Cast :
·
Cho Kyuhyun
·
Lee Donghae
·
Park Minnie
·
Other cast
Genre : romance , straight
Rating : PG-13
Hai, akhirnya aku kembali‘-‘)/
ini ff keduaku. Masih sangat awam lah dari dunia per ff an. Semoga lebih baik
dari ff pertama yang berantakan itu ya-_,- jangan lupa kritik dan sarannya ya ‘-‘
***
Minnie’s
POV
Aku
berlari melawan sinar matahari yang mulai menyinari kota dan membuatku
kesulitan melirik jam tanganku, “aiishhh, sebentar lagi aku akan ketinggalan
bus” gerutuku. Aku berlari semakin kencang menuju ke halte bus. Ya aku tinggal
sendirian di apartemenku sehingga tak ada yang membangunkanku di pagi hari.
Orang tuaku sedang bekerja di luar kota, aku tak bisa ikut pindah bersama
mereka mengingat aku sudah bekerja di sini.
“hahh
hahh hahh...” aku berhenti sejenak untuk mengatur nafasku yang sudah tak
beraturan itu. Ku lirik seseorang yang berdiri tak jauh denganku sedang
memperhatikanku. Tubuhnya bersandar pada pagar sebuah rumah yang bisa dibilang
cukup mewah.
Ya, dia
adalah namja yang setiap hari selama seminggu ini mencuri senyuman pertamaku di
pagi hari, namja dengan postur tubuh tegap, badan yang cukup tinggi dan
memiliki bibir tipis itu terus memandang ke arahku sambil tersenyum.
Aku membalas
senyumannya, senyuman pertama yang selalu kusiapkan untuk namjachinguku kembali
di rebut olehnya. Senyuman itu selalu menghiasi wajahnya pagi hari selama
seminggu terakhir ini. Nuguya? Aku bahkan tak tahu namanya.
Aku
terus berlari dan pada akhirnya berhasil menyusul bus pagi ini,
“hah..hah..hampir..hah..saja terlambat” aku kembali mengatur nafasku sambil
duduk di kursi bus, aku harus mengantarkan sarapan pagiku kepada namjachinguku.
Aku memang terbiasa membuatkan bekal setiap pagi untuknya.
Semilir
angin mulai bermain-main dengan rambutku, pikiranku melayang. Ahh namja yang
akhir-akhir selalu memberikan senyuman manisnya untukku mulai mengganggu
pikiranku. Aku tersenyum mengingat senyumnya yang menghiasi pagiku. Aku mulai
membandingkan namja itu dengan namjachinguku sendiri, Cho Kyuhyun..
Ya....Bahkan, Kyuhyun tak pernah menjadi orang pertama yang memberikan
senyumannya kepadaku, namja yang sudah
lama hadir dalam hidupku memang sangat cuek denganku. Bahkan terkadang
omongannya terdengar cukup pedas di telingaku, ahh.. aku hanya bisa membalasnya
dengan tersenyum, aku tahu Kyuhyun tak bermaksud untuk melukai hatiku.
Aku dan
Kyuhyun sudah hampir 2 tahun berpacaran, meskipun kami masih belum lama
menjalin kasih, namun aku sudah lama menyimpan perasaan dengan Kyuhyun, aku dan
dia memang kuliah di tempat yang sama, Kyuhyun dan aku sangat berbeda jauh, tak
banyak orang yang mengenalku. Sedangkan Kyuhyun adalah namja yang cukup populer
di kampusku. Tak sedikit yeoja yang mengidolakannya, termasuk aku.
Ya,
menjadi yeojachingu seorang calon penerus perusahaan Cho merupakan hal yang
cukup mengagetkan dalam hidupku, bagaimana bisa seorang Cho Kyuhyun mendekatiku
dan menyatakan perasaannya kepadaku, setahuku dia sempat berpacaran dengan
model yang cukup terkenal. Bagaimana bisa dia memilih yeoja biasa-biasa saja
sepertiku? Berbagai pertanyaan itu kadang menggelitik pikiranku, aku tak berani
menanyakan itu kepada Kyuhyun. Biarlah itu menjadi misteri terbesar dalam
hidupku.
