan bahkan
nekat mengikutiku sampai ke sini.
"Kenapa kau sampai shooting berapa
kali? Padahal actingmu sudah bagus." tanyanya to the point.
itu
gara-gara kau yang terus-terusan berdiri di sampingku saat aku sedang
pengambilan video. teriakku dalam hati
Aku pura-pura tak mendengarkan dan
bahkan tak berniat sama sekali menanggapi protesnya.
"Hei! Dengarkan aku." gadis
yang bahkan sampai sekarang tak kuketahui darimana ia berasal ini terus
mengikutiku hingga tangannya yang dingin menyentuh bahuku yang hanya berbalut
kain singlet.
"Waaah.. Aku bisa
menyentuhmu." ia menatap kedua telapak tangannya dengan mata berbinar.
Lagi... Ia menyentuh pundakku dan
mencoleknya berapa kali.
"Akhirnya aku bisa menyentuh
sesuatu juga." teriaknya senang sebelum aku menarik tubuhnya sampai ia
terbentur ke dadaku.
"See? aku bahkan bisa membuatmu
jatuh membenturku!" aku menyeringai. "Dengar ya setan kecil. Aku
tidak punya waktu untuk bermain-main dengan arwah penasaran sepertimu, kita
bahkan tidak pernah bertemu saat kau masih hidup." aku mendekatkan wajahku
hingga ujung hidungku hampir menyentuh hidung mungilnya itu.
Ia membeku kembali seperti saat ia
meninggal dulu. Mungkin.
"aku bahkan bisa melakukan apa
yang ingin ku lakukan untukmu karena aku.bisa.melihatmu." kutekankan
kalimat terakhir sebelum ia sadar dari tatapan mautku yang bisa menghipnotis
siapa saja. Tak terkecuali hantu perawan sepertinya.
Sebenarnya aku bisa saja pura-pura tak
melihatnya kalau saja ia tak membuat keributan dengan menembus tubuh fansku
dan membuat kekacauan saat aku shooting.
Memang ia tak kasat mata tapi bagi
orang yang bisa melihat makhluk menyebalkan sebangsa dengan gadis yang masih
berada dalam cengkramanku ini tentu akan membuat kekacauan pada karirku.
Aku berani bertaruh sebentar lagi akan
ada gosip yang menyebar kalau lokasi shootingku berhantu. Parahnya ia pun ikut
terekam dalam iklanku kalau saja aku tidak bersikeras kepada kru untuk
mengulang adegan yang telah kulakukan dengan sempurna.
Arrgghhhh dunia sudah gila dan aku
yakin akan semakin gila kalau pada akhirnya aku akan terus diganggu makhluk
gaib ini.
"Jadi, kalau kau tidak ada urusan
denganku, kau bisa pergi sekarang." bisikku tepat di antara leher
jenjangnya dan bahunya yang terbuka. Berdekatan dengannya membuat bulu kudukku
meremang. Jelas saja. Ia mempunyai energi yang berbeda dengan energi.manusiaku.
Aku melirik sebuah kalung di leher
jenjangnya. Sepertinya kalung itu terbuat dari emas putih yang diukir membentuk
sebuah nama, Aie.
"Ehm." Aie berdehem mencoba
menjernihkan suaranya yang bahkan aku bisa merasakan nada gugup yang terselip
di dalamnya. "Aku perlu kau."
"Klise. Aku memerlukanmu untuk
terus hidup. Aku menginginkan tubuhmu yang masih sehat dan segala hal yang
memuakkan sudah pernah kudengar dari bibir makhluk sepertimu." desisku
seraya menghentakkan tangan Aie dan berjalan menjauhinya menuju ke kamar mandi.
"Tapi aku butuh kau untuk
membuatku benar-benar meninggal." seru Aie tepat saat pintu kamar mandi di
tutup.
**
Author's POV
Saat Kris membuka pintu kamar mandi, ia
tersentak kaget begitu mendapati Aie di depannya. Ia mentap Aie dengan tatapan
horor karena melihat tatapan kosong dari gadis yang tengah menatapnya tanpa
berkedip ini.
Tetesan air yang jatuh ke bahunya yang
terbuka membuat Aie menelan ludah beberapa kali. Aie menggeleng kuat untuk
tidak melanjutkan pikirannya yang semakin kacau karena melihat tubuh Kris.
"Ja... Jadi kau mau kan
membantuku?"
Kris menatapnya sekilas dan langsung
berjalan melewati Aie menuju ke kamarnya.
"Aku tahu kau pasti tidak ingin
kan dirongrong oleh makhluk astral sepertiku. Jadi kupikirㅡ"
Kris memutar kedua bola matanya
dan beralih menatap Aie, "Kau mau mengikutiku sampai ke kamar?"
Eh? Betul juga. Bahkan Kris sedang
dalam keadaan 'tidak senonoh' karena hanya menggunakan handuk untuk bagian
tubuhnya dan Aie masih menyerangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Aie menggaruk tengkuknya yang tidak
gatal, "hehe kutunggu kau di ruang tamu." Sahutnya langsung berlari
meninggalkan Kris yang tengah menatapnya sinis.
"See? Hantu cerewet itu benar-benar
membuatku gila." rutuknya kesal.
