Selasa, 27 November 2012

FF : Chance part 1



Cast :

·         Cho Kyuhyun
·         Lee Donghae
·         Park Minnie
·         Other cast

Genre : romance , straight

Rating : PG-13

Hai, akhirnya aku kembali‘-‘)/ ini ff keduaku. Masih sangat awam lah dari dunia per ff an. Semoga lebih baik dari ff pertama yang berantakan itu ya-_,-  jangan lupa kritik dan sarannya ya ‘-‘

***

Minnie’s POV
                Aku berlari melawan sinar matahari yang mulai menyinari kota dan membuatku kesulitan melirik jam tanganku, “aiishhh, sebentar lagi aku akan ketinggalan bus” gerutuku. Aku berlari semakin kencang menuju ke halte bus. Ya aku tinggal sendirian di apartemenku sehingga tak ada yang membangunkanku di pagi hari. Orang tuaku sedang bekerja di luar kota, aku tak bisa ikut pindah bersama mereka mengingat aku sudah bekerja di sini.
                “hahh hahh hahh...” aku berhenti sejenak untuk mengatur nafasku yang sudah tak beraturan itu. Ku lirik seseorang yang berdiri tak jauh denganku sedang memperhatikanku. Tubuhnya bersandar pada pagar sebuah rumah yang bisa dibilang cukup mewah.
                Ya, dia adalah namja yang setiap hari selama seminggu ini mencuri senyuman pertamaku di pagi hari, namja dengan postur tubuh tegap, badan yang cukup tinggi dan memiliki bibir tipis itu terus memandang ke arahku sambil tersenyum.
                Aku membalas senyumannya, senyuman pertama yang selalu kusiapkan untuk namjachinguku kembali di rebut olehnya. Senyuman itu selalu menghiasi wajahnya pagi hari selama seminggu terakhir ini. Nuguya? Aku bahkan tak tahu namanya.
                Aku terus berlari dan pada akhirnya berhasil menyusul bus pagi ini, “hah..hah..hampir..hah..saja terlambat” aku kembali mengatur nafasku sambil duduk di kursi bus, aku harus mengantarkan sarapan pagiku kepada namjachinguku. Aku memang terbiasa membuatkan bekal setiap pagi untuknya.
                Semilir angin mulai bermain-main dengan rambutku, pikiranku melayang. Ahh namja yang akhir-akhir selalu memberikan senyuman manisnya untukku mulai mengganggu pikiranku. Aku tersenyum mengingat senyumnya yang menghiasi pagiku. Aku mulai membandingkan namja itu dengan namjachinguku sendiri, Cho Kyuhyun.. Ya....Bahkan, Kyuhyun tak pernah menjadi orang pertama yang memberikan senyumannya kepadaku,  namja yang sudah lama hadir dalam hidupku memang sangat cuek denganku. Bahkan terkadang omongannya terdengar cukup pedas di telingaku, ahh.. aku hanya bisa membalasnya dengan tersenyum, aku tahu Kyuhyun tak bermaksud untuk melukai hatiku.
                Aku dan Kyuhyun sudah hampir 2 tahun berpacaran, meskipun kami masih belum lama menjalin kasih, namun aku sudah lama menyimpan perasaan dengan Kyuhyun, aku dan dia memang kuliah di tempat yang sama, Kyuhyun dan aku sangat berbeda jauh, tak banyak orang yang mengenalku. Sedangkan Kyuhyun adalah namja yang cukup populer di kampusku. Tak sedikit yeoja yang mengidolakannya, termasuk aku.
                Ya, menjadi yeojachingu seorang calon penerus perusahaan Cho merupakan hal yang cukup mengagetkan dalam hidupku, bagaimana bisa seorang Cho Kyuhyun mendekatiku dan menyatakan perasaannya kepadaku, setahuku dia sempat berpacaran dengan model yang cukup terkenal. Bagaimana bisa dia memilih yeoja biasa-biasa saja sepertiku? Berbagai pertanyaan itu kadang menggelitik pikiranku, aku tak berani menanyakan itu kepada Kyuhyun. Biarlah itu menjadi misteri terbesar dalam hidupku.
                Tak terasa bus sudah sampai di tempat pemberhentiannya yang tak jauh dengan kantor Kyuhyun, aku turun dari bus dan berjalan masuk ke dalam kantor Kyuhyun.
                “annyeonghaseyo, ada yang bisa kubantu?” sapa resepsionis.
                “annyeonghaseyo, emm.. bisakah kau memberikan sarapan ini kepada Tuan Cho Kyuhyun?” aku tersenyum sambil menyodorkan kotak makanan kepadanya. Aku tahu Kyuhyun belum datang ke kantor. Dia terbiasa bangun kesiangan sehingga selalu melewatkan sarapan paginya.
                “ne” resepsionis itu mengangguk, bukan tatapan ramah yang biasa kudapatkan dari seorang resepsionis di kantorku, melainkan tatapan membunuh yang siap siaga menyerangku jika kekesalannya sudah memuncak. Aku tahu tak sedikit para pegawai wanita yang membenci dan berpura-pura baik terhadapku hanya karena aku telah merebut namja yang sudah mereka idolakan semenjak Kyuhyun mulai bekerja di sini.
                “ahh kamsahamnida” kataku sambil tersenyum getir dan berbalik menuju pintu keluar, kantorku dan kantornya bisa dibilang cukup dekat, aku tak memerlukan waktu lama berjalan menuju kantorku.