Tak
terasa bus sudah sampai di tempat pemberhentiannya yang tak jauh dengan kantor
Kyuhyun, aku turun dari bus dan berjalan masuk ke dalam kantor Kyuhyun.
“annyeonghaseyo,
ada yang bisa kubantu?” sapa resepsionis.
“annyeonghaseyo,
emm.. bisakah kau memberikan sarapan ini kepada Tuan Cho Kyuhyun?” aku
tersenyum sambil menyodorkan kotak makanan kepadanya. Aku tahu Kyuhyun belum
datang ke kantor. Dia terbiasa bangun kesiangan sehingga selalu melewatkan
sarapan paginya.
“ne”
resepsionis itu mengangguk, bukan tatapan ramah yang biasa kudapatkan dari
seorang resepsionis di kantorku, melainkan tatapan membunuh yang siap siaga
menyerangku jika kekesalannya sudah memuncak. Aku tahu tak sedikit para pegawai
wanita yang membenci dan berpura-pura baik terhadapku hanya karena aku telah
merebut namja yang sudah mereka idolakan semenjak Kyuhyun mulai bekerja di
sini.
“ahh
kamsahamnida” kataku sambil tersenyum getir dan berbalik menuju pintu keluar,
kantorku dan kantornya bisa dibilang cukup dekat, aku tak memerlukan waktu lama
berjalan menuju kantorku.
Kyuhyun’s
POV
Aku berjalan gontai berjalan
masuk ke dalam kantorku. Cih, kalau bukan karena ada meeting pagi ini, aku
bahkan takkan sudi menginjakkan kakiku di kantor sepagi ini.
“selamat pagi, Tuan muda Cho”
sapa seorang resepsionis yang datang menghampiriku, resepsionis itu tersenyum
kepadaku dan membungkukkan badannya. Aku membalasnya dengan membungkukkan
sedikit badanku. Ahh.. seorang Cho Kyuhyun memang terkenal dengan
keangkuhannya, bukan?
Resepsionis itu menatapku
malu-malu, yeoja mana yang tak terpesona dengan ketampanan calon pemimpin
perusahaan Cho? Aku membalas senyumnya sambil memamerkan senyuman khasku yang
cukup membuatnya lupa akan segala hal selama beberapa menit.
“m...mianhaeyo..tuan...baru saja
yeojachingu tuan datang kesini dan memberikan ini...” resepsionis itu
menyodorkan kepadaku sebuah kotak bekal berukuran sedang. Aku menelan ludah.
Gadis norak itu...
“ah, buang sajalah isinya dan
katakan saja padanya kalau aku menikmati bekal darinya...” aku mendorong kotak
bekal yang disodorkan padaku dan langsung berjalan melewati resepsionis itu.
Sudah kupastikan resepsionis itu
takkan mencelaku atau menceritakan hal-hal yang buruk tentangku kepada
teman-temannya, melainkan sebuah pujian yang kudapatkan, para pegawai wanita di
kantorku memang sudah dibutakan dengan pesona wajah tampanku. Ya, mereka takkan
bisa lagi membedakan hal yang baik dan buruk dalam diriku, terlena dengan
senyuman yang kuberikan Cuma-Cuma kepadanya yang pada akhirnya membuatnya
melupakan bagaimana caranya bernapas.
Aku tersenyum bangga sambil
merapikan jasku. Sebenarnya mereka sudah lama mengetahui bahwa aku sangat
jarang sekali menerima sarapan pemberian dari Minnie. Mereka melakukan itu
hanya sekedar untuk berbasa-basi agar bisa bertatap muka dan berbicara langsung
denganku.
