Selasa, 04 Desember 2012
Kamis, 29 November 2012
FF: CHANCE PART 2 (END)
Cast :
·
Cho Kyuhyun
·
Lee Donghae
·
Park Minnie
·
Other cast
Genre : romance , straight
Rating : PG-13
Length : multichapter
Hai’-‘)/ author ngebut bikinnya
sebelum UAS tiba. Daripada kepikiran ending nih ff yaudah langsung bikin
endingnya aja ya. Votingnya juga udah kok pada 10reader pertama^^ ok happy
reading ya ;)
***
100124,
15.30
Donghae’s
POV
Aku
membuka mulutku perlahan, menimbang-nimbang efek yang akan kudapatkan apabila
aku mengatakan ini. Kubiarkan Na Young menguasai dirinya sebentar, baru aku
akan angkat bicara. Setidaknya aku tidak harus menjadi seorang pengecut dalam
masalah ini.
Setelah
tangis Na Young sudah mulai mereda, aku menjauhkan tubuhnya perlahan dari
tubuhku dengan tanganku yang masih mencengkeram kedua lengannya. Kalau aku
tidak melakukan ini, bisa saja Na Young akan jatuh terduduk dengan kondisinya
yang terlihat payah ini, aku menatap mata Na Young lekat-lekat, “dengarkan aku Na Young-ahh..” aku menghela
napas panjang dan menghembuskannya perlahan melalui mulutku, “aku mohon, jangan
melakukan tindakan konyol itu, hidupmu masih panjang dan tak pantas berniat
mengakhiri hidupmu hanya karena seorang pengecut sepertiku.. kemana Na Young
yang dahulu? Yang selalu menomorsatukan harga diri dan reputasinya di kalangan
para petinggi perusahaan? Kenapa Na Young sekarang menjadi selemah ini? Na
Young, dengar.. kau akan mempermalukan reputasi keluargamu dengan tersebarnya
berita kematianmu hanya karena namja bodoh sepertiku? Apa kau tidak memikirkan
tentang nasib kedua orang tuamu yang sudah rela menghabiskan puluhan tahun
hidupnya hanya untuk mengurus dan mendidikmu sebagai anak yang sangat
dibanggakan? Mmm.. mungkin kau sudah cukup dewasa untuk mengerti ini semua Na
Young, mianhaeyo, aku tidak bisa kembali lagi menjadi namjachingumu, kalau kau
terus memaksaku menjadi namjachingumu, apa kau yakin akan bahagia? Aku hanya
tak ingin melakukannya secara terpaksa, untuk saat ini sekarang kau boleh
membenciku, memecatku dan menendangku dari kantormu, asalkan kau tidak
mengakhiri hidupmu hanya karenaku, cobalah jalani hidupmu yang baru. Cinta tak
selamanya harus memiliki bukan? Ingat janjiku untukmu Na Young, aku takkan
meninggalkanmu, aku siap menjadi sahabatmu, menghabiskan waktu untuk sekedar
mendengarkan curhatmu, aku takkan menolaknya. Dengar Na Young, suatu saat
nanti, kelak ketika ada seseorang namja yang jauh lebih baik dariku hadir di
hidupmu dan mengisi hatimu kau akan mengingat hari ini, menertawakan kekonyolan
niatmu hanya karena namja sepertiku....” ahh, sial, aku tak bisa berkata-kata.
Erangku.
Aku
melihat reaksi Na Young mendengar penjelasanku. Tak ada sepatah katapun yang
terucap dari bibirnya, hanya aliran airmata itu semakin deras mengucur di
pipinya, aku mengusap airmatanya dengan kedua ibu jariku, “uljimaa..kau gadis
yang kuat.. kajja, pulanglah.. aku akan mengantarkanmu...” ucapku. Aku tidak
tahu ucapanku semengerikan apa untuk di dengar di telinganya, aku benar-benar
tidak bisa berkata apa-apa lagi. Untuk saat ini aku merasa bangga tidak menjadi
seorang pengecut, aku hanya tinggal menunggu reaksi Na Young selanjutnya
setelah mendengar penjelasanku, kuharap dia bisa cukup dewasa untuk memahami
jalan pikiranku. Batinku sambil menggiring Na Young keluar apartemenku untuk ku
antarkan.
100124,
15.30 (at the same time)
Minnie’s
POV
Untuk saat ini aku
benar-benar merasa bingung harus berkata apa. Baru kali ini aku melihat seorang
namja menangis untukku, tapi.. ah.. aku benar-benar tidak bisa menerima
Kyuhyun. Untuk saat ini. Aku benar-benar bingung memahami keadaan perasaanku sendiri,
“aku...aku...Mianhaeyo Kyuhyun..aku tak bisa menjadi yeojachingumu lagi..” aku
menjawabnya takut-takut.
Kyuhyun
langsung melepaskan pelukannya dariku, mukanya terlihat sangat frustasi. Dia
mengguncang-guncangkan tubuhku, ahh lenganku terasa sangat sakit akibat
perlakuannya, “Minnie...Minnie-ahh... kenapa....”
“aku....hanya
tidak bisa Kyuhyun-ahh..aku sudah terlalu sakit hati.. tolong lepaskan aku
Kyuhyun-ahh... bukankah cinta tak harus selalu memiliki?” tubuhku bergetar saat
mengucapkannya.
“cinta
tak harus selalu memiliki? Cih. Persetan dengan kata itu Minnie-ahh.. hanya
orang munafik yang mengucapkannya. Itu hanya merupakan salah satu kebohongan
yang dilakukannya untuk menghibur dirinya sendiri. Semua orang yang mencinta
pasti ingin memiliki!” Kyuhyun meludah, “aku memang egois Minnie-ahh... tapi
aku takkan membiarkanmu lepas dariku.. ” ujarnya.
Tubuhku
menggigil ketakutan melihat perlakuannya terhadapku, kali ini Kyuhyun berusaha
menciumku lagi. Omoo, ini tidak benar.
“hmmpphh...hmpphhh...”
aku berusaha melepaskan bibirnya dari bibirku. PLAKK!! Lagi-lagi tamparan mulus
kembali mendarat di pipinya. Aku berusaha melepaskan diriku dan berlari cepat
menjauhinya. Kyuhyun mengejarku.
“Donghae...to...long..aku...”
ujarku lirih. Lidahku benar-benar kelu untuk sekedar berteriak meminta tolong.
Kyuhyun terus berlari mengejarku. Tuhan, aku sudah tidak mengenalinya lagi.
Aku
berlari tergopoh-gopoh masuk ke dalam kedai ramen di dekatku, aku benar-benar
sudah tidak kuat lagi untuk berlari.
“ahjussi...to..long..a...kuu...dia
menyakitiku” serbuku ke arah meja kasir. Kyuhyun langsung masuk ke dalam kedai
ramen dan berniat untuk menyeretku keluar. Melihat bercak-bercak darah di
bajuku bekas cengkeraman tangan Kyuhyun itu, anak-anak lelaki penjual ramen itu
langsung menyelamatkanku dengan mengusir Kyuhyun dari kedai mereka
“aku bersumpah akan mendapatkanmu
kembali Park Minnie-ahh!!” Kyuhyun berteriak saat anak penjual ramen itu
mengusirnya. Aku bergidik dibuatnya.
Akhirnya,
salah satu dari anak penjual ramen itu mengantarkanku ke rumah. Ahh, aku
benar-benar merasa takut untuk sekedar bertatap muka dengan Kyuhyun, tatapan
matanya waktu itu.. aku benar-benar sudah tidak mengenalinya lagi. Aku tak
melihat tatapan mata cokelatnya yang meneduhkan itu, dia berubah....
***
Seoul,
South Korea
100224,
05.45 am
Tuhan,
aku benar-benar merasa tersiksa akhir-akhir ini. Kyuhyun bertingkah layaknya
orang gila yang selalu mengganggu hidupku. Dia terus menghubungi ponselku
setiap hari, setiap menit, dalam waktu 3 hari saja panggilannya sudah mencapai
1000 panggilan lebih. Aku terlalu takut untuk sekedar mengangkat teleponnya.
Sejak
kejadian itu, memikirkannya saja sudah membuat tubuhku menggigil ketakutan. Dia
sudah kehilangan akal sehatnya. Aku benar-benar merasa di teror oleh Kyuhyun.
Aku juga sudah menceritakan hal ini dengan Donghae, dia sangat menyesal saat
itu karena tak berada satu tempat denganku. Aku tahu Donghae saat itu juga
sedang kacau menghadapi Na Young.
Sekarang,
Kyuhyun berhenti menerorku dengan menelponku terus menerus, dia...mengikutiku!
meskipun Kyuhyun hanya mengikutiku sejak aku keluar rumah dan saat aku pulang
kerja, tapi ini tentu saja cukup menggangguku. Aku tahu dia tak ingin mengusik
hidupku dengan muncul di hadapanku secara tiba-tiba. Dia juga menahan dirinya
untuk tak mengganggu waktuku dengan Donghae, dia hanya berada di belakangku,
mengintai semua aktivitasku,entahlah...mungkin...melindungiku...
Aku
melangkah masuk ke dalam bus itu dengan gontai, aku tak sadar ujung pintu bus
itu runcing dan saat rokku menggesek ujung pintu itu. Sebuah robekan panjang di
sepanjang pahaku pun terjadi.
“aiishhh..”
gerutuku. Aku enggan pulang ke rumah untuk mengganti rokku, bisa-bisa bus ini
meninggalkanku.
Aku
duduk di sudut bus itu dan mulai tenggelam dengan fantasiku lagi, seorang Park
Minnie sekarang benar-benar berubah menjadi wanita yang suka melamun. Tiba-tiba
ada seseorang yang duduk di sampingku dan menyenggol kakiku.
Aku
tersentak kaget dan refleks saja menengok ke arahnya. Cho Kyuhyun?? Untuk
beberapa detik aku hanya melongo melihat Kyuhyun yang nekat menampakkan batang
hidungnya di hadapanku, “wae?” tanyaku. Atmosfer canggung pun menyelimutiku dan
Kyuhyun.
Kyuhyun
hanya terdiam, dia tak mengucapkan sepatah katapun, dia hanya melepaskan jasnya
dan...meletakkannya di pahaku? Dia rela menampakkan dirinya hanya karena ingin
menutupi pahaku yang terbuka ini?
“pakai
ini sampai kau selesai kerja..”ucapnya dingin.
Aku
hanya mengangguk pelan saat dia mengucapkan kata itu, aku menunggu reaksinya
saat kembali memberanikan dirinya muncul di depanku. Entahlah... jantungku
kembali berdetak kencang. Aku bahkan tak dapat menafsirkan arti detakan
jantungku yang bertalu-talu ini saat berada di dekatnya. Apakah Park Minnie
kembali terpesona dengan Cho Kyuhyun? Ataukah... hanya kekhawatiran akan
perlakuan jahatnya saat itu kembali terulang?