Kyuhyun’s POV
Aku berjalan gontai berjalan masuk ke dalam kantorku. Cih, kalau bukan karena ada meeting pagi ini, aku bahkan takkan sudi menginjakkan kakiku di kantor sepagi ini.
“selamat pagi, Tuan muda Cho” sapa seorang resepsionis yang datang menghampiriku, resepsionis itu tersenyum kepadaku dan membungkukkan badannya. Aku membalasnya dengan membungkukkan sedikit badanku. Ahh.. seorang Cho Kyuhyun memang terkenal dengan keangkuhannya, bukan?
Resepsionis itu menatapku malu-malu, yeoja mana yang tak terpesona dengan ketampanan calon pemimpin perusahaan Cho? Aku membalas senyumnya sambil memamerkan senyuman khasku yang cukup membuatnya lupa akan segala hal selama beberapa menit.
“m...mianhaeyo..tuan...baru saja yeojachingu tuan datang kesini dan memberikan ini...” resepsionis itu menyodorkan kepadaku sebuah kotak bekal berukuran sedang. Aku menelan ludah. Gadis norak itu...
“ah, buang sajalah isinya dan katakan saja padanya kalau aku menikmati bekal darinya...” aku mendorong kotak bekal yang disodorkan padaku dan langsung berjalan melewati resepsionis itu.
Sudah kupastikan resepsionis itu takkan mencelaku atau menceritakan hal-hal yang buruk tentangku kepada teman-temannya, melainkan sebuah pujian yang kudapatkan, para pegawai wanita di kantorku memang sudah dibutakan dengan pesona wajah tampanku. Ya, mereka takkan bisa lagi membedakan hal yang baik dan buruk dalam diriku, terlena dengan senyuman yang kuberikan Cuma-Cuma kepadanya yang pada akhirnya membuatnya melupakan bagaimana caranya bernapas.
Aku tersenyum bangga sambil merapikan jasku. Sebenarnya mereka sudah lama mengetahui bahwa aku sangat jarang sekali menerima sarapan pemberian dari Minnie. Mereka melakukan itu hanya sekedar untuk berbasa-basi agar bisa bertatap muka dan berbicara langsung denganku.
Aku menyusuri lorong yang membawaku ke arah ruanganku berada, tiba-tiba bayangan Minnie, gadis polos dan baik hati itu berkelebat dalam pikiranku. Aku memang selalu menolak sarapan pemberiannya setiap pagi, bukan karena masakannya yang tidak enak, aku hanya memikirkan bagaimana cara Minnie membuatkan bekal untukku dengan penuh cinta, bukankah itu terdengar sangat menjijikkan?
Gadis itu, orang yang selalu menemani dan memperhatikan segala hal kecil tentangku selama hampir 2 tahun ini memang kadang sedikit menggangguku dengan kebiasaan kampungannya, mengantarkan bekal setiap pagi untukku dan berharap aku memakan pemberiannya dengan lahap kemudian mengatakan ‘makananmu enak sekali, aku sangat menyukainya. saranghae’. Ahh, aku bergidik geli. Aku bahkan sama sekali tak tertarik dengannya, gadis culun itu hanya sebagai tameng dalam hidupku selama aku bekerja. Gadis itu yang membuat para pegawai wanitaku  menahan rasa keinginan mereka yang kian membara untuk mengambil hatiku, Gadis itu yang membuatku merasa tenang di rumah tanpa terus di berondong dengan pertanyaan ibuku yang selalu menanyakanku kapan aku akan menikah dengan wanita pilihannya, gadis itu pula yang kujadikan pelampiasan kekesalan dan kekecewaanku terhadap mantan kekasihku Ryena, seorang model cantik dengan postur tubuh tinggi semampai dan lekuk tubuh indah yang pergi meninggalkanku tanpa alasan yang jelas.
Ryena membiarkanku terpuruk sendirian menanti kedatangannya. Tiga bulan setelah penantianku terhadapnya, dia datang menghadapku dengan senyum mengembang dari wajahnya. Kupikir dia datang dan memintaku untuk kembali ke pelukannya,nyatanya dia malah memintaku secara pribadi datang ke pernikahannya. Aku merasa tak ada harganya saat itu juga, jadi penantianku selama ini tak membuahkan hasil, seenaknya saja dia berhubungan gelap dengan mantan kekasihnya dan pada akhirnya memutuskan untuk menikah dengannya. Ya, sejak saat itu aku bersumpah takkan pernah mencintai yeoja manapun di dunia ini, bahkan mungkin istriku sendiri. Sejak saat itu pula aku mulai berubah, aku mengencani berbagai macam wanita yang rela menyerahkan tubuhnya sendiri untuk sekedar memuaskan nafsuku.
                Aku duduk di kursi, dinginnya AC mulai menerpa tubuhku dan membuat bulu kudukku meremang. Aku melirik jam dinding di ruanganku. Sebentar lagi meeting akan berlangsung. Aku mengeluarkan handphoneku dan langsung menghubungi nomor dari kontakku.
                “yoboseo...” kudengar suara di seberang teleponku.
                “hyukjae, kirimkan aku wanita yang mirip dengan Ryena setelah aku selesai meeting. Aku akan membayarmu setelah aku puas bermain-main dengannya” ucapku sambil tersenyum miring.
***
Seoul, South Korea
100110, 10.00 AM
Donghae’s POV
                Aku berjalan menyusuri kota Seoul dengan menenteng berbagai berkas dan data pribadiku. Na Young tidak masuk sejak aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Aku juga sudah mencoba menghubunginya berapa kali namun tak ada hasilnya, Na Young tidak mengaktifkan handphonenya, aku juga sudah mendatangi rumahnya untuk sekedar mengecek keadaannya, namun rumahnya seperti kosong tak berpenghuni. Yah, untuk beberapa hari ini pula aku masih bisa bebas berkeliaran di kantorku, sebelum Na Young menendangku keluar dari perusahaannya.
Ahh, rasanya sudah lama sekali pula aku tak melihat gadis itu lagi, semenjak aku memutuskan hubunganku dengan Na Young, aku berhenti pula untuk menjadi kaki tangannya di kantor dan orang yang rela berpanas-panasan menunggunya keluar dari rumah, dan tentu saja otomatis aku tak bisa lagi melihat gadis itu berjalan melewatiku.