Aku menyusuri lorong yang
membawaku ke arah ruanganku berada, tiba-tiba bayangan Minnie, gadis polos dan
baik hati itu berkelebat dalam pikiranku. Aku memang selalu menolak sarapan
pemberiannya setiap pagi, bukan karena masakannya yang tidak enak, aku hanya
memikirkan bagaimana cara Minnie membuatkan bekal untukku dengan penuh cinta,
bukankah itu terdengar sangat menjijikkan?
Gadis itu, orang yang selalu
menemani dan memperhatikan segala hal kecil tentangku selama hampir 2 tahun ini
memang kadang sedikit menggangguku dengan kebiasaan kampungannya, mengantarkan
bekal setiap pagi untukku dan berharap aku memakan pemberiannya dengan lahap
kemudian mengatakan ‘makananmu enak sekali, aku sangat menyukainya. saranghae’.
Ahh, aku bergidik geli. Aku bahkan sama sekali tak tertarik dengannya, gadis
culun itu hanya sebagai tameng dalam hidupku selama aku bekerja. Gadis itu yang
membuat para pegawai wanitaku menahan
rasa keinginan mereka yang kian membara untuk mengambil hatiku, Gadis itu yang
membuatku merasa tenang di rumah tanpa terus di berondong dengan pertanyaan
ibuku yang selalu menanyakanku kapan aku akan menikah dengan wanita pilihannya,
gadis itu pula yang kujadikan pelampiasan kekesalan dan kekecewaanku terhadap
mantan kekasihku Ryena, seorang model cantik dengan postur tubuh tinggi semampai
dan lekuk tubuh indah yang pergi meninggalkanku tanpa alasan yang jelas.
Ryena membiarkanku terpuruk
sendirian menanti kedatangannya. Tiga bulan setelah penantianku terhadapnya,
dia datang menghadapku dengan senyum mengembang dari wajahnya. Kupikir dia
datang dan memintaku untuk kembali ke pelukannya,nyatanya dia malah memintaku
secara pribadi datang ke pernikahannya. Aku merasa tak ada harganya saat itu
juga, jadi penantianku selama ini tak membuahkan hasil, seenaknya saja dia
berhubungan gelap dengan mantan kekasihnya dan pada akhirnya memutuskan untuk
menikah dengannya. Ya, sejak saat itu aku bersumpah takkan pernah mencintai
yeoja manapun di dunia ini, bahkan mungkin istriku sendiri. Sejak saat itu pula
aku mulai berubah, aku mengencani berbagai macam wanita yang rela menyerahkan
tubuhnya sendiri untuk sekedar memuaskan nafsuku.
Aku
duduk di kursi, dinginnya AC mulai menerpa tubuhku dan membuat bulu kudukku
meremang. Aku melirik jam dinding di ruanganku. Sebentar lagi meeting akan
berlangsung. Aku mengeluarkan handphoneku dan langsung menghubungi nomor dari
kontakku.
“yoboseo...”
kudengar suara di seberang teleponku.
“hyukjae,
kirimkan aku wanita yang mirip dengan Ryena setelah aku selesai meeting. Aku akan
membayarmu setelah aku puas bermain-main dengannya” ucapku sambil tersenyum
miring.
***
Seoul,
South Korea
100110,
10.00 AM
Donghae’s
POV
Aku
berjalan menyusuri kota Seoul dengan menenteng berbagai berkas dan data
pribadiku. Na Young tidak masuk sejak aku memutuskan untuk berpisah dengannya.
Aku juga sudah mencoba menghubunginya berapa kali namun tak ada hasilnya, Na
Young tidak mengaktifkan handphonenya, aku juga sudah mendatangi rumahnya untuk
sekedar mengecek keadaannya, namun rumahnya seperti kosong tak berpenghuni.
Yah, untuk beberapa hari ini pula aku masih bisa bebas berkeliaran di kantorku,
sebelum Na Young menendangku keluar dari perusahaannya.