**
"Bagaimana?? Bagaimana??" Aie
menaik-naikkan kedua alisnya begitu Kris menjatuhkan dirinya ke sebuah sofa.
Kris terlihat menimbang-nimbang sambil
menatap kepulan asap yang tercipta dari kopi susu kesukaannya. "Untuk apa
aku membantumu? Bahkan aku tidak mendapat keuntungan darimu."
Ia menghirup kopi susu kesukaannya
sementara matanya beralih ke sebuah layar datar di depannya.
"Aku tidak akan mengganggumu lagi,
Kris." Aie mengikuti Kris dan memilih untuk mendaratkan tubuhnya di sofa.
"Aku bisa berpura-pura tidak
melihatmu." celetuk Kris karena merasa tawaran gadis ini tidak
menarik baginya.
Bahkan jauh sebelum ia mengenal Aie,
Kris sudah berhadapan dengan berbagai jenis arwah penasaran dan ia selalu
berpura-pura untuk tidak melihat mereka begitu merasakan para makhluk seperti
mereka mulai muncul dan mengagetkannya.
Apalagi sejak ia debut sebagai artis
papan atas yang tentu saja ia harus menjaga setiap gerak-geriknya di mana saja.
Tentu saja ia mati-matian untuk tidak terkejut begitu mendapati makhluk seperti
Aie yang tiba-tiba muncul di depannya.
Sementara Aie cemberut karena merasa
gagal berbisnis, ia pun hanya berdiam diri sambil ikut menatap layar datar di
depannya.
Kris berapa kali mengganti channel
dan hampir tersedak begitu melihat lokasi shootingnya yang disorot oleh sebuah
acara yang bahkan selalu berusaha membuat skandal dirinya semenjak ia resmi
debut sebagai aktor di Cina.
Gosip
terbaru, Seorang aktor kelahiran Cina-Kanada yang tengah melejit sejak
membintangi sebuah film ternama baru-baru ini menerima tawaran membintangi
iklan yang shootingnya berlokasi di pinggiran sungai Wuang Fei,ㅡ"
"Lihat? Aku yakin bukan itu topik
utamanya." Gumam Aie sambil ikut menyaksikan tayangan di layar datar milik
Kris itu. Sesungguhnya ia masih dongkol karena tidak berhasil merayu Kris untuk
membantunya.
Diduga
lokasi shooting yang dibintangi aktor tampan ini berhantu. Terbukti dengan
adanya pengakuan dariㅡ
Detik berikutnya Kris tidak
mendengarkan lagi apa yang disampaikan oleh para penggosip itu, matanya beralih
menatap Aie yang mengkeret takut begitu dihujani oleh tatapan membunuh
milik lelaki di sebelahnya ini.
"Kau niat sekali ya ingin
menghancurkan karirku? Huh?" Ujar Kris dingin yang bahkan hanya terdengar
seperti sebuah desisan di telinga Aie.
"Aku...aku tidak bermaksud.."
rasanya suhu tubuh Aie semakin merosot jauh ke titik nol begitu mendengar
tudingan Kris.
"Apa yang kau inginkan dariku?
Huh? Membantumu mati untuk yang kedua kalinya? Menjatuhkan batu bata di atas
kepalamu atau sesuatu yang menguji adrenalinku, huh?"
"Bu...bukan.. kau hanya perlu
mengantarkanku ke hutan ChenYi yang menghubungkan antara dunia dan
akhirat." jawab Aie takut-takut
"Baiklah aku antarkan kau ke sana
sekarang. Setelah itu enyahlah kau dari hadapanku." Kris mencoba bersabar
untuk tidak mencoba melempar gadis yang di hadapannya ini dengan secangkir kopi
susu yang masih berada dalam genggamannya.
Hanya
diminta mengantarkannya ke hutan lantas kenapa ia harus menggangguku? Tak
tanggung-tanggung bahkan sampai menggangguku ke lokasi shooting padahal belum
ada 24 jam sejak pertemuan pertama mereka. Gumam
Kris dalam hati.
"Tidak semudah itu, om."
dengusnya.
"Apa lagi?" bentak Kris
galak.
"Syaratnya aku harus ke sana
bersama dengan orang yang aku cintai dan ummm...Orang itu juga harus
mencintaiku." Oke baiklah kata terakhir memang sengaja Aie yang
menambahkan sendiri. Setidaknya ia tidak merasa menjadi oknum yang tersakiti di
sini karena harus jatuh cinta sendirian kepada aktor tengil di hadapannya ini.
"Cih." Diletakkannya kopi
susu yang sedari tadi digenggamnya. Hilang sudah nafsunya untuk bersantai
karena setan sialan di hadapannya ini. Dibaringkannya tubuhnya di sofa dan
membiarkan kedua kakinya melewati kedua paha Aie, sementara Aie masih gemetar
karena ketakutan menghadapi seorang lelaki yang tengah murka padanya, "Minta
saja dengan pacarmu untuk mengantarkannya." suruh Kris.
"Tidak bisa, Kris. Pacarku tidak
bisa melihat hantu." dibuatnya mimik sesedih mungkin agar aktor ganteng
dengan attitute buruk
di sampingnya ini sudi membantunya sedikit.
"Siapa pacarmu?"
"Nichkhun oppa." Sahut Aie
riang.