                Selama aku berpacaran dengan Na Young, aku selalu memperhatikan gadis itu berjalan melewatiku dengan semangat yang menggebu-gebu. Dapat kurasakan aura bahagia yang melingkupi perasaannya setiap pagi. Bahkan sepertinya aku merasa jauh lebih mengenalnya dibandingkan dengan Na Young, yeoja yang sudah hampir 2 tahun aku pacari, sekalipun aku tak pernah mengetahui siapa namanya.....
                Sejak berpacaran dengan Na Young, orang yang sangat aku sayangi ini, aku merasa semakin menjadi seorang pengecut. Na Young, yeojachingu sekaligus atasanku sendiri di kantorku adalah wanita yang sangat menjaga harga diri dan nama baiknya di hadapan para petinggi-petinggi perusahaan saingannya. Dia tak pernah mengakui hubungan kami yang sudah berjalan selama hampir 2 tahun ini, dia selalu menyebutku dengan sebutan kaki tangannya. Ahh, aku tak pernah menolak dianggap seperti itu, aku mencintainya. Lagipula, seandainya aku yang pertama memutuskan hubungan gelap ini, tentulah aku akan terancam kehilangan pekerjaanku yang sudah susah payah aku dapatkan. Sudah kubilang, aku adalah lelaki pengecut.
                Selama hampir dua minggu terakhir ini Na Young memintaku untuk menjemputnya setiap pagi karena mobil yang biasa ia pakai sedang di servis dan tak kunjung baik. Mungkin Na Young akan berfikir aku akan menghamburkan uang dengan menyewa mobil untuk sekedar menjemputnya dan menjaga reputasinya di kalangan para petinggi perusahaan. Tentu saja niat itu tak sedikitpun melintas dalam pikiranku. Aku sangat mencintai motorku dan tak pernah berniat untuk menukarkannya dengan mobil.
                Selama hampir dua minggu ini pula aku telingaku terus terasa panas karena ucapan-ucapan Na Young yang kerap memaksaku untuk mengganti motorku dengan mobil. Ahh, aku hanya terus tersenyum kepadanya dan berkali-kali pula menjelaskan kepadanya bahwa aku tidak akan mengganti motorku.
                Ahh, setiap pagi itu pula, aku akan merasa menjadi namja paling sabar yang rela panas-panasan menunggu yeojaku keluar dari rumahnya dan memakiku karena tak kunjung mengganti motorku, tapi di balik semua itu... gadis lucu yang selalu melintas di depanku merupakan penyemangatku setiap pagi. Gadis lucu dengan tubuh yang tak terlalu tinggi dan bibir yang mungil itu melihat ke arahku dan menyunggingkan senyumnya. Yah, aku bahkan tak bisa menafsirkan tatapan dan senyumannya itu. Semua terasa misterius bagiku dan seketika mengacaukan sistem kerja otakku, namun terkadang hanya dengan melihatnya berlari melewatiku cukup menjadi obat yang menenangkan hatiku. Meskipun aku tak pernah berkenalan dengannya, setidaknya aku bisa mencuri senyumannya di pagi hari.
                Banyak orang yang mengatakan kalau sabar itu pasti ada batasnya. Menurutku tidak, kalau sabar ada batasnya, bukanlah sabar namanya. Mereka hanya terlalu lelah dan kehilangan kekuatan untuk terus bersabar, sama sepertiku. Aku sudah terlalu lelah mempertahankan hubunganku dengan Na Young yang tak jelas ini. Aku sudah menunggu selama hampir 2 tahun untuk mendengar Na Young mempublikasikan hubunganku dengannya dan bersedia untuk segera kulamar menjadi Ny. Lee tapi kata itu mungkin mustahil untuk diucapkan oleh seorang Park Na Young, aku bukanlah namja yang haus akan harta kekayaan atau reputasiku yang pastinya akan langsung bisa meroket karena bisa meluluhkan hati yeoja yang di kenal sangat menjaga reputasinya ini. Seandainya aku ingin tetap menunggu, aku pasti akan terus menunggu Na Young, tapi sampai kapan? Bukankah seorang namja juga memerlukan kepastian dari yeojanya untuk bisa melangkah ke jenjang yang lebih serius?
                Ya, seorang Lee Donghae bukanlah lelaki yang pengecut lagi saat itu. Tiga hari yang lalu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Na Young. Aku bahkan sudah berlatih saat malam hari hanya untuk mengucapkan kata itu. Bagaimanapun juga aku tak ingin menyakiti yeoja yang sudah mengisi kekosongan hidupku selama hampir dua tahun ini. Aku bahkan sudah menyiapkan beberapa berkas dan data diriku, berjaga-jaga kalau suatu saat Na Young akan mendepakku dari perusahaannya mengingat aku sudah melukai perasaannya. Selamat tinggal Na Young, aku mungkin akan memberikan kesempatan kepada hatiku untuk mencari penggantimu.. gadis di pagi hari itu.....
                Tak terasa kakiku berjalan menuntunku masuk ke sebuah perusahaan. Aku menelan ludah, “perusahaan keluarga Cho...”  desisku. Perusahaan ini merupakan saingan bebuyutan perusahaan Na Young. Aku membulatkan tekadku untuk memasuki perusahaan ini, berharap akan adanya sedikit belas kasihan dari pemilik perusahaan yang menerimaku di perusahaannya.. Setidaknya, jika aku diterima di perusahaan ini, aku sudah menyiapkan masa depanku apabila suatu waktu Na Young mengusirku dari perusahaannya.
                Aku berjalan mantap menuju meja resepsionis, tiba-tiba seorang gadis berlari menabrakku, aku melihat ke arahnya sekilas dan sukses membuat mataku membelalak, gadis itu.... gadis yang setiap hari memberikan senyuman untukku, sedang menangis?! Untuk apa dia di sini? Ahh berbagai pertanyaan menyelimutiku yang akhirnya menuntunku pergi dari perusahaan Cho dan berlari mengejarnya.
                Aku berusaha mengikuti kemana arah gadis itu pergi dan mengikutinya, aishh, bagaimana mungkin aku menjadi seorang pekerja yang tak profesional? aku melewatkan kesempatanku untuk memperbaiki masa depanku dengan melamar pekerjaan di perusahaan Cho. Bagaimana mungkin aku lebih memilih mengejar gadis itu? Ahh.. bukankan pekerjaan dan gadis itu merupakan masa depanku? Ya, seorang Lee Donghae akan berhenti menjadi pengecut dan membiarkan gadis itu yang akan menuntunnya ke masa depan.