Ahh, rasanya sudah lama sekali
pula aku tak melihat gadis itu lagi, semenjak aku memutuskan hubunganku dengan Na
Young, aku berhenti pula untuk menjadi kaki tangannya di kantor dan orang yang
rela berpanas-panasan menunggunya keluar dari rumah, dan tentu saja otomatis
aku tak bisa lagi melihat gadis itu berjalan melewatiku.
Selama
aku berpacaran dengan Na Young, aku selalu memperhatikan gadis itu berjalan
melewatiku dengan semangat yang menggebu-gebu. Dapat kurasakan aura bahagia
yang melingkupi perasaannya setiap pagi. Bahkan sepertinya aku merasa jauh
lebih mengenalnya dibandingkan dengan Na Young, yeoja yang sudah hampir 2 tahun
aku pacari, sekalipun aku tak pernah mengetahui siapa namanya.....
Sejak
berpacaran dengan Na Young, orang yang sangat aku sayangi ini, aku merasa
semakin menjadi seorang pengecut. Na Young, yeojachingu sekaligus atasanku
sendiri di kantorku adalah wanita yang sangat menjaga harga diri dan nama
baiknya di hadapan para petinggi-petinggi perusahaan saingannya. Dia tak pernah
mengakui hubungan kami yang sudah berjalan selama hampir 2 tahun ini, dia
selalu menyebutku dengan sebutan kaki tangannya. Ahh, aku tak pernah menolak
dianggap seperti itu, aku mencintainya. Lagipula, seandainya aku yang pertama
memutuskan hubungan gelap ini, tentulah aku akan terancam kehilangan
pekerjaanku yang sudah susah payah aku dapatkan. Sudah kubilang, aku adalah
lelaki pengecut.
Selama
hampir dua minggu terakhir ini Na Young memintaku untuk menjemputnya setiap
pagi karena mobil yang biasa ia pakai sedang di servis dan tak kunjung baik.
Mungkin Na Young akan berfikir aku akan menghamburkan uang dengan menyewa mobil
untuk sekedar menjemputnya dan menjaga reputasinya di kalangan para petinggi
perusahaan. Tentu saja niat itu tak sedikitpun melintas dalam pikiranku. Aku
sangat mencintai motorku dan tak pernah berniat untuk menukarkannya dengan
mobil.
Selama
hampir dua minggu ini pula aku telingaku terus terasa panas karena
ucapan-ucapan Na Young yang kerap memaksaku untuk mengganti motorku dengan
mobil. Ahh, aku hanya terus tersenyum kepadanya dan berkali-kali pula
menjelaskan kepadanya bahwa aku tidak akan mengganti motorku.
Ahh,
setiap pagi itu pula, aku akan merasa menjadi namja paling sabar yang rela
panas-panasan menunggu yeojaku keluar dari rumahnya dan memakiku karena tak
kunjung mengganti motorku, tapi di balik semua itu... gadis lucu yang selalu
melintas di depanku merupakan penyemangatku setiap pagi. Gadis lucu dengan
tubuh yang tak terlalu tinggi dan bibir yang mungil itu melihat ke arahku dan
menyunggingkan senyumnya. Yah, aku bahkan tak bisa menafsirkan tatapan dan
senyumannya itu. Semua terasa misterius bagiku dan seketika mengacaukan sistem
kerja otakku, namun terkadang hanya dengan melihatnya berlari melewatiku cukup
menjadi obat yang menenangkan hatiku. Meskipun aku tak pernah berkenalan
dengannya, setidaknya aku bisa mencuri senyumannya di pagi hari.
Banyak
orang yang mengatakan kalau sabar itu pasti ada batasnya. Menurutku tidak, kalau
sabar ada batasnya, bukanlah sabar namanya. Mereka hanya terlalu lelah dan
kehilangan kekuatan untuk terus bersabar, sama sepertiku. Aku sudah terlalu
lelah mempertahankan hubunganku dengan Na Young yang tak jelas ini. Aku sudah
menunggu selama hampir 2 tahun untuk mendengar Na Young mempublikasikan
hubunganku dengannya dan bersedia untuk segera kulamar menjadi Ny. Lee tapi
kata itu mungkin mustahil untuk diucapkan oleh seorang Park Na Young, aku
bukanlah namja yang haus akan harta kekayaan atau reputasiku yang pastinya akan
langsung bisa meroket karena bisa meluluhkan hati yeoja yang di kenal sangat
menjaga reputasinya ini. Seandainya aku ingin tetap menunggu, aku pasti akan
terus menunggu Na Young, tapi sampai kapan? Bukankah seorang namja juga memerlukan
kepastian dari yeojanya untuk bisa melangkah ke jenjang yang lebih serius?