Aku dan
Kyuhyun hanya berdiam diri di dalam bus, Kyuhyun tak mengatakan apa-apa lagi
sejak meminjamkan jasnya itu kepadaku. Aku benar-benar bingung... apa yang
harus kukatakan? Hingga sampai bus itu berhenti dan kami berpisah, aku hanya
mampu mengucapkan terima kasih kepadanya. Itupun Kyuhyun tak menjawab ucapanku,
dia langsung berbalik membelakangiku dan mengangkat tangan kanannya ke udara.
Menyiratkan kata ‘no problem’ dari gerakan tangannya. Aku benar-benar bingung
dibuatnya. Kyuhyun kembali ke sifat asalnya, namja angkuh itu.....
Gwangju
park, 08.00 pm
“Yakk!!
Yakk!! Oppa!!” aku berusaha merebut bola basket di tangan Donghae.
“yak!!
Seorang pemain basket tidak ada yang sebising kau!!” Donghae balas meneriakiku.
“aiishhh!!”
aku berniat menendang kaki Donghae namun dia berhasil menghindar. Ahh.. aku
sangat bahagia bersamanya, menghabiskan waktuku dengan Donghae benar-benar
membuatku merasa terbebas dengan segala hal yang membuat otakku stres.
Donghae
pulalah namja yang berusaha meredakan ketakutanku saat Kyuhyun mengejarku saat
itu, dialah namja pertama yang mau mendengarkan curhatku. Ahh...
Keringat mengalir deras di wajah
dan tubuhku malam ini. Donghae menggiring bola menjauhiku, dia mengambil air
mineral dan menyodorkannya padaku, “nih..minumlah.. tunggu disini, aku akan
membelikan es krim untukmu..”
Donghae
langsung berlari setelah menyerahkan botol minuman itu kepadaku, “gomawo”
ucapku sambil berjalan ke arah bangku taman, kakiku benar-benar terasa kebas.
Aku benar-benar merasa spesial
ketika sedang bersama dengan Donghae, merasa benar-benar diperlakukan
semestinya oleh seorang namja. Tidak seperti Kyuhyun saat masih bersamaku, dia
terkesan sangat cuek denganku, hanya untuk memberikan perhatian padaku saja.
Dia seperti harus melawan gengsinya habis-habisan, seperti ketika rokku robek
itu.... tapi, terlepas dari sifatnya yang angkuh dan cuek itu, entah kenapa
dulu aku begitu tergila-gila kepadanya. Ah, kalau saja dia bisa mencintaiku lebih
awal, mungkin sampai sekarang aku masih bertahan dengannya. Bukan harus
menerima kenyataan pahit itu, mencintai sendirian...
“ini,
makanlah” ucap Donghae seraya menyodorkan es krim untukku.
“yaa!
mashitaaa” aku langsung merebut es krim itu dari tangannya dan langsung
melahapnya sampai habis.
“yak!
Pelan-pelan.. mentang-mentang es krim ini berukuran kecil, kau sangat bernapsu
untuk memakannya dalam satu suapan...” Donghae mencubit pipiku pelan.
“yak
oppa!!” aku mendengus kesal, gara-gara dia es krim ini jadi menempel di sudut
bibirku. Donghae menatap mataku lekat-lekat. Ya, matanya terlihat sangat indah
saat cahaya bulan terpantul di matanya.
Donghae
hanya tertawa kecil melihatku, dia langsung menyapu es krim di sudut bibirku
dengan ibu jarinya. Ahh sungguh memalukan, rona wajahku mungkin sudah berubah
menjadi berwarna merah muda, kalau saja ini tidak malam, mungkin Donghae sudah
melihatnya dan langsung menertawaiku habis-habisan.
“hmm..
kau tahu, hari ini Na Young mengirimkanku sebuah surat...”.
Mataku
langsung membulat saat mendengar nama Na Young, “surat pemutusan hubungan
kerja?”
PLETAKK!!
“babo, bukan.. dia tidak jadi memecatku. Haha..” Donghae mendaratkan jitakan
ringan di kepalaku.
“Appeo!!”
aku langsung meringis menahan sakit, “lalu?”
“hm,
dia mengirimiku surat, isi permintaan maafnya, ucapan terima kasihnya karena
aku sudah menyadarkannya sehingga dia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri,
dan... dia mengabariku kalau dia sekarang sudah berada di Tokyo, melanjutkan
kuliahnya yang sempat tertunda.... dan mungkin... belajar melupakanku...”
Donghae menceritakannya dengan mimik wajah yang terkesan sangat sedih.
Tiba-tiba dia bangkit dari sampingku dengan langsung mencengkeram kedua
tanganku hingga membuatku kaget, “Minnie-ahh..kau tau, aku diundang untuk
meramaikan perayaan di kantormu dengan menyumbangkan beberapa buah lagu!! Aish,
aku berani bertaruh momen ini sangat langka, kau akan mengalami kerugian yang
cukup besar apabila melewatkan malam itu..” Donghae langsung menatapku dengan
pandangan matanya yang berbinar-binar.
“yak!!
Donghae-ahh!!” aku langsung bangkit dari hadapannya sambil berkacak pinggang,
“aku benar-benar tidak mengerti dengan kelakuanmu Donghae-ahh~ pertama, kau
baru saja menceritakan masalah Na Young yang terdengar sangat menyedihkan
untukmu, tapi sedetik kemudian, kau malah berteriak-teriak di depanku kalau kau
akan tampil di acara kantorku.. sebenarnya kau itu sedang bersedih apa bahagia?”
aku benar-benar merasa frustasi dibuatnya.
Donghae
terkekeh, “dua-duanya. Di satu sisi, aku bersedih karena Na Young mengucapkan
kata perpisahan untukku, padahal aku berharap aku masih bisa menjadi
sahabatnya. Tapi di sisi lain, aku merasa bahagia karena dia berniat untuk
meneruskan hidupnya, bahkan meneruskan kuliahnya dan... aku juga merasa sangat
senang karena aku baru pertama kali di undang ke perayaan kantormu bukan
sebagai undangan saja, tapi juga sebagai penghibur...”
Aku
mendesah pelan saat mendengar penjelasannya kepadaku, benar-benar tipikal orang
yang aneh. Menurutku.
“Ada-ada
saja... mungkin aku akan datang ke perayaan kantorku sambil membawa penutup
kuping dan penutup mata, supaya tak bisa mendengar teriakan dan tak bisa
melihatmu di atas panggung” kataku berusaha menggodanya.
“aisshh...
awas kau Park Minnie!!”
***
100224, 05.00
pm
Hft,hari ini memang sungguh
melelahkan bagiku. Aku harus membantu mendekor beberapa ruangan karena
keterlambatan para pekerja suruhan itu untuk perayaan di kantornya hari ini. Aku
menyeka keringat di dahiku.
Kenapa sampai sekarang tak ada
bus yang lewat? Batinku. Aku terus mengamati jalan dan berharap ada bus yang
lewat di depanku. Seperti biasa, aku
menunggu di halte bus yang berada tak jauh dari perusahaan Kyuhyun. Ya! Babo!
Kenapa kau malah mengingat namja itu. Aku merutuki diriku sendiri.
“ah, aku tak membawa cukup uang
untuk membayar taksi..” keluhku sambil terus menatap ke jalan.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah
berhenti di depanku, pemilik mobil itu membuka kaca mobilnya, mengisyaratkanku
untuk masuk.
“Kyuhyun..” desisku. Aku melirik
jam tanganku, ini sudah sangat sore dan apabila aku menolak tawaran Kyuhyun,
tentu akan lama sekali untuk bisa sampai ke rumah. Ahh sudahlah masuk saja, akhirnya
tanpa pikir panjang aku pun langsung masuk ke dalam mobil Kyuhyun.
“ah.. gomawoyo....” kataku
tersenyum kikuk ke arahnya.
Bingo! Tak ada sambutan yang
kuharapkan bakal keluar dari mulutnya. Kyuhyun hanya diam membisu, melajukan
mobilnya menuju arah rumahku.
Hening. Tak ada sepatah kata yang
terucap dari mulutku maupun Kyuhyun. Aish, aku benar-benar tidak tahan lagi.
Sampai kapan namja ini terus mendiamkanku? Akhirnya aku pun memberanikan diri
membuka mulut mungilku, “ehm... Kyuhyun-ahh.. bagaimana kabarmu?” tanyaku.
Aishh.. kenapa terdengar sangat aneh di telingaku?
Kyuhyun tetap saja tak
menghiraukan ucapanku, dia malah membelokkan setirnya menjauhi rumahku.
“ya! Kyuhyun-ahh.. kau mau
membawaku kemana??” aku mulai berteriak panik. Apa yang akan Kyuhyun lakukan
terhadapku? Dia... ingin membawaku kemana? Aku mulai terhanyut dengan
pikiran-pikiran burukku terhadapnya. Apa aku harus nekat membuka pintu mobil
Kyuhyun? Tanganku mulai berkeringat mencengkeram erat tangkai pintu mobil
Kyuhyun. Yak! Minnie, Jangan berpikiran konyol...
Kyuhyun tetap saja berdiam diri,
sampai pada akhirnya dia memarkirkan mobilnya di depan butik La Sora. Sebuah
butik yang cukup terkenal di Seoul.
“aku tau kau tak akan punya baju
pesta yang bagus. Makanya aku membawamu ke sini..” pada akhirnya Kyuhyun
langsung membukakan pintu mobilnya untukku.
“shireo...” tolakku. Aish,
Kyuhyun-ah. Aku tidak punya uang untuk membeli baju mahal di butik ini. Batinku.
“aku yang akan membayar semuanya.
Kau.. berbelanjalah sepuasmu...” Kyuhyun langsung membalas penolakanku itu
seperti membaca pikiranku. Aku tetap tak bergeming di tempatku. Berbelanja? Mendengarnya
saja aku sudah merasa mual. Aku sangat jarang berbelanja. Biasanya ibuku yang
selalu mengirimiku baju-baju baru untuk kupakai.
“Park Minnie...kita tidak akan
datang ke pesta sampai aku berhasil menemukan baju yang cocok untukmu..”
Kyuhyun langsung menarik tanganku. Aku hanya mengikutinya dengan langkah
terseret-seret. Datang ke pesta dengannya? Maksudnya apa?
Kyuhyun langsung membawaku ke
dalam butik, “tolong carikan baju yang bagus untuk yeoja ini” Kyuhyun langsung
menyodorkanku pada seorang yeoja yang sepertinya tak berbeda jauh denganku.
Minnie’s
Office
08.00 pm
Aku
melangkahkan kakiku perlahan masuk ke dalam kantorku dengan Kyuhyun berada tak
jauh dari tubuhku. Lebih tepatnya, dia berada di sampingku.
Sampai
sekarang aku bahkan tak bisa menebak jalan pikirannya, Kyuhyun hanya terdiam
sepanjang perjalanan yang dihabiskannya bersamaku. Selama tiga jam itu dia
menghabiskan waktu untuk membawaku ke butik dan ke salon. Ayolah. Ini hanya
perayaan biasa di kantorku. Kenapa Kyuhyun memperlakukanku dengan begitu
manisnya. Aku menelan ludah. Mataku sibuk mencari-cari Donghae.