Minnie’s POV
                Aiishh, selama ini aku cukup kesal dengan Kyuhyun yang seenaknya mengatur jadwal berkunjungku ke perusahaannya, “kau hanya boleh datang ke perusahaanku apabila kau tidak sibuk di kantormu dan tidak boleh datang pagi hari ataupun malam hari, karena aku akan sangat sibuk. Kau hanya boleh menemuiku setelah makan siang..bla...bla....bla...”  aku menirukan ucapan Kyuhyun yang terdengar sangat cerewet dan menyebalkan saat membahas masalah kedatanganku ke perusahaannya.
                Aku mencoba untuk curhat dengan sahabatku Minra yang satu perusahaan dengan Kyuhyun, ya aku mengetahui kalau Kyuhyun menjadi idola para pegawai dari Minra. Dari Minra juga, malam itu aku mendengar pernyataan pahit yang membuat dadaku sesak. Kyuhyun sering berkencan dengan membawa para gadis-gadis cantik ke ruangannya.
                “dengarkan aku Minnie-ah~, Kyuhyun bukanlah orang yang tepat untukmu!!” teriakan Minra tadi malam masih terngiang di telingaku.
                Bukannya mempercayai Minra dan langsung menelpon Kyuhyun, alih-alih aku malah balas meneriakinya dan membela Kyuhyun mati-matian. Ya, tadi malam aku bertengkar hebat dengan sahabatku sendiri.
                Batinku mengatakan Kyuhyun bukanlah namja yang seperti itu, bagaimana mungkin Minra bisa menyimpulkan Kyuhyun berkencan dengan berbagai wanita hanya dengan melihat wanita berpakaian seksi masuk ke dalam ruangannya dan bersama dengan Kyuhyun di ruangan itu dengan waktu yang cukup lama.
                “Ya, aku harus mencari tahunya sendiri” aku melangkah masuk ke dalam perusahaan Kyuhyun. Hari ini aku sudah meminta izin kepada atasanku untuk memberikanku  cuti satu hari. Aku takkan bisa berkonsentrasi dengan keadaan hatiku yang terus berkecamuk ini.
                “anyyeonghaseyo nona, ada yang bisa kami bantu?” lagi-lagi resepsionis itu berlaku sok manis di hadapanku.
                “ahh, aku ingin bertemu dengan Cho Kyuhyun” ucapku dingin.
                “maaf nona, tapi Tuan muda Cho tidak ingin di ganggu, dia sedang bersama klien wanitanya.” Kata resepsionis itu lagi.
                Wanita? Ahh, aku sudah mulai kehilangan akal sehatku, ucapan Minra benar-benar harus dibuktikan sekarang. Aku berlari menerobos kerumunan para pegawai kantor itu. Berlari secepat kilat menuju ruangan Kyuhyun. Sayup-sayup kudengar resepsionis itu berteriak memanggil satpam. Ahh aku tak peduli, sekalipun satpam itu akan mengusirku dari perusahaan Kyuhyun. Hanya ada 1 kebenaran yang akan segera terjawab. Minra atau Kyuhyun yang telah membohongiku. Semua ini harus segera terjawab sebelum emosiku terhadap pernyataan Minta berubah menjadi kebencian.
                Aku terengah-engah berusaha meraih gagang pintu yang tertutup rapat itu. Membukanya dengan sekuat tenagaku. Dikunci. Aku semakin curiga saja, dengan gemetar aku mengambil kunci cadangan yang pernah Kyuhyun berikan kepadaku sewaktu aku meninggalkan handphoneku di ruangannya. Kulihat satpam dan resepsionis berlari mendekatiku, mereka sudah hampir menggapaiku.
                Ya... pintu ruangan pun terbuka, dan... apa yang sudah kulihat? Pemandangan menjijikan itu benar-benar terjadi di hadapanku. Kyuhyun tengah berusaha melucuti celana dalam wanita yang sedang dikencaninya. Hatiku pilu melihat keadaan menyedihkan ini, bisa-bisanya orang yang sangat menjaga kehormatanku dan tak pernah menyentuhku ini sedang bercinta dengan wanita jalang itu?
                Kyuhyun terlihat shock saat melihatku, satpam dan resepsionis itu melihatnya dengan keadaan yang begitu menjijikan itu. Aku mulai melupakan bagaimana cara bersikap di dalam perusahaan itu.
                Mukaku merah dan airmataku merebak, membuat pemandangan sekelilingku mengabur, ini bagaikan mimpi... oh Tuhan... aku menyeka airmataku berkali-kali dan kembali memfokuskan mataku dengan namja yang sekarang menutupi bagian sensitif dari tubuhnya yang sudah terekspos jelas di depan mataku, amarahku sudah mengalahkan rasa maluku.
                Aku meludah, “kau masih mempunyai rasa malu? Hah?”
                Kyuhyun dan wanita jalang itu hanya diam terpaku, kemarahanku benar-benar memuncak. Dapat kulihat ketegangan di wajah Kyuhyun, setelah reputasinya hancur gara-gara yeojachingunya sendiri.
                Aku menatap ke arah satpam dan resepsionis yang hanya diam membatu, “KAU BILANG INI YANG DISEBUT KLIEN?? HAH??!! OHH MUNGKIN SAJA KAU JUGA TERMASUK SALAH SATU KLIEN KYUHYUN YANG RELA MENYERAHKAN TUBUHMU UNTUK DINIKMATINYA?? HAH??!!” tudingan itu meluncur begitu saja dari bibir mungilku. Mata resepsionis itu membesar saat dia mendengar tuduhan yang kulontarkan padanya. Dia tak berani menyanggah, mungkin tak bisa mengelak lagi saat aibnya ketahuan. Cih.
                Airmataku kembali memenuhi pelupuk mataku. Namja yang sudah lama kucintai ini...bisa-bisanya dia hanya mempermainkanku. Aku berlari keluar kantor secepat yang aku bisa, aku membencimu Cho Kyuhyun.
                BUKKK!! Aku menabrak seseorang. Airmataku sudah benar-benar memenuhi kedua bola mataku sehingga cukup menyulitkanku untuk mengetahui siapa yang kutabrak. Aku langsung berlari meninggalkan orang itu.
                Aku berlari menuju taman, menumpahkan semua kekesalanku disana, membayangkan sosok Cho Kyuhyun yang begitu sempurna selama beberapa tahun ini sekarang semuanya terasa palsu, senyumnya, candanya, semua terasa hanya sandiwara belaka.
                Aku terduduk di dekat bangku taman, menumpukan kedua tanganku di atas bangku dan membenamkan wajahku di sana. Pada kenyataannya, hanya aku yang merasa bahagia memiliki Kyuhyun, bukan dia. Kyuhyun tak pernah merasa bahagia saat bersamaku. Ya, senyum bahagianya itu hanya ditunjukkan kepada mantan kekasihnya, Ryena. Bagaimana mungkin seorang gadis biasa-biasa saja ini bisa mengalahkan pesona Ryena dimata Kyuhyun? Bagaimana mungkin Kyuhyun melupakan masalalunya itu dan langsung jatuh cinta dengan gadis sepertiku? Apakah ini merupakan takdirku harus jatuh cinta sendirian? Ahh, jatuh cinta itu hanya untuk orang-orang yang saling mencintai, bukan sepertiku yang harus mencintai sendirian.
                Kurasakan seseorang menyentuh bahuku dan menarik lenganku. Kyuhyunkah? Aku menoleh menatap orang yang ternyata adalah....... namja itu......... namja yang setiap hari selama hampir dua minggu ini mencuri senyumanku. Namja itu membimbingku untuk duduk di bangku taman, di sampingnya. Aku menuruti permintaannya dengan keadaan wajahku yang sangat kusut, namja itu datang dan mengusap airmataku dengan kedua ibu jarinya. Memamerkan senym tipisnya.
                “uljimaaa” bisiknya, namja itu menepuk-nepuk bahunya, menyuruhku untuk segera menumpahkan kekesalan di bahunya. Aku menurut, membasahi jaket coklat yang dikenakannya dengan airmataku, namja ini.... bagaimana mungkin bisa membuatku nyaman, namja yang tak pernah kuketahui namanya ini hanya berusaha menenangkanku. Dia tak berbicara sepatah katapun dan hanya membiarkanku terlarut dalam kesedihanku.
                Aku meremas ujung jaket namja ini dan berteriak kesal, memori-memori saat aku bersama dengan Kyuhyun, saat Kyuhyun menjatuhkan pilihannya dengan menjadikanku sebagai yeojachingunya, saat Kyuhyun membelai rambutku...arrgghhh!! semuanya hancur bagai keping-keping puzzle di otakku. Pemandangan menjijikan itu terus saja  bermain-main di otakku.