"Dafuq." Kris tertawa geli
begitu mendengar ucapan yang lolos dari bibir di hadapannya ini. Ditendangnya
pelan tubuh Aie sampai Aie jatuh dari sofa.
"Aduuuuhhh!!! Kurang ajar!!"
Pekik Aie kesal.
"Idola sendiri kau sebut pacar?
Menyedihkan." Cibir Kris.
"Apa??" Aie menatap Kris dan
mengharapkan ada sinar laser yang dapat menembus tubuh Kris dan membuat Kris
menjadi salah satu makhluk sebangsanya yang terombang ambing di dunia. Nihil.
Ia hanyalah roh yang bahkan tidak mampu mengangkat debu sekalipun kalau auranya
sedang melemah.
"Aku yakin dia bahkan tidak sadar
kau pernah hidup di dunia. hahahaha." Kris masih saja terpingkal-pingkal
mendengarkan celotehan Aie.
"Jadi kau mau membantuku
tidak?" Desak Aie tak sabar. Pipinya memerah menahan malu dan marah yang
berkumpul menjadi satu.
"Tidak jika kau memintaku
mencintaimu." Sahut Kris dingin begitu tawa di wajahnya lenyap.
"Oke... kau bisa mengantarkanku
kalau aku sudah bisa jatuh cinta denganmu." Sahut Aie melemah.
"Baiklah." Kris mengangguk
setuju. Tiba-tiba ia bangun dari sofa dan langsung mendekatkan wajahnya ke
wajah Aie.
"Jadi... Aie.. bersiaplah kau
terkesima dengan pesona sejuta pangeran milikku." bisiknya dengan senyuman
yang malah terlihat seperti sebuah seringaian.
Aie menelan ludah berkali-kali begitu
hidung mancung milik Kris bergesekkan dengan hidungnya.
Ia mundur perlahan. "A...aku
haus..." buru-buru diraihnya cangkir kopi Kris.
"Huh? Kau bisa mengangkatnya di
malam hari?" Kris menatapnya keheranan.
Aie melirik cangkir kopi milik Kris
dengan tatapan yang tak kalah terkejutnya. Buru-buru dikuasainya
keterkejutannya karena baru kali ini ia bisa mengangkat benda mati di
hadapannya ini.
"Je...jelas lah. Aku mau minum
ini! Aku haus!" Aie mengarahkan cangkir ke ujung bibirnya dan
langsung menandaskan isi kopi susu yang tersisa di cangkir itu.
"Lihat! Aku bisa menghabiskannya
kan? Aku benar-benar haus." Papar Aie begitu melihat Kris yang langsung
menatap ia dan karpet tempat Aie duduk bergantian.
Mulutnya setengah terbuka dengan mata
yang melotot kaget.
"Kenapa?" tanya Aie bingung.
Ia mengikuti arah pandangan Kris yang menatap ke karpet yang sedang di
dudukinya.
Ow ow....
Ternyata kopi susu itu meluncur jatuh
melewati tubuh Aie dan merembes mengenai karpet yang tengah diduduki Aie.
"KARPET PERSIA MAHAL
KESAYANGANKU!!!"
**
Kris's POV
"Pssstt.. Kris."
"Kris bangun."
Aku merasakan sebuah suara masuk ke
dalam mimpiku.
"Psssttt. Kris."
"Hmmm.." aku bergumam sekedar
untuk menghilangkan suara yang benar-benar merusak tidurku.
Demi Tuhan aku baru saja menutup mataku
beberapa menit yang lalu.
"Ham hem ham hem. Bangun dong. Ini
sudah jam 7."
Apa? Jam 7? Hari ini aku bahkan harus
menyelesaikan shootingku hari ini.
Buru-buru aku bangun dari tidurku.
Cup.
Eh?! Apa ini?!
Begitu aku membuka mataku, kulihat
bibirku menempel dengan baiknya di bibir pucat milik gadis yang kuyakini adalah
hantu jadi-jadian bernama Aie.
Buru-buru ku dorong tubuhnya yang
masih melayang di atasku.
"Apa yang kau lakukan? Hah?!"
teriakku sambil mengusap bibirku dengan kasar.
"ka-kau yang bangun
tiba-tiba!" rengek Aie dengan wajah pucat yang tak kalah kaget dengan
wajahku, "ciuman pertamaku direnggut dengan tidak romantis, tiba-tiba, dan
pelakunya adalah orang kasar sepertimuuuu!!"
"hah? Kau pikir aku sudi mencium
mayat? Hah? Bibirku rasa tanah. Cuih" aku pura-pura meludah.
Berciuman dengan setan sepertinya? Hah?
Bahkan dalam mimpi terliarku setiap malam aku tidak pernah membayangkan mencium
makhluk sepertinya.
"Yak!! Begini-begini juga kita
sama. Hanya yang membedakannya aku sudah mati dan kau masih hidup. Toh suatu
saat kau juga akan mati." decaknya sambil berkacak pinggang.
"Tapi kau dan aku jelas berbeda.
Ibarat planet, aku adalah bumi dan kau adalah pluto. Sama tapi berbeda.
Keberadaanmu ada, tapi tidak diakui. Begitulah." sahutku menganalogikan
keadaannya sekarang dan itu sukses membuat ia bungkam seribu bahasa.