Ya,
seandainya saja yang menemaniku ke butik hari ini adalah Donghae, entahlah..
aku selalu saja merasa frustasi setiap berhadapan dengan Kyuhyun. Hanya
Donghae, namja yang bisa menenangkan hati dan perasaanku. Bukankah Donghae hari
ini merangkap sebagai undangan dan penghibur di kantorku?
Aku
berjalan perlahan, menjauhi Kyuhyun. Aku hanya tak ingin Donghae melihatku
sedang bersama Kyuhyun dan dia memikirkan hal yang tidak-tidak. Mataku menatap
sosok namja yang sedang bernyanyi di atas panggung. Itu dia! Aku melihat
Donghae sedang bernyanyi dengan merdunya. Suaranya yang manis itu...
Aku
mendengarkan suara Donghae yang merdu itu..matanya tak pernah lepas dari
mataku, aku tahu Donghae sedang melihat ke arahku. Aku tak pernah berhenti
tersenyum kepadanya. Tiba-tiba aku merasakan kepalaku berputar hebat dan
semuanya berubah menjadi gelap.
GREP!!
Sebuah lengan menangkapku dan mengangkat tubuhku. Setelah itu...aku tak bisa
mengingat apa-apa lagi.
Author’s
POV
Kedua bola mata Minnie
tak pernah lepas melihat pertunjukan Donghae, dia benar-benar menikmati lagu
yang dinyanyikan Donghae dan tak menyadari ada sepasang mata yang senantiasa
mengamati gerak-geriknya.
Minnie
tak sadar bahwa Kyuhyun terus melihat ke arahnya dengan tatapan matanya yang
sangat menyedihkan, menatap Minnie yang sama sekali tak pernah melihat ke
arahnya.
Kyuhyun
melihat perubahan wajah Minnie yang berubah menjadi pucat. Dia mulai mendekati
Minnie, tiba-tiba saja Minnie jatuh pingsan, refleks saja tangan Kyuhyun
menangkap kedua lengan Minnie, tangannya mengangkat tubuh Minnie.
Membawanya
menuju ke ruang kerja yang tidak di pakai dalam pesta ini. Rekan-rekan kerja
Minnie ingin membantu Kyuhyun menyadarkan Minnie, namun Kyuhyun menghentikan
niat mereka.
Sebelum
Minnie sadar, usai bernyanyi, Donghae langsung berlari menyusul Minnie dan
Kyuhyun yang berada disana.
Matanya
menatap tajam ke arah Kyuhyun yang daritadi diam membatu dengan kedua tangan
yang dilipat di dadanya sambil melihat ke arah Minnie yang masih terbaring
pingsan, “ehhmmm” Donghae berdehem pelan mencoba memecahkan keheningan di sini.
Kyuhyun menoleh ke arahnya.
“engghh..gamsahamnida....”
Donghae melanjutkan, “sudah menyelamatkan gadis....ini ” dengan susah payah dia
mengganti kata ‘ku’ dengan mengucapkan kata ‘ini’ mengingat Minnie belum sah
menjadi miliknya.
“ne,dia
yeoja yang sangat kucintai... tentu saja aku akan selalu menjaganya...” jawab
Kyuhyun datar.
“ah,
ne.. arasseo Kyuhyun-ssi.. ” kata Donghae, dia sudah dapat menebak siapa namja
yang ada di hadapannya ini hanya dengan mendengar ucapan namja yang satu itu.
Kyuhyun
langsung berdiri dan berjalan ke arah Donghae, “ahh... mungkin aku yang
membuatnya pingsan, sepertinya dia melupakan jam makannya saat pergi ke salon
denganku” kata Kyuhyun. “kau? Namja yang selama ini menjaga Minnie.. aku harap
kau bisa menjaganya dengan baik. Mungkin minggu adalah hari terakhirku bisa
menjaganya...”
Donghae
membelalakkan matanya saat mendengar ucapan Kyuhyun, “maksudmu?”
Kyuhyun
terdiam sesaat, dia menarik napas dan menghembuskannya perlahan, “waktuku sudah
tidak lama lagi di sini, sekarang, berjanjilah kau akan menjaga Minnie, baik
suka maupun duka, jika kau berani menyia-nyiakan kepercayaan yang kuberikan..
aku tidak akan segan-segan membunuhmu..” bisik Kyuhyun tepat di telinga
Donghae, dia menepuk-nepuk bahu Donghae dan berniat meninggalkan tempat Minnie
sedang istirahat.
“tu..tunggu
dulu...” cegah Donghae, “bisakah kau menjelaskan maksudmu?”
Minnie’s
POV
Aku
terbangun saat cahaya lampu mulai menusuk mataku. Aku memicingkan mataku
berusaha beradaptasi dengan intensitas cahaya yang masuk ke dalam retina
mataku.
GREP!!
Ada sepasang tangan yang menyentuh kulit lenganku yang berakhir dengan
menggenggam tanganku.
“Minnie-ahh..
kau sudah bangun?” tanya Donghae.
“ahh..
iya..” aku menyipitkan mataku sekali lagi, merasakan pusing yang masih mendera
otakku. Donghae membantu mendudukkanku.
“kau
pasti melewatkan jam makanmu kan?”
Aku
mengangguk lemah masih berusaha menguasai diriku.
“makanlah
ini... setelah kesehatanmu membaik, aku akan membuat suatu kejutan untukmu”
Donghae menyodorkan sebungkus roti dan air mineral untukku. Dia menungguku
memakan roti pemberiannya sampai habis.
“baju
yang bagus...” ujarnya jujur.
“ah...ne....”
aku melirik dress biru safir yang kupakai, pemberian dari Kyuhyun. Bisikku
dalam hati.
Setelah
roti pemberiannya habis, aku mulai membuka mulutku lagi, “seingatku, kau masih
berada di panggung saat aku jatuh pingsan. Lalu, siapa yang menyelamatkanku?”
Donghae
menatapku dengan penuh penyesalan,“ne, Kyuhyun yang menyelamatkanmu, tapi dia
sudah pamit pulang kepadaku saat aku datang kesini melihat keadaanmu,
seandainya saja dia tak berada di dekatmu, mungkin kau akan jatuh ke lantai.
Aku takkan mungkin menyelamatkanmu mengingat jarak kita cukup jauh...” dia
melanjutkan, “aku merasa gagal sebagai namja yang ingin melindungimu, kau tahu,
aku bahkan selalu tak ada saat kau membutuhkanku. Saat Kyuhyun mengejarmu, saat
kau pingsan hari ini. Aku selalu berada dalam keadaan yang tak memungkinkan
untuk bisa ada di dekatmu.. aku tahu, keberuntungan memang selalu tak berpihak
padaku..”
Aku
menatap Donghae dan menautkan jari-jari kami, “kau tahu, aku tak pernah
mengharapkanmu untuk selalu menjadi dewa penolongmu. Terlepas dari ada atau
tidaknya kesempatan yang brpihak padamu, bukankah itu semua sudah di gariskan
oleh Tuhan? Kau hanya perlu menikmati hidupmu, jangan selalu menyesali
hidupmu... itu takkan merubah keadaan..” terangku.
Donghae
langsung tersenyum lebar mendengar penjelasanku, “ya! Yeoja pintar! Apa kau
sudah mendingan? Aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu...”
“MWOO??”
belum sempat aku menjawabnya, Donghae sudah menyeretku, membawaku ke atas
panggung, mendudukkanku di sebuah kursi.
“aku
sudah menyiapkan ini semua..” bisik Donghae sambil mengedipkan sebelah matanya
kepadaku.
Donghae
mengambil sebuah topi yang dilemparkan seseorang untuknya, dia mengenakan topi
itu dan mulai menggerakkan badannya.
You are completely beautiful
I just can’t live without you, girl
You are completely beautiful
I just can’t be without you, girl
I think of what we were like when I first met you
Your bashful smile, your shy words, your cold hands
I thought of you every day
I couldn’t do anything (almost going crazy)
Unable to turn my gaze away
Like a fool, I could only lose myself in you
I want to walk together with you for a lifetime
I will protect you, I love you, oh love
Cause you are so beautiful
Let me gasp against your lips, to say this phrase, “I love you”
I just can’t live without you, girl
You are completely beautiful
I just can’t be without you, girl
I think of what we were like when I first met you
Your bashful smile, your shy words, your cold hands
I thought of you every day
I couldn’t do anything (almost going crazy)
Unable to turn my gaze away
Like a fool, I could only lose myself in you
I want to walk together with you for a lifetime
I will protect you, I love you, oh love
Cause you are so beautiful
Let me gasp against your lips, to say this phrase, “I love you”
Donghae menyanyikan sebuah lagu untukku,
tangannya meraih tanganku dan kemudian mengeluarkan sebuah bunga mawar dan
menyodorkannya padaku.
“Minnie-ah...
kalau kau menyukaiku dan ingin aku menjaadi namjachingumu, terimalah bunga
mawar ini.. kalau kau tidak ingin menerimanya, berarti kau menolakku..” kata
Donghae yang di sambut dengan sorakan dari para penonton.
Aku
benar-benar malu dibuatnya, yak Lee Donghae! Kau benar-benar....
“ehmm..”
tanganku bergerak perlahan menyambut bunga mawar pemberian Donghae...
“YAA!!
CHUKKAE!!” seluruh undangan langsung memberiku dan Donghae ucapan selamat.
“gomawoyo...tuan
putri” kata Donghae sembari berlutut di hadapanku dan mencium punggung
tanganku..
Aishh...
***
100228, 10.00 AM
GwangJu Park
Aku
menunggu Donghae pagi ini di taman, biasanya setiap hari minggu, Donghae sudah
mengajakku bermain basket. Namun sampai sekarang, Donghae belum menampakkan
batang hidungnya.
Tiba-tiba
seseorang menyentuh bahuku, “yak! Lee Donghae.. seenaknya saja kau....” aku
menghentikan ucapanku saat menyaksikan sosok namja yang berada di hadapanku
sekarang.
“mian, aku
meminta Donghae untuk tak menemuimu hari ini, aku ingin berbicara denganmu”
kata Kyuhyun.
Aku hanya
terdiam mendengar ucapannya, sejak kapan? Sejak kapan dia kenal dengan Donghae
dan sejak kapan Donghae mau menuruti keinginan namja ini?
Kyuhyun duduk
di sampingku, aku melirik benda yang dibawanya, sebuah album foto?
“ah... aku
hanya ingin memberikan ini untukmu...” Kyuhyun menyodorkan sebuah album foto
untukku.
“iniapa?” tanyaku
bingung.
“bukalah...”
katanya sambil tersenyum simpul.
Aku membuka
halaman pertama dari album foto itu... fotoku? Aku memperhatikan berbagai
ekspresi yang terpancar dari wajahku. Tak terasa airmataku menetes. Aku bahkan
tak mengerti untuk apa airmataku menetes?? Dadaku terasa sesak saat membolak
balik album foto itu. Kyuhyun merekam semuanya dengan baik.