                Setelah puas menangis di hadapan namja yang tak kukenal itu. Aku berniat pulang, “gamsahamnida ” ucapku sambil membungkuk ke arahnya. Lama sekali aku membungkuk ke arahnya, namja yang tak kukenal ini sudah meluangkan waktunya untuk mendengarkan isak tangisku. Aku bahkan tak kuasa mengucapkan satu katapun padanya. Pikiranku benar-benar kacau.
                “ne, hmmm... ” namja itu juga terlihat bingung harus berkata apa melihat reaksiku yang sedikit berlebihan ini. Aku hanya tersenyum getir ke arahnya. Mungkin dia memaklumi dengan keadaanku yang sudah hancur berkeping-keping ini dengan tidak menanyakan pertanyaan yang membuatku bertingkah layaknya orang gila. Aku berniat untuk meninggalkan namja itu, tiba-tiba namja itu menarik tanganku.
                “bisakah kau memberikan kartu namamu?” tanyanya.
                “ahh... ” aku mengeluarkan tasku dan memberikannya kartu namaku. Namja itu tersenyum puas saat membaca kartu namaku, “ahh...  Park Minnie-ssi, panggil saja aku Donghae” ujarnya sambil terus tersenyum kepadaku, “aku harap ini bukanlah pertemuan terakhir kita” lanjutnya.
                “ne” ucapku parau, aku membalas senyumannya, ahh... namja yang kukenal hanya lewat senyumannya setiap pagi ini, bisa menenangkanku hari ini....
***
Seoul, South Korea
100113, 08.00 PM
                Aku duduk di bangku taman kesukaanku. Dulu, sewaktu aku masih kecil, aku selalu menghabiskan waktuku dengan bermain-main di sana bersama dengan ayah dan ibuku sepulang mereka bekerja.
Ahh, aku sangat merindukan mereka. Setelah ayah dan ibuku pensiun dari pekerjaan mereka yang sekarang memisahkan jarak antara aku dengan mereka, mereka pasti akan segera kembali ke rumah dan menjadi keluarga utuh lagi dengan diriku. Hanya saja, sampai sekarang aku masih tak bisa memastikan kapan mereka akan pensiun.
Aku menghirup udara sebanyak mungkin, mengisinya ke dalam rongga-rongga dadaku, mengalirkannya ke arah mulutku dan membiarkan rongga mulutku terisi penuh dengan udara. Tiba-tiba seseorang mencubit pipiku dan tanpa sadar aku menghembuskan udara itu melalui mulutku.
“yakk!!” aku langsung menepis tangan orang yang dengan beraninya mencubit pipiku itu. Mataku mendelik kesal ke arah orang itu, ternyata.... namja itu lagi. Donghae, orang yang sudah membuatku meluapkan segala kesedihanku saat putus dengan Kyuhyun, namja yang membiarkan jaketnya kotor dan basah karena airmataku. Orang yang dulu setiap pagi dengan beraninya mencuri senyumanku kini tengah beralih dari tempatnya dan duduk di sampingku.
Kulihat mulutnya sedang sibuk mengunyah permen karet, “hi, apa kabar?” sapanya.
“b..baik Donghae-ssi...” aku terbata menjawab pertanyaannya, masih terasa asing bagiku melihat perlakuan dari namja ini yang seperti sudah sangat lama sekali mengenalku.
“jangan memanggilku dengan bahasa yang terlalu formal seperti itu... panggil saja aku Donghae, oh ya, karena aku lebih tua beberapa tahun darimu, panggil aku Oppa..” dia terus mengunyah permen karetnya sambil terus berbicara denganku.
“ah...mianhamnida...” lagi-lagi aku mengeluarkan bahasa formalku kepadanya.
“aigoo...” Donghae meludahkan permen karetnya ke sembarang tempat.. aisshh.. tidak sopan, rutukku dalam hati, “sedang apa kau disini?” lanjutnya sambil memamerkan senyum khasnya yang sedari tadi tak kulihat gara-gara permen karet itu.
“entahlah, hanya melihat anak-anak itu bermain di taman” jawabku jujur.
“kau suka anak-anak?” tanyanya lagi.
“mollayo. Sepertinya iya, aku tak mempunyai saudara. Hmm.. daritadi aku hanya memperhatikan keadaan mereka yang sedang tersenyum bahagia, hidup dalam dunia dalam keadaan tanpa beban.. ah anak-anak yang manis..” aku melanjutkan, “maksudku, disini mereka sedang tertawa bahagia, yeah, melihat orang tertawa bahagia saja sudah cukup membuatku bisa mengurangi kekecewaanku. Di saat kesedihan muncul, di saat itu pula kebahagiaan menyusulnya. Bukankah kebahagiaan itu selalu berjalan berdampingan dengan kesedihan? Mungkin saat ini aku hanya sedang tidak berpijak pada roda kebahagiaan..” aku menjabarkan perasaanku kepada seorang namja yang bahkan sama sekali tak mengerti jalan hidupku. Ya, sampai sekarang mungkin dia masih tidak mengerti dengan keadaanku dan kenapa aku menangis saat itu.
Donghae memalingkan wajahnya dari taman dan beralih memandangku, tatapan matanya yang meneduhkan itu menatapku tepat di kedua bola mataku, “yah, sangat sulit mengatakan bahwa aku juga sejalan denganku”
“maksudmu?” tatapku tak mengerti, sejalan?
“aku juga sedang bersedih, harus berpisah dengan orang yang aku sayangi. Orang yang selama ini sudah lama mengusik akal pikiranku, membuatku lupa akan segalanya dan menjadikannya sebagai pusat duniaku saat itu. Sayang aku terlalu pengecut untuk melanjutkan hubunganku yang tak tentu arah itu dengannya dan nekat mempertaruhkan pekerjaanku dengan memutuskannya pertama kali. Sungguh lucu memang mendengar seorang bawahan rendahan sepertiku bisa menjalin kasih dengan atasan wanitanya dalam tempo waktu yang cukup lama. Tapi inilah kenyataannya. Selama seminggu ini aku merasa sudah benar-benar menyakiti hati seorang yeoja. Dia bahkan sudah tak masuk lagi ke kantornya sejak kejadian itu. Setiap hari pula aku berusaha menghubunginya dan mendatangi rumahnya, tapi tak pernah mendapatkan respon darinya. Untuk saat itu, aku merasa seperti orang gila yang mondar-mandir di depan pagar rumahnya, namun Na Young tak pernah mau membukakan pintu pagar rumahnya untukku. Sudah kubilang, aku terlalu pengecut untuk menyelinap masuk ke dalam rumahnya, sekedar menemukannya di dalam rumah dan berlari memeluknya..”
Aku terhenyak mendengar penjelasannya. Ugh. Mataku mulai terasa panas lagi,kenapa namja ini harus mengungkit masalah percintaannya yang membuat pikiranku kembali menuntunku mengingat wajah Kyuhyun?
Aku berusaha menghapus kilasan-kilasan wajah Kyuhyun dengan berkonsentrasi menatap mata namja di hadapanku ini. Matanya seakan berbicara dengan mataku dan sepertinya berusaha mengatakan sesuatu yang tak bisa kutafsirkan, matanya seakan berbicara ‘mungkin aku akan melupakan yeoja itu dan menjadikanmu masa depanku, pusat duniaku yang baru’ ckckkc aiishh.. bisa-bisanya aku menafsirkan pandangan matanya yang misterius itu. Ya, aku merasa sangat nyaman di dekatnya, meskipun kami baru saja bertemu 2 kali tapi caranya memperlakukanku layaknya orang yang sudah bertahun-tahun mengenalku. Atau ini hanya perasaanku saja? Bukankah orang yang sedang patah hati itu tidak bisa berpikir jernih? Mungkin saja efek berpisah dengan dengan Kyuhyun membuat sentuhan biasa dari seorang namja ini terasa spesial di hatiku.
Donghae rupanya mulai menyadari perubahan air mukaku ketika dia membahas masalalunya, dia langsung meloncat dari bangku taman, meraih sapu tanganku. Matanya tak pernah lepas dari manik mataku, “perhatikan sapu tangan ini” suruhnya.
Aku menurutinya dengan ekspresi muka bingung. Ia tersenyum dan tiba-tiba saja dari sapu tanganku keluar setangkai bunga mawar berwarna merah muda.
“ah ini untukmu..” ujarnya sambil mempersembahkan setangkai bunga mawar merah mudah itu kepadaku.
“yeppeo!!” seruku, refleks saja tanganku terulur meraih tangkai mawar yang diberikannya, aku menghirup dalam-dalam wangi dari mawar itu, menyesap aroma yang keluar dari bunga mawar itu dengan hidungku, “kenapa harus merah muda?” tanyaku.
“karena aku tahu kau berhati lembut, mawar ini untuk melambangkan hatimu yang sesungguhnya..” terangnya. Donghae beranjak dari tempatnya dan menjulurkan tangannya di depanku. Meraih tanganku yang tergantung bebas di udara, “ayo kita mencari es krim, aku yang akan mentraktirmu...” lagi-lagi namja ini berlaku manis di hadapanku.
***