Ya,
seorang Lee Donghae bukanlah lelaki yang pengecut lagi saat itu. Tiga hari yang
lalu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Na Young. Aku bahkan
sudah berlatih saat malam hari hanya untuk mengucapkan kata itu. Bagaimanapun
juga aku tak ingin menyakiti yeoja yang sudah mengisi kekosongan hidupku selama
hampir dua tahun ini. Aku bahkan sudah menyiapkan beberapa berkas dan data
diriku, berjaga-jaga kalau suatu saat Na Young akan mendepakku dari
perusahaannya mengingat aku sudah melukai perasaannya. Selamat tinggal Na
Young, aku mungkin akan memberikan kesempatan kepada hatiku untuk mencari
penggantimu.. gadis di pagi hari itu.....
Tak
terasa kakiku berjalan menuntunku masuk ke sebuah perusahaan. Aku menelan
ludah, “perusahaan keluarga Cho...”
desisku. Perusahaan ini merupakan saingan bebuyutan perusahaan Na Young.
Aku membulatkan tekadku untuk memasuki perusahaan ini, berharap akan adanya
sedikit belas kasihan dari pemilik perusahaan yang menerimaku di
perusahaannya.. Setidaknya, jika aku diterima di perusahaan ini, aku sudah
menyiapkan masa depanku apabila suatu waktu Na Young mengusirku dari
perusahaannya.
Aku berjalan mantap menuju meja
resepsionis, tiba-tiba seorang gadis berlari menabrakku, aku melihat ke arahnya
sekilas dan sukses membuat mataku membelalak, gadis itu.... gadis yang setiap
hari memberikan senyuman untukku, sedang menangis?! Untuk apa dia di sini? Ahh
berbagai pertanyaan menyelimutiku yang akhirnya menuntunku pergi dari
perusahaan Cho dan berlari mengejarnya.
Aku
berusaha mengikuti kemana arah gadis itu pergi dan mengikutinya, aishh,
bagaimana mungkin aku menjadi seorang pekerja yang tak profesional? aku
melewatkan kesempatanku untuk memperbaiki masa depanku dengan melamar pekerjaan
di perusahaan Cho. Bagaimana mungkin aku lebih memilih mengejar gadis itu?
Ahh.. bukankan pekerjaan dan gadis itu merupakan masa depanku? Ya, seorang Lee
Donghae akan berhenti menjadi pengecut dan membiarkan gadis itu yang akan
menuntunnya ke masa depan.
Minnie’s
POV
Aiishh, selama ini aku cukup
kesal dengan Kyuhyun yang seenaknya mengatur jadwal berkunjungku ke
perusahaannya, “kau hanya boleh datang ke perusahaanku apabila kau tidak sibuk
di kantormu dan tidak boleh datang pagi hari ataupun malam hari, karena aku
akan sangat sibuk. Kau hanya boleh menemuiku setelah makan
siang..bla...bla....bla...” aku
menirukan ucapan Kyuhyun yang terdengar sangat cerewet dan menyebalkan saat membahas
masalah kedatanganku ke perusahaannya.
Aku
mencoba untuk curhat dengan sahabatku Minra yang satu perusahaan dengan
Kyuhyun, ya aku mengetahui kalau Kyuhyun menjadi idola para pegawai dari Minra.
Dari Minra juga, malam itu aku mendengar pernyataan pahit yang membuat dadaku
sesak. Kyuhyun sering berkencan dengan membawa para gadis-gadis cantik ke
ruangannya.