"Minggir." ku
dorong tubuh mungilnya dan beranjak dari tempat tidurku.
"Ihhh mesuum! Mau apa kau?!!"
jerit Aie begitu aku ingin melepaskan singlet kesayanganku.
"Mau mandi lah." sahutku
sambil terus meloloskan singlet putih itu dari kedua lenganku.
"Stoopp!! Lepaskan di kamar mandi
saja!" pekik Aie sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangan.
"Kenapa? Ini baru 3 hari kau
berkeliaran di rumahku dan kau sudah mulai jatuh cinta denganku? Di mana
pertahanan dirimu? Ooohh.. Atau bahkan kau tidak pernah berdekatan dengan
lelaki sehingga kau langsung jatuh hati padaku? Huh?" godaku sambil
mendekatinya perlahan. Baiklah, semakin sering kau kugoda maka semakin cepat
pula aku menyingkirkanmu.
"Berhentii!! Stopp!! Jangan
mendekat!!" teriaknya lagi.
"Kenapa? Pasti kau tidak tahan
melihat aku sedang topless ya?
Haha. Sini pegang aku, Aie. Kau bisa cepat jatuh cinta denganku." godaku
sambil merentangkan tanganku.
"Dasar lelaki cabul!!"
pekiknya sebelum menghilang di udara.
"HAHAHAHHA" Kris tertawa
nyaring sebelum ia menghilang ke kamar mandi.
**
Author's POV
Aie menggertakkan giginya. Demi Tuhan!
Seandainya saja dia bisa memungut pecahan beling. Tentu saja ia sudah melakukannya
dan menancapkannya tepat di kepala lelaki yang sedang melenggang angkuh di
depannya itu.
Kalau saja ia tidak diharuskan jatuh
cinta dengan lelaki keparat ini. Oh bukan. Kalau saja bukan Kris yang bisa
menolongnya, tentu saja dia mungkin sudah berlari dan menancapkan pisau
tepat di jantungnya dan untungnya dia tidak akan pernah masuk penjara.
"Jangan
dekat-dekat denganku."
"Beri
jarak sekitar lima meter biar kau tak tertangkap kamera."
"Aku
tidak mau ladang rejekiku tercemar dengan sosok penampakan wanita jelek
sepertimu."
"Jangan
mencoba berbicara denganku karena aku tidak akan menjawabnya."
Bla bla bla daaan segudang
larangan lainnya yang membuat Aie siap untuk muntah di tempat.
Ia melihat ke arah Kris yang tengah
sibuk shooting film action ketiganya.
"Hah. Pantas saja sering dikontrak
main film action.
Orangnya saja main kasar begitu." gerutu Aie.
Ia bahkan masih ingat betul bagaimana
Kris menendang bokongnya. Mendorong kepalanya atau sekedar menyentil dahinya.
Meskipun tidak pernah mengakibatkan luka karena Aie selalu terjatuh di tempat
yang empuk seperti sofa atau tempat tidur. Ya, setidaknya Kris selalu
memperhitungkan tindakannya yang kadang melewati batas karena masih menganggap
Aie seorang wanita.
Aie memberengut kesal karena ia tak bisa
pulang mengingat lokasi shooting yang
jauh dari apartemen Kris dan cukup terpencil.
Ia menengadah, menatap pepohonan yang
nampak jelas terlihat karena memantulkan cahaya bulan.
"Aku merasakan auraku mulai
menguat menjelang tengah malam. Setidaknya aku harus bersembunyi sebelum mereka
bisa melihatku." gumam Aie dan melangkah pelan memasuki hutan yang bagian
pintu masuknya dijadikan tempat shooting Kris.
Ia melangkah pelan memasuki hutan yang
semakin gelap dan menyeramkan.
"Hutan apa ini? Kenapa semakin menyeramkan
saja." bisik Aie bergidik ngeri. Kalau saja ia tidak melupakan jati
dirinya sebagai hantu mungkin ia sudah melompat ke pangkuan Kris dan bergelung
hangat dipelukannya.
Plak! Aie menampar pipinya sendiri.
"Aku tidak mungkin seagresif itu.
HAH! Bisa mati dua kali aku kalau sampai Kris mendengar isi pikiran laknat
itu." decaknya.
Ia melangkah lagi jauh semakin dalam
menyisiri pekatnya hutan.
Ohh!
Aie berteriak saat ia jatuh ke sebuah
lubang dan parahnya ia tidak bisa keluar!
"Toloong...
Tolooong..." lolongnya tertahan.
"Toloooong..."
Kris mengorek kupingnya beberapa kali. "Aku nggak salah dengar kan?" gumamnya sambil mengecek sekeliling, dilihatnya lokasi shooting begitu tenang karena ia tidak mendapati Aie.
Kemana perginya bocah sialan itu? Batinnya.
"Tolooooong." Suara itu kembali terdengar.
Kris berdehem pelan. Menekankan pada dirinya kalau itu bukan Aie.
"Hoii.. kau bisa pulang, Kris." Seru pak Sutradara begitu mendapati Kris bergerak tidak tenang di tempat istirahatnya.
Kris tersenyum tipis, ia masih berkonsentrasi terhadap suara yang didengarnya.