Kyuhyun’s  apartment
100124, 14.40
Kyuhyun’s POV
            “Argghhh!!” aku mengacak rambutku dan membuatnya berantakan. Ah, aku benar-benar tidak bisa melakukan hal yang benar lagi sejak kepergian gadis itu. Ya, setelah aku berpisah dengan Minnie, aku semakin kehilangan konsentrasi bekerjaku. Kehilangan semangat hidupku.
                Kenapa di saat aku sudah berpisah dengannya aku baru menyadari bahwa aku sudah melupakan Ryena dan beralih mencintainya?
                Aku berjalan ke arah sebuah kamar yang kukhususkan hanya aku saja yang boleh memasukinya. Sebuah kamar rahasia yang bahkan sangat kujaga privasinya melebihi kamar pribadiku sendiri.
                Perlahan-lahan aku membuka kamar itu, “ah..bahkan kau tidak sadar, sudah 6 bulan terakhir ini kau tak pernah menyentuh kamar ini..” aku berbicara pada diriku sendiri. Membatu dengan pemandangan yang ditimbulkan dari kamar ini. Kamar ini terlihat kusam dengan hiasan sarang laba-laba dan tumpukan debu yang menyelimuti ruangan ini.
                Berbagai macam ekspresi tergambar di dinding tembok kamar ini. Ya, dulu sewaktu aku masih berpacaran dengan Ryena, aku masih melakoni hobiku sebagai fotografer, menghabiskan waktuku bersama Ryena dan menyuruhnya bergaya di depan kamera hanya untukku. Tentulah bagi seorang yang gila kamera seperti Ryena tak menyulitkannya untuk berpose sesuai keinginanku untuk kuabadikan di kamera.
                Berbeda sekali dengan Minnie, dia bahkan sangat membenci kamera, itu juga merupakan salah satu alasan untukku memilihnya menjadi pacarku. Melupakan kamera yang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Ryena.
                Aku tak pernah sadar, sejak kehadiran Minnie di hidupku. Secara tak langsung aku mengenalnya sebaik aku mengenal diriku sendiri. Meskipun aku tak pernah berniat mengingat semua kenanganku dengannya dan tenggelam dalam khayalanku bersama Ryena, tapi kebersamaanku dengan Minnie perlahan menghapus semua ingatanku tentang Ryena.
                Aku hanya tak menyadari hal itu dan bersikap seolah-olah aku tak bisa melupakan Ryena, meskipun aku selalu menolak sarapan pagi yang dibawakannya untukku. Bukankah setiap pagi aku selalu mengharapkan ada seorang resepsionis yang datang ke arahku dan menyodorkan kotak makanan itu kepadaku? Bukankah aku yang selama ini mengacuhkan perhatiannya terhadapku itu namun secara diam-diam terus mengharapkan perhatiannya tak pernah pudar terhadapku?
                “Park Minnie, kau merangkak masuk ke dalam hatiku, mengubah perasaanku perlahan dan membuatku tak menyadarinya. Ya Park Minnie-ahh!!” aku berteriak geram, “aku merindukanmu. Bahkan sekarang hidupku terasa semakin kacau saat melihatmu pergi bersama namja yang tak kukenal itu. Yak!! Park Minnie-ahh.. apakah kau sudah melupakan kisah cinta kita yang berjalan selama hampir dua tahun itu?” aku berteriak frustasi.
                Tiba-tiba saja kantong celanaku bergetar, “yoboseo” jawabku dingin saat melihat nama yang terpampang di layar ponselku. Hyukjae.
                “yak! Kyuhyun-ahh.. akhir-akhir kau tidak memesan wanita yang mirip dengan Ryena lagi, huh?!  Aku sudah menyiapkannya khusus untukmu.” Aku mendengar suara tawa renyah yang di timbulkan oleh Hyukjae di seberang telepon. Ah, aku bahkan sudah tak memiliki hasrat untuk menyentuh wanita-wanita jalang itu lagi. Ya, bahkan aku tak menyadari hal ini. Aku tak pernah menyentuh Minnie, aku menghindari menyentuhnya dari napsu iblisku ini dengan menimbulkan persepsi dalam diriku bahwa dia terlalu polos dan tidak pandai dalam urusan ini. Ya, bahkan secara tidak langsung aku melindunginya. Aku sudah merasa dia adalah bagian dari hidupku. Akal pikiranku secara refleks selalu melindungi fisik dan batinnya dari hal yang akan menyakitinya.
                “heii!! Kyu... apa kau baik-baik saja?” hyukjae berusaha menyadarkanku dari lamunanku tentang Minnie.
                “ah hyung, aku sedang tidak tertarik. Simpan saja yeoja-yeoja itu untukmu” jawabku lirih sambil menutup ponselku.
“ Ya Minnie-ahh.. aku akan merebutmu kembali ke pelukanku sebelum namja itu membuatmu melupakanku” ucapku sambil meraih kunci mobilku dan berlari menuju ke garasi.