“Minnie-ahh...
mungkin hari ini adalah hari terakhir kita bertemu.. aku meminta orangtuaku
untuk bisa memindahkanku ke perusahaan appa yang lain. Aku akan mengelola
perusahaan appaku di Jepang Minnie-ahh... besok aku sudah harus ada di Jepang. aku...
aku harap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti.. ” suara Kyuhyun terdengar
parau saat mengucapkan kalimat itu.
“ke...kenapa??”
tanyaku disela isak tangisku
“a..ani.. aku
hanya ingin menjadi pribadi yang lebih baik disana..mungkin..menemukan cintaku
yang baru.. Minnie-ahh.. aku tahu, keadaanku di sini hanya membuatmu tersiksa”
ujarnya, dia menunjuk beberapa ekspresi wajahku yang tergambar dalam album foto
itu. Aku memperhatikan foto-fotoku dengan seksama. Foto-foto itu ditempel
sesuai tanggal yang tertera di album itu... aku melihat semakin banyak halaman
foto yang kubalik, senyumku semakin mengembang, tergambar jelas dalam hamparan
kertas foto itu.
“lihat Minnie
ah.. kau sangat bahagia saat bersama dia..” Kyuhyun menunjuk sebuah foto. Fotoku
yang terlihat seperti berteriak saat Donghae merebut bola basketku. Aku baru
tersadar. Kyuhyun mengikutiku hanya untuk menangkap semua aktivitas dan mimik
wajahku.
“Minnie-ah..aku
rasa dia memang namja yang cocok untukmu, chukkae... aku kira aku akan mencoba
melepaskanmu..” lagi-lagi aku merasakan getaran suara Kyuhyun saat mengucapkan
itu padaku, “aku sudah berbicara banyak dengannya, saat kau terjatuh pingsan
itu.. aku percaya kau akan bahagia bersamanya.. simpanlah album foto itu dan
berjanjilah senyum itu takkan pernah pudar dari bibirmu” lagi-lagi Kyuhyun
menunjuk fotoku, fotoku yang diambil kemarin malam, malam saat Donghae
menyatakan cinta kepadaku. Aku tak menyadari kehadiran Kyuhyun malam itu.
“Minnie-ah..bolehkah
aku memelukmu untuk terakhir kalinya?” pinta Kyuhyun.
“ne...”
jawabku parau. Aku benar-benar tak percaya apa yang sudah Kyuhyun lakukan
untukku. Dia memelukku erat. Sebuah pelukan perpisahan, sebuah pelukan yang
begitu menyesakkan rongga dadaku. Membuat
airmataku mengucur dengan derasnya. Entahlah.. aku bahkan tak bisa menafsirkan
rasa yang tertinggal dari hatiku untuk Kyuhyun. Tapi, aku sudah memilih masa
depanku Lee Donghae, orang yang selalu membuatku tersenyum, orang yang
membuatku bahagia. Selamat tinggal Kyuhyun-ah... selamat tinggal masa
laluku.........
THE END
***
Hai. Author datang, jelek ya endingnya? Udah ya. Jadi
sedih nih T.T
Selasa, 27 November 2012
FF : Chance part 1
Cast :
·
Cho Kyuhyun
·
Lee Donghae
·
Park Minnie
·
Other cast
Genre : romance , straight
Rating : PG-13
Hai, akhirnya aku kembali‘-‘)/
ini ff keduaku. Masih sangat awam lah dari dunia per ff an. Semoga lebih baik
dari ff pertama yang berantakan itu ya-_,- jangan lupa kritik dan sarannya ya ‘-‘
***
Minnie’s
POV
Aku
berlari melawan sinar matahari yang mulai menyinari kota dan membuatku
kesulitan melirik jam tanganku, “aiishhh, sebentar lagi aku akan ketinggalan
bus” gerutuku. Aku berlari semakin kencang menuju ke halte bus. Ya aku tinggal
sendirian di apartemenku sehingga tak ada yang membangunkanku di pagi hari.
Orang tuaku sedang bekerja di luar kota, aku tak bisa ikut pindah bersama
mereka mengingat aku sudah bekerja di sini.
“hahh
hahh hahh...” aku berhenti sejenak untuk mengatur nafasku yang sudah tak
beraturan itu. Ku lirik seseorang yang berdiri tak jauh denganku sedang
memperhatikanku. Tubuhnya bersandar pada pagar sebuah rumah yang bisa dibilang
cukup mewah.
Ya, dia
adalah namja yang setiap hari selama seminggu ini mencuri senyuman pertamaku di
pagi hari, namja dengan postur tubuh tegap, badan yang cukup tinggi dan
memiliki bibir tipis itu terus memandang ke arahku sambil tersenyum.
Aku membalas
senyumannya, senyuman pertama yang selalu kusiapkan untuk namjachinguku kembali
di rebut olehnya. Senyuman itu selalu menghiasi wajahnya pagi hari selama
seminggu terakhir ini. Nuguya? Aku bahkan tak tahu namanya.
Aku
terus berlari dan pada akhirnya berhasil menyusul bus pagi ini,
“hah..hah..hampir..hah..saja terlambat” aku kembali mengatur nafasku sambil
duduk di kursi bus, aku harus mengantarkan sarapan pagiku kepada namjachinguku.
Aku memang terbiasa membuatkan bekal setiap pagi untuknya.
Semilir
angin mulai bermain-main dengan rambutku, pikiranku melayang. Ahh namja yang
akhir-akhir selalu memberikan senyuman manisnya untukku mulai mengganggu
pikiranku. Aku tersenyum mengingat senyumnya yang menghiasi pagiku. Aku mulai
membandingkan namja itu dengan namjachinguku sendiri, Cho Kyuhyun..
Ya....Bahkan, Kyuhyun tak pernah menjadi orang pertama yang memberikan
senyumannya kepadaku, namja yang sudah
lama hadir dalam hidupku memang sangat cuek denganku. Bahkan terkadang
omongannya terdengar cukup pedas di telingaku, ahh.. aku hanya bisa membalasnya
dengan tersenyum, aku tahu Kyuhyun tak bermaksud untuk melukai hatiku.
Aku dan
Kyuhyun sudah hampir 2 tahun berpacaran, meskipun kami masih belum lama
menjalin kasih, namun aku sudah lama menyimpan perasaan dengan Kyuhyun, aku dan
dia memang kuliah di tempat yang sama, Kyuhyun dan aku sangat berbeda jauh, tak
banyak orang yang mengenalku. Sedangkan Kyuhyun adalah namja yang cukup populer
di kampusku. Tak sedikit yeoja yang mengidolakannya, termasuk aku.
Ya,
menjadi yeojachingu seorang calon penerus perusahaan Cho merupakan hal yang
cukup mengagetkan dalam hidupku, bagaimana bisa seorang Cho Kyuhyun mendekatiku
dan menyatakan perasaannya kepadaku, setahuku dia sempat berpacaran dengan
model yang cukup terkenal. Bagaimana bisa dia memilih yeoja biasa-biasa saja
sepertiku? Berbagai pertanyaan itu kadang menggelitik pikiranku, aku tak berani
menanyakan itu kepada Kyuhyun. Biarlah itu menjadi misteri terbesar dalam
hidupku.
Tak
terasa bus sudah sampai di tempat pemberhentiannya yang tak jauh dengan kantor
Kyuhyun, aku turun dari bus dan berjalan masuk ke dalam kantor Kyuhyun.
“annyeonghaseyo,
ada yang bisa kubantu?” sapa resepsionis.
“annyeonghaseyo,
emm.. bisakah kau memberikan sarapan ini kepada Tuan Cho Kyuhyun?” aku
tersenyum sambil menyodorkan kotak makanan kepadanya. Aku tahu Kyuhyun belum
datang ke kantor. Dia terbiasa bangun kesiangan sehingga selalu melewatkan
sarapan paginya.
“ne”
resepsionis itu mengangguk, bukan tatapan ramah yang biasa kudapatkan dari
seorang resepsionis di kantorku, melainkan tatapan membunuh yang siap siaga
menyerangku jika kekesalannya sudah memuncak. Aku tahu tak sedikit para pegawai
wanita yang membenci dan berpura-pura baik terhadapku hanya karena aku telah
merebut namja yang sudah mereka idolakan semenjak Kyuhyun mulai bekerja di
sini.
“ahh
kamsahamnida” kataku sambil tersenyum getir dan berbalik menuju pintu keluar,
kantorku dan kantornya bisa dibilang cukup dekat, aku tak memerlukan waktu lama
berjalan menuju kantorku.
Kyuhyun’s
POV
Aku berjalan gontai berjalan
masuk ke dalam kantorku. Cih, kalau bukan karena ada meeting pagi ini, aku
bahkan takkan sudi menginjakkan kakiku di kantor sepagi ini.
“selamat pagi, Tuan muda Cho”
sapa seorang resepsionis yang datang menghampiriku, resepsionis itu tersenyum
kepadaku dan membungkukkan badannya. Aku membalasnya dengan membungkukkan
sedikit badanku. Ahh.. seorang Cho Kyuhyun memang terkenal dengan
keangkuhannya, bukan?
Resepsionis itu menatapku
malu-malu, yeoja mana yang tak terpesona dengan ketampanan calon pemimpin
perusahaan Cho? Aku membalas senyumnya sambil memamerkan senyuman khasku yang
cukup membuatnya lupa akan segala hal selama beberapa menit.
“m...mianhaeyo..tuan...baru saja
yeojachingu tuan datang kesini dan memberikan ini...” resepsionis itu
menyodorkan kepadaku sebuah kotak bekal berukuran sedang. Aku menelan ludah.
Gadis norak itu...
“ah, buang sajalah isinya dan
katakan saja padanya kalau aku menikmati bekal darinya...” aku mendorong kotak
bekal yang disodorkan padaku dan langsung berjalan melewati resepsionis itu.
Sudah kupastikan resepsionis itu
takkan mencelaku atau menceritakan hal-hal yang buruk tentangku kepada
teman-temannya, melainkan sebuah pujian yang kudapatkan, para pegawai wanita di
kantorku memang sudah dibutakan dengan pesona wajah tampanku. Ya, mereka takkan
bisa lagi membedakan hal yang baik dan buruk dalam diriku, terlena dengan
senyuman yang kuberikan Cuma-Cuma kepadanya yang pada akhirnya membuatnya
melupakan bagaimana caranya bernapas.
Aku tersenyum bangga sambil
merapikan jasku. Sebenarnya mereka sudah lama mengetahui bahwa aku sangat
jarang sekali menerima sarapan pemberian dari Minnie. Mereka melakukan itu
hanya sekedar untuk berbasa-basi agar bisa bertatap muka dan berbicara langsung
denganku.