“dengarkan
aku Minnie-ah~, Kyuhyun bukanlah orang yang tepat untukmu!!” teriakan Minra
tadi malam masih terngiang di telingaku.
Bukannya
mempercayai Minra dan langsung menelpon Kyuhyun, alih-alih aku malah balas
meneriakinya dan membela Kyuhyun mati-matian. Ya, tadi malam aku bertengkar
hebat dengan sahabatku sendiri.
Batinku
mengatakan Kyuhyun bukanlah namja yang seperti itu, bagaimana mungkin Minra
bisa menyimpulkan Kyuhyun berkencan dengan berbagai wanita hanya dengan melihat
wanita berpakaian seksi masuk ke dalam ruangannya dan bersama dengan Kyuhyun di
ruangan itu dengan waktu yang cukup lama.
“Ya,
aku harus mencari tahunya sendiri” aku melangkah masuk ke dalam perusahaan Kyuhyun.
Hari ini aku sudah meminta izin kepada atasanku untuk memberikanku cuti satu hari. Aku takkan bisa
berkonsentrasi dengan keadaan hatiku yang terus berkecamuk ini.
“anyyeonghaseyo
nona, ada yang bisa kami bantu?” lagi-lagi resepsionis itu berlaku sok manis di
hadapanku.
“ahh,
aku ingin bertemu dengan Cho Kyuhyun” ucapku dingin.
“maaf
nona, tapi Tuan muda Cho tidak ingin di ganggu, dia sedang bersama klien
wanitanya.” Kata resepsionis itu lagi.
Wanita?
Ahh, aku sudah mulai kehilangan akal sehatku, ucapan Minra benar-benar harus
dibuktikan sekarang. Aku berlari menerobos kerumunan para pegawai kantor itu.
Berlari secepat kilat menuju ruangan Kyuhyun. Sayup-sayup kudengar resepsionis
itu berteriak memanggil satpam. Ahh aku tak peduli, sekalipun satpam itu akan
mengusirku dari perusahaan Kyuhyun. Hanya ada 1 kebenaran yang akan segera
terjawab. Minra atau Kyuhyun yang telah membohongiku. Semua ini harus segera
terjawab sebelum emosiku terhadap pernyataan Minta berubah menjadi kebencian.
Aku
terengah-engah berusaha meraih gagang pintu yang tertutup rapat itu. Membukanya
dengan sekuat tenagaku. Dikunci. Aku semakin curiga saja, dengan gemetar aku
mengambil kunci cadangan yang pernah Kyuhyun berikan kepadaku sewaktu aku
meninggalkan handphoneku di ruangannya. Kulihat satpam dan resepsionis berlari
mendekatiku, mereka sudah hampir menggapaiku.
Ya...
pintu ruangan pun terbuka, dan... apa yang sudah kulihat? Pemandangan
menjijikan itu benar-benar terjadi di hadapanku. Kyuhyun tengah berusaha
melucuti celana dalam wanita yang sedang dikencaninya. Hatiku pilu melihat
keadaan menyedihkan ini, bisa-bisanya orang yang sangat menjaga kehormatanku
dan tak pernah menyentuhku ini sedang bercinta dengan wanita jalang itu?
Kyuhyun
terlihat shock saat melihatku, satpam dan resepsionis itu melihatnya dengan
keadaan yang begitu menjijikan itu. Aku mulai melupakan bagaimana cara bersikap
di dalam perusahaan itu.
Mukaku
merah dan airmataku merebak, membuat pemandangan sekelilingku mengabur, ini
bagaikan mimpi... oh Tuhan... aku menyeka airmataku berkali-kali dan kembali
memfokuskan mataku dengan namja yang sekarang menutupi bagian sensitif dari
tubuhnya yang sudah terekspos jelas di depan mataku, amarahku sudah mengalahkan
rasa maluku.
Aku
meludah, “kau masih mempunyai rasa malu? Hah?”