Donghae’s  apartment
100124, 15.15
Donghae’s POV
                Ahh, hari ini aku puas sekali mengerjai Minnie dan sukses membuatnya berkali-kali meneriakkan namaku hanya gara-gara aku berhasil mengalahkannya dalam permainan basket. Ah gadis polos itu, aku bahagia bisa mengembalikan sisi keceriaan dan kelembutan dari gadis itu, aku bahagia bisa membuatnya melupakan masalah yang menderanya dan membuatnya kehilangan senyumnya.
                Setiap hari, sejak pertemuanku dengan Minnie, aku semakin ketagihan untuk menemui dan menghiburnya, bahkan ketika malam tiba. Suara Minnie itu terasa sangat memabukkan di telingaku. Dia juga wanita yang sangat baik, rela menghabiskan waktunya untuk sekedar membantuku menyiapkan berkas dan data diriku saat aku berniat untuk melamar kerja. Ah rasanya sangat menyenangkan merasakan yeoja yang kau sayangi dan pekerjaanmu bisa berjalan maju beriringan. Tidak seperti saat aku dengan Na Young, pekerjaanku memang terus berjalan maju, tapi hubunganku? Hft.
                Ting Tong. Aku mendengar suara bel di tekan dari luar. Aku bergegas keluar dan membukakan pintu apartemenku. Kuharap itu adalah Minnie, mengingat kemarin aku telah memberikan kartu namaku kepadanya. Tidak adil rasanya dia membiarkan aku sendirian memiliki kartu namanya dan membuatku mengetahui identitas dirinya tanpa dia mengetahui identitas diriku. Setidaknya, siapa tahu dia memberanikan diri datang ke apartemenku.
                “hai, Donghae...” aku mendengar sebuah suara yang terdengar amat pilu di telingaku, Na Young datang menemuiku? Untuk apa? Bukankah selama ini dia tidak pernah muncul di kantor dan selalu mengabaikanku?
                Tangan mungil gadis itu meraih pundakku dan membenamkan wajahnya di sana, untuk kali ini aku masih dapat merasakan aura pedih yang dibawa oleh gadis ini. Aku masih dapat merasakan getaran jantungnya saat dadanya menyentuh dadaku. Aku tahu dia masih sangat mencintaiku. Cengkraman tangannya di pundakku takkan bisa menutupi semuanya. Dia hanya gadis yang telah dibutakan oleh harga diri dan reputasinya itu...
                Tanganku terasa ngilu dan lidahku terasa kelu untuk sekedar mengelus rambutnya atau berbicara dengannya. Aku hanya diam membatu membiarkan Na Young menumpahkan segalanya di bajuku. Ah Donghae, bukankah kau selalu bersikap seperti ini ketika melihat wanita yang kau sukai menangis di hadapanmu?
                “Oppa..aku mohon kembalilah....” ucapnya lirih, “aku akan melakukan apa saja untukmu asalkan kau kembali di hidupku oppa,. Jebal. Maafkan segala keegoisanku selama ini..oppa.. saranghae...saranghae... ” Na Young mengguncang-guncang bahuku. Memaksaku menatap matanya yang sarat akan kesedihan itu.
                “lihatlah oppa...” Na Young menggulung jaket yang daritadi di pakainya, aku bergidik ngeri melihat ukiran namaku di tangannya. Na Young menggores kulitnya dengan silet hanya untuk menuliskan namaku?
                “hentikan perbuatan bodohmu itu Na Young, kau hanya akan celaka kalau berlaku bodoh seperti itu” sial. Aku kehabisan kata-kata.
                “apalah artinya hidupku sekarang Oppa?  Percuma saja aku hidup kalau oppa sudah tak ada lagi di sisiku. Oppa.. jebal.. kembalilah” pintanya sekali lagi.
                Lidahku benar-benar mati rasa, aku tak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku menerima permintaan Na Young? Jika aku menerimanya bagaimana dengan Minnie? Jika aku menolak Na Young, itu berarti sebentar lagi aku akan menjadi seorang pembunuh secara tidak langsung. Haruskah aku menceritakan semuanya kepada Minnie dan melihatnya kembali bersedih? Oh Tuhan apakah seorang pecundang harus diberikan opsi yang sangat menyulitkan ini?