Aku menyusuri lorong yang
membawaku ke arah ruanganku berada, tiba-tiba bayangan Minnie, gadis polos dan
baik hati itu berkelebat dalam pikiranku. Aku memang selalu menolak sarapan
pemberiannya setiap pagi, bukan karena masakannya yang tidak enak, aku hanya
memikirkan bagaimana cara Minnie membuatkan bekal untukku dengan penuh cinta,
bukankah itu terdengar sangat menjijikkan?
Gadis itu, orang yang selalu
menemani dan memperhatikan segala hal kecil tentangku selama hampir 2 tahun ini
memang kadang sedikit menggangguku dengan kebiasaan kampungannya, mengantarkan
bekal setiap pagi untukku dan berharap aku memakan pemberiannya dengan lahap
kemudian mengatakan ‘makananmu enak sekali, aku sangat menyukainya. saranghae’.
Ahh, aku bergidik geli. Aku bahkan sama sekali tak tertarik dengannya, gadis
culun itu hanya sebagai tameng dalam hidupku selama aku bekerja. Gadis itu yang
membuat para pegawai wanitaku menahan
rasa keinginan mereka yang kian membara untuk mengambil hatiku, Gadis itu yang
membuatku merasa tenang di rumah tanpa terus di berondong dengan pertanyaan
ibuku yang selalu menanyakanku kapan aku akan menikah dengan wanita pilihannya,
gadis itu pula yang kujadikan pelampiasan kekesalan dan kekecewaanku terhadap
mantan kekasihku Ryena, seorang model cantik dengan postur tubuh tinggi semampai
dan lekuk tubuh indah yang pergi meninggalkanku tanpa alasan yang jelas.
Ryena membiarkanku terpuruk
sendirian menanti kedatangannya. Tiga bulan setelah penantianku terhadapnya,
dia datang menghadapku dengan senyum mengembang dari wajahnya. Kupikir dia
datang dan memintaku untuk kembali ke pelukannya,nyatanya dia malah memintaku
secara pribadi datang ke pernikahannya. Aku merasa tak ada harganya saat itu
juga, jadi penantianku selama ini tak membuahkan hasil, seenaknya saja dia
berhubungan gelap dengan mantan kekasihnya dan pada akhirnya memutuskan untuk
menikah dengannya. Ya, sejak saat itu aku bersumpah takkan pernah mencintai
yeoja manapun di dunia ini, bahkan mungkin istriku sendiri. Sejak saat itu pula
aku mulai berubah, aku mengencani berbagai macam wanita yang rela menyerahkan
tubuhnya sendiri untuk sekedar memuaskan nafsuku.
Aku
duduk di kursi, dinginnya AC mulai menerpa tubuhku dan membuat bulu kudukku
meremang. Aku melirik jam dinding di ruanganku. Sebentar lagi meeting akan
berlangsung. Aku mengeluarkan handphoneku dan langsung menghubungi nomor dari
kontakku.
“yoboseo...”
kudengar suara di seberang teleponku.
“hyukjae,
kirimkan aku wanita yang mirip dengan Ryena setelah aku selesai meeting. Aku akan
membayarmu setelah aku puas bermain-main dengannya” ucapku sambil tersenyum
miring.
***
Seoul,
South Korea
100110,
10.00 AM
Donghae’s
POV
Aku
berjalan menyusuri kota Seoul dengan menenteng berbagai berkas dan data
pribadiku. Na Young tidak masuk sejak aku memutuskan untuk berpisah dengannya.
Aku juga sudah mencoba menghubunginya berapa kali namun tak ada hasilnya, Na
Young tidak mengaktifkan handphonenya, aku juga sudah mendatangi rumahnya untuk
sekedar mengecek keadaannya, namun rumahnya seperti kosong tak berpenghuni.
Yah, untuk beberapa hari ini pula aku masih bisa bebas berkeliaran di kantorku,
sebelum Na Young menendangku keluar dari perusahaannya.
Ahh, rasanya sudah lama sekali
pula aku tak melihat gadis itu lagi, semenjak aku memutuskan hubunganku dengan Na
Young, aku berhenti pula untuk menjadi kaki tangannya di kantor dan orang yang
rela berpanas-panasan menunggunya keluar dari rumah, dan tentu saja otomatis
aku tak bisa lagi melihat gadis itu berjalan melewatiku.
Selama
aku berpacaran dengan Na Young, aku selalu memperhatikan gadis itu berjalan
melewatiku dengan semangat yang menggebu-gebu. Dapat kurasakan aura bahagia
yang melingkupi perasaannya setiap pagi. Bahkan sepertinya aku merasa jauh
lebih mengenalnya dibandingkan dengan Na Young, yeoja yang sudah hampir 2 tahun
aku pacari, sekalipun aku tak pernah mengetahui siapa namanya.....
Sejak
berpacaran dengan Na Young, orang yang sangat aku sayangi ini, aku merasa
semakin menjadi seorang pengecut. Na Young, yeojachingu sekaligus atasanku
sendiri di kantorku adalah wanita yang sangat menjaga harga diri dan nama
baiknya di hadapan para petinggi-petinggi perusahaan saingannya. Dia tak pernah
mengakui hubungan kami yang sudah berjalan selama hampir 2 tahun ini, dia
selalu menyebutku dengan sebutan kaki tangannya. Ahh, aku tak pernah menolak
dianggap seperti itu, aku mencintainya. Lagipula, seandainya aku yang pertama
memutuskan hubungan gelap ini, tentulah aku akan terancam kehilangan
pekerjaanku yang sudah susah payah aku dapatkan. Sudah kubilang, aku adalah
lelaki pengecut.
Selama
hampir dua minggu terakhir ini Na Young memintaku untuk menjemputnya setiap
pagi karena mobil yang biasa ia pakai sedang di servis dan tak kunjung baik.
Mungkin Na Young akan berfikir aku akan menghamburkan uang dengan menyewa mobil
untuk sekedar menjemputnya dan menjaga reputasinya di kalangan para petinggi
perusahaan. Tentu saja niat itu tak sedikitpun melintas dalam pikiranku. Aku
sangat mencintai motorku dan tak pernah berniat untuk menukarkannya dengan
mobil.
Selama
hampir dua minggu ini pula aku telingaku terus terasa panas karena
ucapan-ucapan Na Young yang kerap memaksaku untuk mengganti motorku dengan
mobil. Ahh, aku hanya terus tersenyum kepadanya dan berkali-kali pula
menjelaskan kepadanya bahwa aku tidak akan mengganti motorku.
Ahh,
setiap pagi itu pula, aku akan merasa menjadi namja paling sabar yang rela
panas-panasan menunggu yeojaku keluar dari rumahnya dan memakiku karena tak
kunjung mengganti motorku, tapi di balik semua itu... gadis lucu yang selalu
melintas di depanku merupakan penyemangatku setiap pagi. Gadis lucu dengan
tubuh yang tak terlalu tinggi dan bibir yang mungil itu melihat ke arahku dan
menyunggingkan senyumnya. Yah, aku bahkan tak bisa menafsirkan tatapan dan
senyumannya itu. Semua terasa misterius bagiku dan seketika mengacaukan sistem
kerja otakku, namun terkadang hanya dengan melihatnya berlari melewatiku cukup
menjadi obat yang menenangkan hatiku. Meskipun aku tak pernah berkenalan
dengannya, setidaknya aku bisa mencuri senyumannya di pagi hari.
Banyak
orang yang mengatakan kalau sabar itu pasti ada batasnya. Menurutku tidak, kalau
sabar ada batasnya, bukanlah sabar namanya. Mereka hanya terlalu lelah dan
kehilangan kekuatan untuk terus bersabar, sama sepertiku. Aku sudah terlalu
lelah mempertahankan hubunganku dengan Na Young yang tak jelas ini. Aku sudah
menunggu selama hampir 2 tahun untuk mendengar Na Young mempublikasikan
hubunganku dengannya dan bersedia untuk segera kulamar menjadi Ny. Lee tapi
kata itu mungkin mustahil untuk diucapkan oleh seorang Park Na Young, aku
bukanlah namja yang haus akan harta kekayaan atau reputasiku yang pastinya akan
langsung bisa meroket karena bisa meluluhkan hati yeoja yang di kenal sangat
menjaga reputasinya ini. Seandainya aku ingin tetap menunggu, aku pasti akan
terus menunggu Na Young, tapi sampai kapan? Bukankah seorang namja juga memerlukan
kepastian dari yeojanya untuk bisa melangkah ke jenjang yang lebih serius?
Ya,
seorang Lee Donghae bukanlah lelaki yang pengecut lagi saat itu. Tiga hari yang
lalu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Na Young. Aku bahkan
sudah berlatih saat malam hari hanya untuk mengucapkan kata itu. Bagaimanapun
juga aku tak ingin menyakiti yeoja yang sudah mengisi kekosongan hidupku selama
hampir dua tahun ini. Aku bahkan sudah menyiapkan beberapa berkas dan data
diriku, berjaga-jaga kalau suatu saat Na Young akan mendepakku dari
perusahaannya mengingat aku sudah melukai perasaannya. Selamat tinggal Na
Young, aku mungkin akan memberikan kesempatan kepada hatiku untuk mencari
penggantimu.. gadis di pagi hari itu.....
Tak
terasa kakiku berjalan menuntunku masuk ke sebuah perusahaan. Aku menelan
ludah, “perusahaan keluarga Cho...”
desisku. Perusahaan ini merupakan saingan bebuyutan perusahaan Na Young.
Aku membulatkan tekadku untuk memasuki perusahaan ini, berharap akan adanya
sedikit belas kasihan dari pemilik perusahaan yang menerimaku di
perusahaannya.. Setidaknya, jika aku diterima di perusahaan ini, aku sudah
menyiapkan masa depanku apabila suatu waktu Na Young mengusirku dari
perusahaannya.
Aku berjalan mantap menuju meja
resepsionis, tiba-tiba seorang gadis berlari menabrakku, aku melihat ke arahnya
sekilas dan sukses membuat mataku membelalak, gadis itu.... gadis yang setiap
hari memberikan senyuman untukku, sedang menangis?! Untuk apa dia di sini? Ahh
berbagai pertanyaan menyelimutiku yang akhirnya menuntunku pergi dari
perusahaan Cho dan berlari mengejarnya.
Aku
berusaha mengikuti kemana arah gadis itu pergi dan mengikutinya, aishh,
bagaimana mungkin aku menjadi seorang pekerja yang tak profesional? aku
melewatkan kesempatanku untuk memperbaiki masa depanku dengan melamar pekerjaan
di perusahaan Cho. Bagaimana mungkin aku lebih memilih mengejar gadis itu?
Ahh.. bukankan pekerjaan dan gadis itu merupakan masa depanku? Ya, seorang Lee
Donghae akan berhenti menjadi pengecut dan membiarkan gadis itu yang akan
menuntunnya ke masa depan.