"Kau mendengar sesuatu?" Bisiknya pada Hyuk Jae.
"Hoh? Aku hanya mendengar Pak Sutradara menyuruhmu pulang." Kata Hyuk Jae.
Pasti itu arwah penasaran! Tidak ada manusia yang mendengarnya. pikir Kris yang langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Yak! Kau mau kemana Kris??!!" Teriak Hyuk Jae sementara Kris beralih duduk di samping sutradara.
"Uhm...," Kris memulai percakapan. "Pak. Kalau boleh tahu, ini hutan apa?"
"Huh? Hutan ChenYi. Ku dengar di sini tempat berkumpulnya arwah penasaran." Bisik sutradaranya pelan. "Auuuuuu..."
Detik berikutnya Kris tidak mendengarkan ucapan sang sutradara lagi dan memutuskan beranjak dari tempat duduknya.
Aie! Aie! Hutan arwah itu benar-benar membuatku muak sekarang! Aiee!!! Bertahanlah! Doa Kris sambil menembus gelapnya hutan belantara.
"Huh? Kau takut?" Olok Sutradara sambil berpaling mengikuti arah Kris meninggalkannya. Ia tertegun. Terpana. Terkaget-kaget begitu melihat Kris berlari menembus hutan belantara.
"Uaaangggkuuuu...!!" Serunya tertahan.
*
"To....long..." teriak Aie putus-putus. Demi Tuhan ia masih ingin tinggal dan berharap belum saatnya ia dipanggil ke neraka.
Ia merasakan kakinya semakin ditarik masuk oleh akar-akar yang berada di bawahnya. Hutan ini benar-benar membuatnya lemah. Ia bahkan tidak bisa naik dan memanjat.
Percuma saja ya... tidak ada orang yang bisa menolong hantu. Lirihnya.
"Aie!!!" Teriak Kris.
"Aiee!!"
Aie yang semakin melemas kini menjadi bersemangat lagi begitu mendengar suara Kris, "Kris!!" Teriaknya sampai parau. Entah darimana ia mendapatkan kekuatannya kembali.
"Tolooong!! Kris!!" Teriaknya lagi.
Dilihatnya sekarang wajah tampan Kris melongok ke lubang tempatnya terjatuh. Kris mengulurkan tangannya, "pegang tanganku Ai" perintahnya panik.
Begitu Aie mengulurkan tangannya dan bersentuhan dengan tangan Kris. Tubuhnya secara alami di dorong ke luar dan bahkan Kris dapat merasakan dorongan dari bawah yang membuat tubuh Aie naik ke atas.
*
"Dasar bocah sialan! Kau membuatku khawatir!!" Gerutu Kris begitu mereka keluar dari hutan ChenYi.
"Aku bahkan tidak tahu kalau itu hutan arwah." Sungut Aie hampir menangis. Ia memegang erat lengan Kris karena masih takut.
"Kau membuatku seperti orang gila." Gerutu Kris lagi.
"Aku bahkan sudah hampir gila tadi." Protes Aie tak mau kalah.
"Gila saja sendiri, jangan bawa-bawa orang." Omel Kris lagi yang membuat Aie terdiam dan semakin mengeratkan belitan tangannya di lengan Kris.
"Masuk ke mobil. Jangan kemana-mana lagi." Perintah Kris dingin. Aie mengangguk dan berjalan ke sisi mobil yang tidak menghadap ke arah lokasi shooting.
Begitu Kris berbalik dari pandangannya yang mengarah ke Aie. Ia menatap heran kepada seluruh kru dan Hyuk Jae yang menatapnya tanpa berkedip. Sutradaranya apalagi sampai tidak menyadari kalau mulutnya terbuka.
"Kenapa?" tanya Kris bingung.
"Wa...wanita tadiㅡ" belum sempat Hyuk Jae mengucapkan kalimat terakhirnya, sutradara sudah menginterupsi. "Siapa wanita yang kau bawa dari hutan itu?"
Ow... ow...
Mau tak mau Kris hanya bisa tersenyum sedetik dan langsung berlari ke mobil sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. "Hyuk Jae!! Kau pulang naik taksi saja!!" teriaknya sebelum pergi meninggalkan area shooting.
"Krisss!!!! Krisss!!!"
***
Kris's POV
"Kris..."
"Kris.... psssttt..."
"Kris...."
Bisik Aie ditelingaku. Lagi. Dia membangunkanku ke sekian kalinya setelah aku melempar handphoneku karena alarm yang berisik dan telepon yang tak kunjung berhenti menerorku sejak tadi malam.
"Berisik!" Makiku.
"Kris, sudah pagi." Bisiknya lagi.
"Diam, Aie! Aku masih ingin tidur!!"
"Huh.. padahal tadi malam kau berlaku lembut padaku." sungutnya. "Ada 25 panggilan masuk dari Hyuk Jae. Kau tahu aku tidak bisa mengambilkannya untukmu apalagi mengangkatnya." Ingatnya.
Aku muak! Demi Tuhan! Rasanya aku benar-benar ingin menyingkirkan makhluk ini secepatnya!
Aie tidak bersuara lagi. Mungkin ia sudah menghilang, dan parahnya aku sudah tidak bisa memejamkan mataku lagi.