100124, 15.15 (at the same time)
Minnie’s POV
                Aishh.. kenapa hari ini perasaanku tidak enak? Apakah karena Donghae? Sepertinya aku harus pergi ke apartemennya dan menemuinya sekarang. Aku berlari menyusuri jalanan kota dan bergegas mencari taksi.
                Tiba-tiba langkahku dihentikan oleh sebuah mobil yang berhenti tepat di depanku. Sepersekian detik kemudian, aku baru menyadari kalau pemilik mobil itu adalah Cho Kyuhyun.
                Seketika itu juga lututku terasa lemas dan badanku terasa kaku, Kyuhyun? Untuk apalagi dia muncul di hadapanku? Kyuhyun keluar dari dalam mobil dan menyeretku ke arah sebuah bangunan tua, dia menyeretku paksa.
                “yak!! Cho Kyuhyun, lepaskan..” aku berusaha melepaskan tanganku. Tanganku terasa berdenyut nyeri saat dia melepaskan tanganku. Aku dapat merasakan kekesalan dan kemarahan yang membuncah dalam dirinya.
                Kyuhyun mendorongku ke tembok bangunan itu dan menciumku kasar. Lidahnya berusaha memaksa masuk ke dalam mulutku. Aku dapat merasakan kegundahan yang ada pada dirinya dari cara dia menciumku. Aku mengunci bibirku rapat-rapat dan berusaha melepaskan ciumannya.
                PLAKK!! Sebuah tamparan mulus mendarat di pipi Kyuhyun, “kau sudah gila Kyuhyun-ahh!!”jeritku.
                “ya, aku memang sudah gila Minnie-ah.. aku merasa sangat bodoh sudah berlaku jahat kepadamu.... ” ucapnya pilu. Dia meraih batu bata yang berada tak jauh dari tempatku dan dia. Ada beberapa tumpukan batu bata dari sebuah bangunan tua ini, “kau tau....” Kyuhyun mengepalkan tangannya dan meninjukan tangannya ke arah batu bata itu.
                Aku menjerit ngeri di buatnya, bagaimana mungkin? Batu bata itu terbelah dua hanya dengan satu kali pukulan? Tubuhku semakin lemas saat tangan Kyuhyun sudah dipenuhi oleh darah segar yang mengucur deras dari sela-sela jari tangannya. Kyuhyun langsung menarik tubuhku dan melingkarkan tangannya di badanku. Tubuhku sekarang sudah dipenuhi darah yang ditimbulkan oleh luka di tangannya.
“jangan bertindak bodoh seperti itu” desisku. Kyuhyun hanya terdiam, dia membenamkan wajahnya di pundakku. Aku merasakan cairan hangat mengalir di pundakku. Kyuhyun menangis?
                “aku mohon Minnie-ahh...dengarkan penjelasanku dulu..” Kyuhyun meminta ijin kepadaku untuk menjelaskan sesuatu. Penjelasan apa lagi? Penjelasan bahwa selama dua tahun ini dia tak pernah mencintaiku? Aku menyerah, akhirnya aku memberikan ijin kepadanya.
                Ahh jantungku terasa berdetak semakin keras saat mengetahui Kyuhyun membalas cintaku. Sedikit terlambat, meskipun dia tak pernah menyadari berapa lama waktu yang dia perlukan untuk melupakan Ryena dan beralih mencintaiku.  Aku tak kuasa menahan airmataku mendengar segala pengakuannya. Mengetahui keadaan yang sebenarnya bahwa Kyuhyun sudah lama menjadikanku hanya sebagai tameng dalam hidupnya.
                “Minnie-ahh...kembalilah padaku.... kita mulai semuanya dari awal...” pintanya lirih.
                Aku hanya diam membatu mendengar permintaan gilanya itu. Ya, dari lubuk hatiku yang terdalam, aku masih mencintainya. Aku masih mengharapkannya datang dan  menemaniku sepanjang hidupku. Tapi di sisi lain, aku sudah berjanji ingin melupakannya,membiarkan Donghae perlahan-lahan menyusup masuk ke dalam hatiku, dan...hatiku kembali terluka saat mengetahui keadaan yang tak pernah aku ketahui. Saat kejujuran itu terdengar sangat menyakitkan, saat aku merasa jauh lebih baik terlena dengan semua sandiwara Kyuhyun sebelum dia menyadari dia juga mencintaiku..
                 Pilihan ini terlalu berat untukku, banyak orang yang bilang kalau masalalu itu ada hanya untuk di kenang. Bukankah keadaan itu hanya berpihak pada orang mempunyai satu jalan di depannya? Saat ia hanya dihadapkan pada masa depannya. Namun ketika dia mempunyai dua jalan di hadapannya siapa yang harus ia pilih? Masa depannya atau masa lalunya? Haruskah aku memberikan kesempatan untuk Kyuhyun memperbaiki dirinya dan memintaku mengulang semuanya dari awal? Melupakan masa laluku dengannya yang yang suram dan kembali membentuk pribadi yang baru? Ataukah aku harus memilih Donghae? Memberikan kesempatan kepadanya untuk menyusup masuk ke dalam hatiku dan menjadi orang yang kuyakini sebagai masa depanku setelah kepergian Kyuhyun?
TBC---
***
MENURUT KALIAN MINNIE HARUS MEMILIH SIAPA? Oke author galo nih harus memilih siapa-_,- secara mereka bedua bias author di suju, jujur author gabisa bayangin endingnya bakal sama siapa. Voting dulu ya. Pilih Kyuhtyun apa donghae? U__u
Oh iya bagi yang mual baca ff author dipersilakan mengambil ember yang sudah disediakan -_,- makasih. Mohon kritik dan sarannya ya. *bow*

4 komentar:

  1. saeng kurang greget... :P
    suka pas scene Donghae ama Minnie... :')
    Minnie terinspirasi dari suamiku yahh? *slap
    Tingkatkan diksimu dan galaunya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai eon'-')/ makasih udah mau baca...ini ff galo kan masih kurang greget aja eon.. nunggu pembunuhan berantai eon baru ada gregetnya.wkkw XP
      ngook _-_ bukan sungmin eon -_-

      Hapus
  2. asli galau jadinya nah.... aku pusing... huaaaaa
    kok jadi sreg ma donghae yah??????? tapi kyuhyun????

    BalasHapus
  3. nahloh hayooo ;p vote donghae kah ? XD

    BalasHapus