Minnie’s
POV
Aiishh, selama ini aku cukup
kesal dengan Kyuhyun yang seenaknya mengatur jadwal berkunjungku ke
perusahaannya, “kau hanya boleh datang ke perusahaanku apabila kau tidak sibuk
di kantormu dan tidak boleh datang pagi hari ataupun malam hari, karena aku
akan sangat sibuk. Kau hanya boleh menemuiku setelah makan
siang..bla...bla....bla...” aku
menirukan ucapan Kyuhyun yang terdengar sangat cerewet dan menyebalkan saat membahas
masalah kedatanganku ke perusahaannya.
Aku
mencoba untuk curhat dengan sahabatku Minra yang satu perusahaan dengan
Kyuhyun, ya aku mengetahui kalau Kyuhyun menjadi idola para pegawai dari Minra.
Dari Minra juga, malam itu aku mendengar pernyataan pahit yang membuat dadaku
sesak. Kyuhyun sering berkencan dengan membawa para gadis-gadis cantik ke
ruangannya.
“dengarkan
aku Minnie-ah~, Kyuhyun bukanlah orang yang tepat untukmu!!” teriakan Minra
tadi malam masih terngiang di telingaku.
Bukannya
mempercayai Minra dan langsung menelpon Kyuhyun, alih-alih aku malah balas
meneriakinya dan membela Kyuhyun mati-matian. Ya, tadi malam aku bertengkar
hebat dengan sahabatku sendiri.
Batinku
mengatakan Kyuhyun bukanlah namja yang seperti itu, bagaimana mungkin Minra
bisa menyimpulkan Kyuhyun berkencan dengan berbagai wanita hanya dengan melihat
wanita berpakaian seksi masuk ke dalam ruangannya dan bersama dengan Kyuhyun di
ruangan itu dengan waktu yang cukup lama.
“Ya,
aku harus mencari tahunya sendiri” aku melangkah masuk ke dalam perusahaan Kyuhyun.
Hari ini aku sudah meminta izin kepada atasanku untuk memberikanku cuti satu hari. Aku takkan bisa
berkonsentrasi dengan keadaan hatiku yang terus berkecamuk ini.
“anyyeonghaseyo
nona, ada yang bisa kami bantu?” lagi-lagi resepsionis itu berlaku sok manis di
hadapanku.
“ahh,
aku ingin bertemu dengan Cho Kyuhyun” ucapku dingin.
“maaf
nona, tapi Tuan muda Cho tidak ingin di ganggu, dia sedang bersama klien
wanitanya.” Kata resepsionis itu lagi.
Wanita?
Ahh, aku sudah mulai kehilangan akal sehatku, ucapan Minra benar-benar harus
dibuktikan sekarang. Aku berlari menerobos kerumunan para pegawai kantor itu.
Berlari secepat kilat menuju ruangan Kyuhyun. Sayup-sayup kudengar resepsionis
itu berteriak memanggil satpam. Ahh aku tak peduli, sekalipun satpam itu akan
mengusirku dari perusahaan Kyuhyun. Hanya ada 1 kebenaran yang akan segera
terjawab. Minra atau Kyuhyun yang telah membohongiku. Semua ini harus segera
terjawab sebelum emosiku terhadap pernyataan Minta berubah menjadi kebencian.
Aku
terengah-engah berusaha meraih gagang pintu yang tertutup rapat itu. Membukanya
dengan sekuat tenagaku. Dikunci. Aku semakin curiga saja, dengan gemetar aku
mengambil kunci cadangan yang pernah Kyuhyun berikan kepadaku sewaktu aku
meninggalkan handphoneku di ruangannya. Kulihat satpam dan resepsionis berlari
mendekatiku, mereka sudah hampir menggapaiku.
Ya...
pintu ruangan pun terbuka, dan... apa yang sudah kulihat? Pemandangan
menjijikan itu benar-benar terjadi di hadapanku. Kyuhyun tengah berusaha
melucuti celana dalam wanita yang sedang dikencaninya. Hatiku pilu melihat
keadaan menyedihkan ini, bisa-bisanya orang yang sangat menjaga kehormatanku
dan tak pernah menyentuhku ini sedang bercinta dengan wanita jalang itu?
Kyuhyun
terlihat shock saat melihatku, satpam dan resepsionis itu melihatnya dengan
keadaan yang begitu menjijikan itu. Aku mulai melupakan bagaimana cara bersikap
di dalam perusahaan itu.
Mukaku
merah dan airmataku merebak, membuat pemandangan sekelilingku mengabur, ini
bagaikan mimpi... oh Tuhan... aku menyeka airmataku berkali-kali dan kembali
memfokuskan mataku dengan namja yang sekarang menutupi bagian sensitif dari
tubuhnya yang sudah terekspos jelas di depan mataku, amarahku sudah mengalahkan
rasa maluku.
Aku
meludah, “kau masih mempunyai rasa malu? Hah?”
Kyuhyun
dan wanita jalang itu hanya diam terpaku, kemarahanku benar-benar memuncak.
Dapat kulihat ketegangan di wajah Kyuhyun, setelah reputasinya hancur gara-gara
yeojachingunya sendiri.
Aku
menatap ke arah satpam dan resepsionis yang hanya diam membatu, “KAU BILANG INI
YANG DISEBUT KLIEN?? HAH??!! OHH MUNGKIN SAJA KAU JUGA TERMASUK SALAH SATU
KLIEN KYUHYUN YANG RELA MENYERAHKAN TUBUHMU UNTUK DINIKMATINYA?? HAH??!!”
tudingan itu meluncur begitu saja dari bibir mungilku. Mata resepsionis itu membesar
saat dia mendengar tuduhan yang kulontarkan padanya. Dia tak berani menyanggah,
mungkin tak bisa mengelak lagi saat aibnya ketahuan. Cih.
Airmataku
kembali memenuhi pelupuk mataku. Namja yang sudah lama kucintai
ini...bisa-bisanya dia hanya mempermainkanku. Aku berlari keluar kantor secepat
yang aku bisa, aku membencimu Cho Kyuhyun.
BUKKK!!
Aku menabrak seseorang. Airmataku sudah benar-benar memenuhi kedua bola mataku
sehingga cukup menyulitkanku untuk mengetahui siapa yang kutabrak. Aku langsung
berlari meninggalkan orang itu.
Aku
berlari menuju taman, menumpahkan semua kekesalanku disana, membayangkan sosok
Cho Kyuhyun yang begitu sempurna selama beberapa tahun ini sekarang semuanya
terasa palsu, senyumnya, candanya, semua terasa hanya sandiwara belaka.
Aku
terduduk di dekat bangku taman, menumpukan kedua tanganku di atas bangku dan
membenamkan wajahku di sana. Pada kenyataannya, hanya aku yang merasa bahagia
memiliki Kyuhyun, bukan dia. Kyuhyun tak pernah merasa bahagia saat bersamaku.
Ya, senyum bahagianya itu hanya ditunjukkan kepada mantan kekasihnya, Ryena.
Bagaimana mungkin seorang gadis biasa-biasa saja ini bisa mengalahkan pesona
Ryena dimata Kyuhyun? Bagaimana mungkin Kyuhyun melupakan masalalunya itu dan
langsung jatuh cinta dengan gadis sepertiku? Apakah ini merupakan takdirku
harus jatuh cinta sendirian? Ahh, jatuh cinta itu hanya untuk orang-orang yang
saling mencintai, bukan sepertiku yang harus mencintai sendirian.
Kurasakan
seseorang menyentuh bahuku dan menarik lenganku. Kyuhyunkah? Aku menoleh menatap
orang yang ternyata adalah....... namja itu......... namja yang setiap hari
selama hampir dua minggu ini mencuri senyumanku. Namja itu membimbingku untuk
duduk di bangku taman, di sampingnya. Aku menuruti permintaannya dengan keadaan
wajahku yang sangat kusut, namja itu datang dan mengusap airmataku dengan kedua
ibu jarinya. Memamerkan senym tipisnya.
“uljimaaa”
bisiknya, namja itu menepuk-nepuk bahunya, menyuruhku untuk segera menumpahkan
kekesalan di bahunya. Aku menurut, membasahi jaket coklat yang dikenakannya
dengan airmataku, namja ini.... bagaimana mungkin bisa membuatku nyaman, namja
yang tak pernah kuketahui namanya ini hanya berusaha menenangkanku. Dia tak
berbicara sepatah katapun dan hanya membiarkanku terlarut dalam kesedihanku.
Aku
meremas ujung jaket namja ini dan berteriak kesal, memori-memori saat aku
bersama dengan Kyuhyun, saat Kyuhyun menjatuhkan pilihannya dengan menjadikanku
sebagai yeojachingunya, saat Kyuhyun membelai rambutku...arrgghhh!! semuanya
hancur bagai keping-keping puzzle di otakku. Pemandangan menjijikan itu terus
saja bermain-main di otakku.
Setelah
puas menangis di hadapan namja yang tak kukenal itu. Aku berniat pulang,
“gamsahamnida ” ucapku sambil membungkuk ke arahnya. Lama sekali aku membungkuk
ke arahnya, namja yang tak kukenal ini sudah meluangkan waktunya untuk
mendengarkan isak tangisku. Aku bahkan tak kuasa mengucapkan satu katapun
padanya. Pikiranku benar-benar kacau.
“ne,
hmmm... ” namja itu juga terlihat bingung harus berkata apa melihat reaksiku
yang sedikit berlebihan ini. Aku hanya tersenyum getir ke arahnya. Mungkin dia
memaklumi dengan keadaanku yang sudah hancur berkeping-keping ini dengan tidak
menanyakan pertanyaan yang membuatku bertingkah layaknya orang gila. Aku berniat
untuk meninggalkan namja itu, tiba-tiba namja itu menarik tanganku.
“bisakah
kau memberikan kartu namamu?” tanyanya.
“ahh...
” aku mengeluarkan tasku dan memberikannya kartu namaku. Namja itu tersenyum
puas saat membaca kartu namaku, “ahh...
Park Minnie-ssi, panggil saja aku Donghae” ujarnya sambil terus
tersenyum kepadaku, “aku harap ini bukanlah pertemuan terakhir kita” lanjutnya.
“ne”
ucapku parau, aku membalas senyumannya, ahh... namja yang kukenal hanya lewat
senyumannya setiap pagi ini, bisa menenangkanku hari ini....
***
Seoul,
South Korea
100113,
08.00 PM
Aku
duduk di bangku taman kesukaanku. Dulu, sewaktu aku masih kecil, aku selalu
menghabiskan waktuku dengan bermain-main di sana bersama dengan ayah dan ibuku
sepulang mereka bekerja.
Ahh, aku sangat merindukan
mereka. Setelah ayah dan ibuku pensiun dari pekerjaan mereka yang sekarang
memisahkan jarak antara aku dengan mereka, mereka pasti akan segera kembali ke
rumah dan menjadi keluarga utuh lagi dengan diriku. Hanya saja, sampai sekarang
aku masih tak bisa memastikan kapan mereka akan pensiun.
Aku menghirup udara sebanyak
mungkin, mengisinya ke dalam rongga-rongga dadaku, mengalirkannya ke arah
mulutku dan membiarkan rongga mulutku terisi penuh dengan udara. Tiba-tiba
seseorang mencubit pipiku dan tanpa sadar aku menghembuskan udara itu melalui
mulutku.