Dasar gadis sialan! Pembawa sial! Makiku sambil beranjak dari tidur dan mengambil handphoneku yang tergeletak di lantai.
Begitu aku menggapai handphoneku, panggilan ke sekian dari Hyuk Jae pun kembali muncul.
"Apa sih hyung?" Sahutku ogah-ogahan.
"Kris tadi malam kau membawa siapa di mobilmu? Wanita primitif dari hutan? Kau lihat semua warga di dunia maya membicarakanmu dan bahkan mereka mengira kalau itu adalah pacarmu! Kenapa kau membiarkanku sendirian dan bahkan kau baru saja mengangkat telponku?!" Cerocos Hyuk Jae di seberang sana yang membuatku ingin melemparkan handphonenya ke luar jendela.
"Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan." Jawabku enteng. Skak mat.
Aku yakin Hyuk Jae ingin sekali bisa bertelepati dan membunuhku saat ini juga.
"Kau hari ini harus mengadakan konferensi pers sebelum para perusahaan iklan menelponku dan memutuskan kontrak kerjasama kita." Suruh Hyuk Jae dalam satu tarikan napas.
"Oke. Siapkan saja. Nanti aku datang jam 3. Siapkan pengawal." Sahutku acuh tak acuh dan langsung mematikan telepon.
Aku ingin tidur lagi tapi makhluk sialan itu terus merongrongku.
"Keluar kau setan kecil! Kau benar-benar membuatku gila!" Teriakku geram sambil melemparkan handphoneku ke atas ranjang.
Aie muncul di hadapanku dengan wajah tertunduk. Cih? Ingin meminta belas kasihan padaku? Mimpi saja kau!
"Kau.benar.benar.membunuh.karirku." bisikku tepat di kupingnya.
"A...aku salah apa?" Tanyanya takut-takut. Aku bahkan dapat merasakannya tubuhnya gemetar begitu aku menaruh satu tanganku di bahunya.
"Ooohh. Jadi kau lupa ya Nyonya Aie? Kau datang di tempat shootingku dan membuat kekacauan, kemudian merusak perabotan rumah, dan terakhir kau membuat dirimu terlihat di antara para tukang gosip itu!!!" Teriakku sambil menatap manik mata Aie. Ia bergetar hebat tapi ia benar-benar tidak menangis saat kubentak. Haaah!
"Aku.tidak.sengaja." tekannya. Ia bahkan tak melepas kontak mata diantara kami. "Kau pikir aku sadar kalau aku bisa terlihat oleh mereka?" elaknya.
"Harusnya kau sadar kalau ada yang tidak beres denganmu!" Bentakku lagi.
"Aku sudah menyadarinya sebelum aku terjatuh! Kau pikir mudah berpikir di saat panik? Hah!!"
Aku menggiring Aie ke sudut tembok dan membiarkannya tersudut. Braakk!! Aku melampiaskan amarahku dengan meninju dinding di sebelahnya "Lebih baik kau cepat pergi dari hidupku!! Aku muak!!" Desisku tertahan.
Tak kusangka Aie tertawa, matanya merah menahan amarah, "oke sebelum aku pergi. Aku ingin bertanya satu hal. Kalau kau ingin aku pergi kenapa malam itu kau membiarkan dirimu sendiri menolongku?"
Deg.
Aku membeku.
Kenapa menolongnya...
Kenapa menolong...
Kenapa..
Kenapa.
*
Author's POV
Haaaaah. Rasanya Aie ingin membenturkan otaknya saja dan berharap bisa bertemu dan jatuh cinta dengan orang baik yang bisa melihatnya. Catat ya. Orang baik yang sudi membantunya tanpa pamrih.
Ia meragu.
Ia paham betul bagaimana perasaan ini menelusup perlahan dalam hatinya tadi malam.
Bagaimana bisa ia melihat wajah tampan Kris yang menolongnya dan ia terpesona untuk yang pertama kalinya.
Saat ia melirik Kris yang menarik lengannya waktu itu, Kris bermandikan keringat dan bau tanah bercampur kayu menguar dari tubuhnya. Tapi jantung Aie malah berdetak kencang untuk pertama kalinya dan ia tak pernah merasakan ini saat melihat Kris mondar mandir di depannya dengan hanya mengenakan handuk mandi atau tubuh harum akibat berendam di jacuzzi.
Ia bahkan terlihat menawan ketika menyuruh Aie masuk ke dalam mobil dan bahkan 2x lebih menawan saat ia mengkhawatirkan Aie sambil membawanya kabur ke rumah.
Apa aku mulai jatuh cinta? Renung Aie dalam diam.
Diliriknya tayangan televisi mulai berganti menjadi acara gosip yang menayangkan acara konferensi pers.
Mata Aie membulat kaget begitu melihat lelaki yang berkeliaran di pikirannya ini kini tengah memasuki ruangan dengan mengenakan tuxedo hitam dengan rambut yang disemir coklat berantakan.
Aie memalingkan wajah, "aku nggak akan terpesona dengan lelaki jahat itu." Cibirnya.
Tapi nyatanya tubuhnya berkhianat. Matanya melirik dan malah menikmati pemandangan yang terpampang di hadapannya sekarang.
"Walaupun aku menontonnya, Kris tidak akan tahu kan?" hibur Aie berusaha untuk tidak menjadi munafik karena hati dan perasaannya mengkhianati egonya.