“yakk!!” aku langsung menepis
tangan orang yang dengan beraninya mencubit pipiku itu. Mataku mendelik kesal
ke arah orang itu, ternyata.... namja itu lagi. Donghae, orang yang sudah
membuatku meluapkan segala kesedihanku saat putus dengan Kyuhyun, namja yang
membiarkan jaketnya kotor dan basah karena airmataku. Orang yang dulu setiap
pagi dengan beraninya mencuri senyumanku kini tengah beralih dari tempatnya dan
duduk di sampingku.
Kulihat mulutnya sedang sibuk
mengunyah permen karet, “hi, apa kabar?” sapanya.
“b..baik Donghae-ssi...” aku
terbata menjawab pertanyaannya, masih terasa asing bagiku melihat perlakuan
dari namja ini yang seperti sudah sangat lama sekali mengenalku.
“jangan memanggilku dengan bahasa
yang terlalu formal seperti itu... panggil saja aku Donghae, oh ya, karena aku
lebih tua beberapa tahun darimu, panggil aku Oppa..” dia terus mengunyah permen
karetnya sambil terus berbicara denganku.
“ah...mianhamnida...” lagi-lagi
aku mengeluarkan bahasa formalku kepadanya.
“aigoo...” Donghae meludahkan
permen karetnya ke sembarang tempat.. aisshh.. tidak sopan, rutukku dalam hati,
“sedang apa kau disini?” lanjutnya sambil memamerkan senyum khasnya yang sedari
tadi tak kulihat gara-gara permen karet itu.
“entahlah, hanya melihat
anak-anak itu bermain di taman” jawabku jujur.
“kau suka anak-anak?” tanyanya
lagi.
“mollayo. Sepertinya iya, aku tak
mempunyai saudara. Hmm.. daritadi aku hanya memperhatikan keadaan mereka yang
sedang tersenyum bahagia, hidup dalam dunia dalam keadaan tanpa beban.. ah
anak-anak yang manis..” aku melanjutkan, “maksudku, disini mereka sedang
tertawa bahagia, yeah, melihat orang tertawa bahagia saja sudah cukup membuatku
bisa mengurangi kekecewaanku. Di saat kesedihan muncul, di saat itu pula
kebahagiaan menyusulnya. Bukankah kebahagiaan itu selalu berjalan berdampingan
dengan kesedihan? Mungkin saat ini aku hanya sedang tidak berpijak pada roda
kebahagiaan..” aku menjabarkan perasaanku kepada seorang namja yang bahkan sama
sekali tak mengerti jalan hidupku. Ya, sampai sekarang mungkin dia masih tidak
mengerti dengan keadaanku dan kenapa aku menangis saat itu.
Donghae memalingkan wajahnya dari
taman dan beralih memandangku, tatapan matanya yang meneduhkan itu menatapku
tepat di kedua bola mataku, “yah, sangat sulit mengatakan bahwa aku juga
sejalan denganku”
“maksudmu?” tatapku tak mengerti,
sejalan?
“aku juga sedang bersedih, harus
berpisah dengan orang yang aku sayangi. Orang yang selama ini sudah lama mengusik
akal pikiranku, membuatku lupa akan segalanya dan menjadikannya sebagai pusat
duniaku saat itu. Sayang aku terlalu pengecut untuk melanjutkan hubunganku yang
tak tentu arah itu dengannya dan nekat mempertaruhkan pekerjaanku dengan
memutuskannya pertama kali. Sungguh lucu memang mendengar seorang bawahan
rendahan sepertiku bisa menjalin kasih dengan atasan wanitanya dalam tempo
waktu yang cukup lama. Tapi inilah kenyataannya. Selama seminggu ini aku merasa
sudah benar-benar menyakiti hati seorang yeoja. Dia bahkan sudah tak masuk lagi
ke kantornya sejak kejadian itu. Setiap hari pula aku berusaha menghubunginya
dan mendatangi rumahnya, tapi tak pernah mendapatkan respon darinya. Untuk saat
itu, aku merasa seperti orang gila yang mondar-mandir di depan pagar rumahnya,
namun Na Young tak pernah mau membukakan pintu pagar rumahnya untukku. Sudah
kubilang, aku terlalu pengecut untuk menyelinap masuk ke dalam rumahnya,
sekedar menemukannya di dalam rumah dan berlari memeluknya..”
Aku terhenyak mendengar penjelasannya.
Ugh. Mataku mulai terasa panas lagi,kenapa namja ini harus mengungkit masalah
percintaannya yang membuat pikiranku kembali menuntunku mengingat wajah
Kyuhyun?
Aku berusaha menghapus
kilasan-kilasan wajah Kyuhyun dengan berkonsentrasi menatap mata namja di
hadapanku ini. Matanya seakan berbicara dengan mataku dan sepertinya berusaha
mengatakan sesuatu yang tak bisa kutafsirkan, matanya seakan berbicara ‘mungkin
aku akan melupakan yeoja itu dan menjadikanmu masa depanku, pusat duniaku yang
baru’ ckckkc aiishh.. bisa-bisanya aku menafsirkan pandangan matanya yang
misterius itu. Ya, aku merasa sangat nyaman di dekatnya, meskipun kami baru
saja bertemu 2 kali tapi caranya memperlakukanku layaknya orang yang sudah
bertahun-tahun mengenalku. Atau ini hanya perasaanku saja? Bukankah orang yang
sedang patah hati itu tidak bisa berpikir jernih? Mungkin saja efek berpisah
dengan dengan Kyuhyun membuat sentuhan biasa dari seorang namja ini terasa
spesial di hatiku.
Donghae rupanya mulai menyadari
perubahan air mukaku ketika dia membahas masalalunya, dia langsung meloncat
dari bangku taman, meraih sapu tanganku. Matanya tak pernah lepas dari manik
mataku, “perhatikan sapu tangan ini” suruhnya.
Aku menurutinya dengan ekspresi
muka bingung. Ia tersenyum dan tiba-tiba saja dari sapu tanganku keluar
setangkai bunga mawar berwarna merah muda.
“ah ini untukmu..” ujarnya sambil
mempersembahkan setangkai bunga mawar merah mudah itu kepadaku.
“yeppeo!!” seruku, refleks saja
tanganku terulur meraih tangkai mawar yang diberikannya, aku menghirup
dalam-dalam wangi dari mawar itu, menyesap aroma yang keluar dari bunga mawar
itu dengan hidungku, “kenapa harus merah muda?” tanyaku.
“karena aku tahu kau berhati
lembut, mawar ini untuk melambangkan hatimu yang sesungguhnya..” terangnya.
Donghae beranjak dari tempatnya dan menjulurkan tangannya di depanku. Meraih
tanganku yang tergantung bebas di udara, “ayo kita mencari es krim, aku yang
akan mentraktirmu...” lagi-lagi namja ini berlaku manis di hadapanku.
***
Kyuhyun’s apartment
100124,
14.40
Kyuhyun’s
POV
“Argghhh!!”
aku mengacak rambutku dan membuatnya berantakan. Ah, aku benar-benar tidak bisa
melakukan hal yang benar lagi sejak kepergian gadis itu. Ya, setelah aku
berpisah dengan Minnie, aku semakin kehilangan konsentrasi bekerjaku.
Kehilangan semangat hidupku.
Kenapa
di saat aku sudah berpisah dengannya aku baru menyadari bahwa aku sudah
melupakan Ryena dan beralih mencintainya?
Aku
berjalan ke arah sebuah kamar yang kukhususkan hanya aku saja yang boleh
memasukinya. Sebuah kamar rahasia yang bahkan sangat kujaga privasinya melebihi
kamar pribadiku sendiri.
Perlahan-lahan
aku membuka kamar itu, “ah..bahkan kau tidak sadar, sudah 6 bulan terakhir ini
kau tak pernah menyentuh kamar ini..” aku berbicara pada diriku sendiri. Membatu
dengan pemandangan yang ditimbulkan dari kamar ini. Kamar ini terlihat kusam
dengan hiasan sarang laba-laba dan tumpukan debu yang menyelimuti ruangan ini.
Berbagai
macam ekspresi tergambar di dinding tembok kamar ini. Ya, dulu sewaktu aku
masih berpacaran dengan Ryena, aku masih melakoni hobiku sebagai fotografer,
menghabiskan waktuku bersama Ryena dan menyuruhnya bergaya di depan kamera
hanya untukku. Tentulah bagi seorang yang gila kamera seperti Ryena tak
menyulitkannya untuk berpose sesuai keinginanku untuk kuabadikan di kamera.
Berbeda
sekali dengan Minnie, dia bahkan sangat membenci kamera, itu juga merupakan
salah satu alasan untukku memilihnya menjadi pacarku. Melupakan kamera yang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan Ryena.
Aku tak
pernah sadar, sejak kehadiran Minnie di hidupku. Secara tak langsung aku
mengenalnya sebaik aku mengenal diriku sendiri. Meskipun aku tak pernah berniat
mengingat semua kenanganku dengannya dan tenggelam dalam khayalanku bersama
Ryena, tapi kebersamaanku dengan Minnie perlahan menghapus semua ingatanku
tentang Ryena.
Aku
hanya tak menyadari hal itu dan bersikap seolah-olah aku tak bisa melupakan
Ryena, meskipun aku selalu menolak sarapan pagi yang dibawakannya untukku.
Bukankah setiap pagi aku selalu mengharapkan ada seorang resepsionis yang
datang ke arahku dan menyodorkan kotak makanan itu kepadaku? Bukankah aku yang
selama ini mengacuhkan perhatiannya terhadapku itu namun secara diam-diam terus
mengharapkan perhatiannya tak pernah pudar terhadapku?
“Park Minnie,
kau merangkak masuk ke dalam hatiku, mengubah perasaanku perlahan dan membuatku
tak menyadarinya. Ya Park Minnie-ahh!!” aku berteriak geram, “aku merindukanmu.
Bahkan sekarang hidupku terasa semakin kacau saat melihatmu pergi bersama namja
yang tak kukenal itu. Yak!! Park Minnie-ahh.. apakah kau sudah melupakan kisah
cinta kita yang berjalan selama hampir dua tahun itu?” aku berteriak frustasi.
Tiba-tiba
saja kantong celanaku bergetar, “yoboseo” jawabku dingin saat melihat nama yang
terpampang di layar ponselku. Hyukjae.
“yak!
Kyuhyun-ahh.. akhir-akhir kau tidak memesan wanita yang mirip dengan Ryena
lagi, huh?! Aku sudah menyiapkannya
khusus untukmu.” Aku mendengar suara tawa renyah yang di timbulkan oleh Hyukjae
di seberang telepon. Ah, aku bahkan sudah tak memiliki hasrat untuk menyentuh
wanita-wanita jalang itu lagi. Ya, bahkan aku tak menyadari hal ini. Aku tak
pernah menyentuh Minnie, aku menghindari menyentuhnya dari napsu iblisku ini
dengan menimbulkan persepsi dalam diriku bahwa dia terlalu polos dan tidak
pandai dalam urusan ini. Ya, bahkan secara tidak langsung aku melindunginya.
Aku sudah merasa dia adalah bagian dari hidupku. Akal pikiranku secara refleks
selalu melindungi fisik dan batinnya dari hal yang akan menyakitinya.
“heii!!
Kyu... apa kau baik-baik saja?” hyukjae berusaha menyadarkanku dari lamunanku
tentang Minnie.
“ah
hyung, aku sedang tidak tertarik. Simpan saja yeoja-yeoja itu untukmu” jawabku
lirih sambil menutup ponselku.
“ Ya Minnie-ahh.. aku akan
merebutmu kembali ke pelukanku sebelum namja itu membuatmu melupakanku” ucapku
sambil meraih kunci mobilku dan berlari menuju ke garasi.
Donghae’s apartment
100124,
15.15
Donghae’s
POV
Ahh,
hari ini aku puas sekali mengerjai Minnie dan sukses membuatnya berkali-kali
meneriakkan namaku hanya gara-gara aku berhasil mengalahkannya dalam permainan
basket. Ah gadis polos itu, aku bahagia bisa mengembalikan sisi keceriaan dan
kelembutan dari gadis itu, aku bahagia bisa membuatnya melupakan masalah yang
menderanya dan membuatnya kehilangan senyumnya.
Setiap
hari, sejak pertemuanku dengan Minnie, aku semakin ketagihan untuk menemui dan
menghiburnya, bahkan ketika malam tiba. Suara Minnie itu terasa sangat
memabukkan di telingaku. Dia juga wanita yang sangat baik, rela menghabiskan
waktunya untuk sekedar membantuku menyiapkan berkas dan data diriku saat aku
berniat untuk melamar kerja. Ah rasanya sangat menyenangkan merasakan yeoja
yang kau sayangi dan pekerjaanmu bisa berjalan maju beriringan. Tidak seperti
saat aku dengan Na Young, pekerjaanku memang terus berjalan maju, tapi
hubunganku? Hft.
Ting
Tong. Aku mendengar suara bel di tekan dari luar. Aku bergegas keluar dan
membukakan pintu apartemenku. Kuharap itu adalah Minnie, mengingat kemarin aku
telah memberikan kartu namaku kepadanya. Tidak adil rasanya dia membiarkan aku
sendirian memiliki kartu namanya dan membuatku mengetahui identitas dirinya
tanpa dia mengetahui identitas diriku. Setidaknya, siapa tahu dia memberanikan
diri datang ke apartemenku.
“hai,
Donghae...” aku mendengar sebuah suara yang terdengar amat pilu di telingaku,
Na Young datang menemuiku? Untuk apa? Bukankah selama ini dia tidak pernah
muncul di kantor dan selalu mengabaikanku?
Tangan
mungil gadis itu meraih pundakku dan membenamkan wajahnya di sana, untuk kali
ini aku masih dapat merasakan aura pedih yang dibawa oleh gadis ini. Aku masih
dapat merasakan getaran jantungnya saat dadanya menyentuh dadaku. Aku tahu dia
masih sangat mencintaiku. Cengkraman tangannya di pundakku takkan bisa menutupi
semuanya. Dia hanya gadis yang telah dibutakan oleh harga diri dan reputasinya
itu...
Tanganku
terasa ngilu dan lidahku terasa kelu untuk sekedar mengelus rambutnya atau
berbicara dengannya. Aku hanya diam membatu membiarkan Na Young menumpahkan
segalanya di bajuku. Ah Donghae, bukankah kau selalu bersikap seperti ini
ketika melihat wanita yang kau sukai menangis di hadapanmu?
“Oppa..aku
mohon kembalilah....” ucapnya lirih, “aku akan melakukan apa saja untukmu
asalkan kau kembali di hidupku oppa,. Jebal. Maafkan segala keegoisanku selama
ini..oppa.. saranghae...saranghae... ” Na Young mengguncang-guncang bahuku.
Memaksaku menatap matanya yang sarat akan kesedihan itu.
“lihatlah
oppa...” Na Young menggulung jaket yang daritadi di pakainya, aku bergidik
ngeri melihat ukiran namaku di tangannya. Na Young menggores kulitnya dengan
silet hanya untuk menuliskan namaku?
“hentikan
perbuatan bodohmu itu Na Young, kau hanya akan celaka kalau berlaku bodoh
seperti itu” sial. Aku kehabisan kata-kata.
“apalah
artinya hidupku sekarang Oppa? Percuma
saja aku hidup kalau oppa sudah tak ada lagi di sisiku. Oppa.. jebal..
kembalilah” pintanya sekali lagi.
Lidahku
benar-benar mati rasa, aku tak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku menerima
permintaan Na Young? Jika aku menerimanya bagaimana dengan Minnie? Jika aku
menolak Na Young, itu berarti sebentar lagi aku akan menjadi seorang pembunuh
secara tidak langsung. Haruskah aku menceritakan semuanya kepada Minnie dan
melihatnya kembali bersedih? Oh Tuhan apakah seorang pecundang harus diberikan
opsi yang sangat menyulitkan ini?
100124,
15.15 (at the same time)
Minnie’s
POV
Aishh..
kenapa hari ini perasaanku tidak enak? Apakah karena Donghae? Sepertinya aku
harus pergi ke apartemennya dan menemuinya sekarang. Aku berlari menyusuri jalanan
kota dan bergegas mencari taksi.
Tiba-tiba
langkahku dihentikan oleh sebuah mobil yang berhenti tepat di depanku. Sepersekian
detik kemudian, aku baru menyadari kalau pemilik mobil itu adalah Cho Kyuhyun.
Seketika
itu juga lututku terasa lemas dan badanku terasa kaku, Kyuhyun? Untuk apalagi
dia muncul di hadapanku? Kyuhyun keluar dari dalam mobil dan menyeretku ke arah
sebuah bangunan tua, dia menyeretku paksa.
“yak!!
Cho Kyuhyun, lepaskan..” aku berusaha melepaskan tanganku. Tanganku terasa
berdenyut nyeri saat dia melepaskan tanganku. Aku dapat merasakan kekesalan dan
kemarahan yang membuncah dalam dirinya.
Kyuhyun
mendorongku ke tembok bangunan itu dan menciumku kasar. Lidahnya berusaha
memaksa masuk ke dalam mulutku. Aku dapat merasakan kegundahan yang ada pada
dirinya dari cara dia menciumku. Aku mengunci bibirku rapat-rapat dan berusaha
melepaskan ciumannya.
PLAKK!!
Sebuah tamparan mulus mendarat di pipi Kyuhyun, “kau sudah gila
Kyuhyun-ahh!!”jeritku.
“ya,
aku memang sudah gila Minnie-ah.. aku merasa sangat bodoh sudah berlaku jahat
kepadamu.... ” ucapnya pilu. Dia meraih batu bata yang berada tak jauh dari
tempatku dan dia. Ada beberapa tumpukan batu bata dari sebuah bangunan tua ini,
“kau tau....” Kyuhyun mengepalkan tangannya dan meninjukan tangannya ke arah
batu bata itu.
Aku
menjerit ngeri di buatnya, bagaimana mungkin? Batu bata itu terbelah dua hanya
dengan satu kali pukulan? Tubuhku semakin lemas saat tangan Kyuhyun sudah
dipenuhi oleh darah segar yang mengucur deras dari sela-sela jari tangannya.
Kyuhyun langsung menarik tubuhku dan melingkarkan tangannya di badanku. Tubuhku
sekarang sudah dipenuhi darah yang ditimbulkan oleh luka di tangannya.
“jangan bertindak bodoh seperti
itu” desisku. Kyuhyun hanya terdiam, dia membenamkan wajahnya di pundakku. Aku
merasakan cairan hangat mengalir di pundakku. Kyuhyun menangis?
“aku
mohon Minnie-ahh...dengarkan penjelasanku dulu..” Kyuhyun meminta ijin kepadaku
untuk menjelaskan sesuatu. Penjelasan apa lagi? Penjelasan bahwa selama dua tahun
ini dia tak pernah mencintaiku? Aku menyerah, akhirnya aku memberikan ijin
kepadanya.
Ahh
jantungku terasa berdetak semakin keras saat mengetahui Kyuhyun membalas
cintaku. Sedikit terlambat, meskipun dia tak pernah menyadari berapa lama waktu
yang dia perlukan untuk melupakan Ryena dan beralih mencintaiku. Aku tak kuasa menahan airmataku mendengar
segala pengakuannya. Mengetahui keadaan yang sebenarnya bahwa Kyuhyun sudah lama
menjadikanku hanya sebagai tameng dalam hidupnya.
“Minnie-ahh...kembalilah
padaku.... kita mulai semuanya dari awal...” pintanya lirih.
Aku
hanya diam membatu mendengar permintaan gilanya itu. Ya, dari lubuk hatiku yang
terdalam, aku masih mencintainya. Aku masih mengharapkannya datang dan menemaniku sepanjang hidupku. Tapi di sisi
lain, aku sudah berjanji ingin melupakannya,membiarkan Donghae perlahan-lahan
menyusup masuk ke dalam hatiku, dan...hatiku kembali terluka saat mengetahui
keadaan yang tak pernah aku ketahui. Saat kejujuran itu terdengar sangat
menyakitkan, saat aku merasa jauh lebih baik terlena dengan semua sandiwara
Kyuhyun sebelum dia menyadari dia juga mencintaiku..
Pilihan ini terlalu berat untukku, banyak
orang yang bilang kalau masalalu itu ada hanya untuk di kenang. Bukankah
keadaan itu hanya berpihak pada orang mempunyai satu jalan di depannya? Saat ia
hanya dihadapkan pada masa depannya. Namun ketika dia mempunyai dua jalan di
hadapannya siapa yang harus ia pilih? Masa depannya atau masa lalunya? Haruskah
aku memberikan kesempatan untuk Kyuhyun memperbaiki dirinya dan memintaku
mengulang semuanya dari awal? Melupakan masa laluku dengannya yang yang suram
dan kembali membentuk pribadi yang baru? Ataukah aku harus memilih Donghae?
Memberikan kesempatan kepadanya untuk menyusup masuk ke dalam hatiku dan
menjadi orang yang kuyakini sebagai masa depanku setelah kepergian Kyuhyun?
TBC---
***
MENURUT KALIAN MINNIE HARUS
MEMILIH SIAPA? Oke author galo nih harus memilih siapa-_,- secara mereka bedua
bias author di suju, jujur author gabisa bayangin endingnya bakal sama siapa.
Voting dulu ya. Pilih Kyuhtyun apa donghae? U__u
Oh iya bagi yang mual baca ff
author dipersilakan mengambil ember yang sudah disediakan -_,- makasih. Mohon
kritik dan sarannya ya. *bow*
Langganan:
Postingan (Atom)