Akhirnya Aie kembali menghadapi layar datar di hadapannya dengan waswas.
Apa kali ini Kris akan membuka identitasnya di Hadapan publik?
Kali ini Hyuk Jae managernya Kris yang berbicara. Aie menunggu dalam diam dan sibuk melihat Kris yang nampak jauh lebih tenang. Sesekali ia bercanda dengan beberapa wartawan di dekatnya.
Haaaaaah. Sudah lama ia tak melihat senyum itu hadir di bibirnya. Sudah lama Kris tak tersenyum untuknya sejak Aie selalu membuat kekacauan. Sekarang hanyalah terpampang wajah Kris yang tengah murka padanya.
Aie bergidik ngeri membayangkan Kris yang sudah berniat memukulnya.
Andai aku punya 9 nyawa mungkin aku akan memberikan satu nyawaku agar bisa melihat senyumnya itu. Batin Aie sedih.
"Semua orang tahu Anda sedang menggarap sebuah film bergenre action di sekitar hutan ChenYi yang terkenal angker itu. Bisakah Anda menjelaskannya bagaimana Anda bisa masuk ke hutan terlarang itu dan membawa seorang gadis?" tanya seorang wartawan wanita berambut coklat panjang.
Kris tersenyum sejenak, "Ya, awalnya saya tidak tahu kalau lokasi tempat saya shooting itu berbahaya, ketika saya mendengar teriakan minta tolong dari seorang gadis, saya langsung refleks berlari dan mencari asal suara."
"Tapi para kru film dan bahkan manager Anda tidak mendengar teriakan minta tolong itu."
"Ya, mungkin mereka sedang sibuk. Kebetulan aku sedang beristirahat dan tiba-tiba saja suara itu terdengar sangat jelas di telingaku."
Para wartawan pun terlihat mengangguk-angguk dan mencatat sesuatu di bukunya.
"Kau mengenal gadis itu?" kali ini giliran wartawan gendut yang bertanya.
Lama Kris terdiam, hingga akhirnya ia menatap tajam ke arah kamera, "tidak." Jawabnya.
Aie mencibir. "Dasar tukang tipu! Pembohong! Pandai sekali kau memutar balikkan keadaan dengan tatapan mengintimidasi kepada para wartawan itu seakan mereka bersalah Karena menanyaimu! Penipu ulung!" Maki Aie.
"Kalau tidak mengenalnya kenapa kau malah membawa gadis itu lari bersamamu dengan menggunakan mobil?"
"Kupikir ia sedang luka dalam karena ia terjatuh cukup dalam ke dalam sebuah lubang. Jadi kupikir aku harus menolongnya."
"Anda membawanya ke rumah sakit?"
Haaaahhh.. menyusahkan memang jadi artis. Menolong hantu saja sebegini susahnya. batin Aie geram.
"Tidak. Kebetulan sahabatku seorang dokter jadi ia sudah memeriksa dan mengatakan kepadaku kalau gadis itu baik-baik saja."
"Bisa Anda memberitahukan siapa nama dokter yang sudah menolong gadis itu?"
"Tidak."
"Kenaㅡ"
"Tolong jangan tanyakan kenapa karena itu saya menghargai profesinya sebagai seorang dokter. Ia hanya menolong seseorang jadi saya rasa masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan." papar Kris sebelum ia mengakhiri konferensinya.
Kemudian giliran Hyuk Jae yang menjawab beberapa pertanyaan dari para wartawan sementara Aie hanya bisa mengumpat pelan.
Ia ingin bertemu dengan Kris. Memeluknya dan menangis keras di depannya karena kesal, rindu sekaligus ingin berterima kasih karena sudah menolongnya.
*
Kris membuka pintu apartemennya di susul Hyuk Jae yang mengekor di belakangnya.
"Kris, aku inginㅡ"
"Bisa kita bahas nanti saja masalah kontrak? Aku ingin istirahat." Teriak Kris sambil membanting pintu apartemen keras.
Ia melepaskan tuxedo yang tadi ia pakai sepanjang konferensi dan membuangnya asal.
Ia menatap layar datar yang masih menayangkan isi percakapan konferensi persnya dengan awak media.
"Tch. Jadi setan kecil itu menontonnya." Tebak Kris.
"Ai...." panggilnya.
"Aie, muncullah. Aku sudah tidak marah denganmu." Dimatikannya layar datar itu dan berjalan menuju ke Kamar.
"kupikir aku salah Ai, aku tidak tahu bagaimana posisimu sekarang."
"Aie. Aku tahu kau belum pergi. Aku bahkan masih bisa mencium bau busukmu." Canda Kris. Ia mencium aroma lily berkeliaran di kamarnya. Itu bau Aie.
"Maaf." Sahut Kris lagi. Aie benar-benar membuat Kris bermonolog karena tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Yasudah kalau begitu aku tidur. Begitu aku bangun tidur aku tidak akan sudi mengantarkanmu ke hutan ChenYi." Ancam Kris yang langsung berbalik menuju tempat tidur.
Baru saja ia memutar tubuhnya,
Cup!
Lagi. Bibirnya kembali bersentuhan dengan benda kenyal yang kini berwarna kemerahan.
Itu bibir Aie!
Dan si pemilik bibir pun tak kalah kagetnya dengan Kris.
Baru saja ia ingin melepaskan bibirnya dari bibir Kris, lengan Kris sudah melingkari pinggangnya dan membuat tubuhnya semakin merapat.
Kris menutup matanya dan mulai mengecup bibir Aie perlahan.
Sekali dua kali entah siapa yang memulai di antara mereka bibir itu kini saling berpagutan, saling melumat satu sama lain bagai oksigen. Saling membutuhkan.
Aie merasakan sentuhan bibir Kris terasa panas membara. Ia merasakan darah seakan naik dan tersebar di bagian pipinya. Hangat dan menyenangkan! Sensasi apa ini?
Sementara Kris merasakan aura menenangkan saat bibir mereka saling menempel. Ia merindukan perasaan ini. Ia merindukan Aie.
"Kupikir... sudah seharusnya aku diantarkan ke hutan ChenYi sekarang." Kata Aie begitu mereka selesai berciuman. Napas mereka masih memburu, Kris bahkan masih belum melepaskan lengannya dari pinggang Aie.
Hah.. Aie membalas perasaanku ternyata, dan itu berarti ketika ia mencintaiku. Maka aku harus melepaskannya pergi.
Ia bahkan teringat saat ia yakin betul tak akan mencintai gadis yang berada di hadapannya ini. Ini gila! Bagaimana mungkin ia bisa mencintai sosok arwah yang bahkan tidak mempunyai raga!
Kris tersenyum dan mengacak rambut Aie perlahan, "Baiklah. Esok pagi kau akan kuantarkan ke sana."
***
Kris's POV
2 tahun kemudian.....
"Kris?"
"Hmmmm...." sahutku masih terkantuk-kantuk. Aku sangat lelaaah. Haaaah. Setelah pulang ke rumah pada saat subuh dan sekarang mama tetap bersikeras untuk menemuiku. Ralat. Untuk mempertemukan aku dengan gadis pilihan mama.
"Astagaaa!! Wanitamu bahkan sudah cantik di luar sana dan kau! Mandi saja belum!" Sungut mama padaku.
"Ma, aku baru tidur 3 jam loh." Sahutku ogah-ogahan. Mataku bahkan enggan untuk sekedar menatap wajah mamaku.
Ya. Hari ini semestinya adalah hari pertemuanku dengan gadis pilihan mamaㅡyang mungkinㅡ akan dijodohkan denganku.
Aku hanya mengangguk mengiyakan pertemuan itu dengan gadis yang bahkan sama sekali tak kukenal. Ia berasal dari Korea. Anak dari keluarga jauh Ayahku.
Yah, begitulah silsilahnya. Aku juga tidak mengerti.
Ngomong-ngomong soal perjodohan ini, bukan berarti aku tidak laku dan lantas menerima dengan ikhlas pilihan mama. Aku hanya masih memegang teguh pepatah, "cinta karena terbiasa" dan itu memang terbukti padaku dan Aie waktu itu, aku yakin pilihan mama pasti lebih baik.
Aie....
Cintaku yang terhalang oleh keadaan.
Tolong ingatkan aku kalau aku tidak sekejam orang lain dengan membuat Aie bertahan di sisiku selamanya sebagai arwah penasaran.
Nyatanya aku bahkan mengantarkan kepergiannya dengan besar hati ke hutan ChenYi.
Bahkan melihat dengan mata kepalaku sendiri saat ia menghilang di antara cahaya putih yang menyilaukan.
Mungkin sekarang Aie sudah bahagia di surga......
"Krisss... ya ampuuun cepatlah mandi nantiㅡ" suara mamaku terpotong begitu ia mendengar suara gadis yang memanggilnya.
"Mama ngapain di sini?" tanya seseorang yang kuyakini adalah calonku.
Mama? Gadis ini lancang juga berjalan sampai ke sini dan bahkan memanggil mamaku dengan panggilan yang sama!
"Aie. Tunggulah di luar. Aduuuh mama jadi malu. Anak mama susah banget bangunnya."
Suara mama kini hanya dengungan dalam telingaku sesaat setelah beliau menyebutkan nama gadis yang akan dijodohkan denganku.
Apa aku tidak salah dengar? Aie?
Kantukku mendadak hilang, berganti dengan rasa penasaran yang memuncak.
Aku bangkit dari tempat tidurku dan benar saja! Aku melihatnya! Itu Aie! Dengan wujud manusia!
"S-song Aie?" Tanyaku memastikan. Demi Tuhan aku bahkan merasakan tubuhku bergetar dan jantung ini berdetak amat keras.
Orang yang kupanggil-Aie- itu mengernyit heran sementara mamaku membatu begitu aku menyebut nama keramat yang tak pernah kuucapkan pada siapapun itu, "Loh, kau tahu namaku darimana?"
Jdeeerrrr...
****
Tamaaat!! Asik gantung. Wkwk
Yah pokoknya Aie itu cuma koma kok dan sekarang ia menjadi calon istri Kris yaaah yang berarti Kris harus bersikeras membuat Aie kembali mencintainya karena Aie melupakan kisahnya saat ia menjadi arwah penasaran.
Jangan tanyakan sekuelnya. Tidak ada. Bye xD