Kyuhyun
dan wanita jalang itu hanya diam terpaku, kemarahanku benar-benar memuncak.
Dapat kulihat ketegangan di wajah Kyuhyun, setelah reputasinya hancur gara-gara
yeojachingunya sendiri.
Aku
menatap ke arah satpam dan resepsionis yang hanya diam membatu, “KAU BILANG INI
YANG DISEBUT KLIEN?? HAH??!! OHH MUNGKIN SAJA KAU JUGA TERMASUK SALAH SATU
KLIEN KYUHYUN YANG RELA MENYERAHKAN TUBUHMU UNTUK DINIKMATINYA?? HAH??!!”
tudingan itu meluncur begitu saja dari bibir mungilku. Mata resepsionis itu membesar
saat dia mendengar tuduhan yang kulontarkan padanya. Dia tak berani menyanggah,
mungkin tak bisa mengelak lagi saat aibnya ketahuan. Cih.
Airmataku
kembali memenuhi pelupuk mataku. Namja yang sudah lama kucintai
ini...bisa-bisanya dia hanya mempermainkanku. Aku berlari keluar kantor secepat
yang aku bisa, aku membencimu Cho Kyuhyun.
BUKKK!!
Aku menabrak seseorang. Airmataku sudah benar-benar memenuhi kedua bola mataku
sehingga cukup menyulitkanku untuk mengetahui siapa yang kutabrak. Aku langsung
berlari meninggalkan orang itu.
Aku
berlari menuju taman, menumpahkan semua kekesalanku disana, membayangkan sosok
Cho Kyuhyun yang begitu sempurna selama beberapa tahun ini sekarang semuanya
terasa palsu, senyumnya, candanya, semua terasa hanya sandiwara belaka.
Aku
terduduk di dekat bangku taman, menumpukan kedua tanganku di atas bangku dan
membenamkan wajahku di sana. Pada kenyataannya, hanya aku yang merasa bahagia
memiliki Kyuhyun, bukan dia. Kyuhyun tak pernah merasa bahagia saat bersamaku.
Ya, senyum bahagianya itu hanya ditunjukkan kepada mantan kekasihnya, Ryena.
Bagaimana mungkin seorang gadis biasa-biasa saja ini bisa mengalahkan pesona
Ryena dimata Kyuhyun? Bagaimana mungkin Kyuhyun melupakan masalalunya itu dan
langsung jatuh cinta dengan gadis sepertiku? Apakah ini merupakan takdirku
harus jatuh cinta sendirian? Ahh, jatuh cinta itu hanya untuk orang-orang yang
saling mencintai, bukan sepertiku yang harus mencintai sendirian.
Kurasakan
seseorang menyentuh bahuku dan menarik lenganku. Kyuhyunkah? Aku menoleh menatap
orang yang ternyata adalah....... namja itu......... namja yang setiap hari
selama hampir dua minggu ini mencuri senyumanku. Namja itu membimbingku untuk
duduk di bangku taman, di sampingnya. Aku menuruti permintaannya dengan keadaan
wajahku yang sangat kusut, namja itu datang dan mengusap airmataku dengan kedua
ibu jarinya. Memamerkan senym tipisnya.
“uljimaaa”
bisiknya, namja itu menepuk-nepuk bahunya, menyuruhku untuk segera menumpahkan
kekesalan di bahunya. Aku menurut, membasahi jaket coklat yang dikenakannya
dengan airmataku, namja ini.... bagaimana mungkin bisa membuatku nyaman, namja
yang tak pernah kuketahui namanya ini hanya berusaha menenangkanku. Dia tak
berbicara sepatah katapun dan hanya membiarkanku terlarut dalam kesedihanku.
Aku
meremas ujung jaket namja ini dan berteriak kesal, memori-memori saat aku
bersama dengan Kyuhyun, saat Kyuhyun menjatuhkan pilihannya dengan menjadikanku
sebagai yeojachingunya, saat Kyuhyun membelai rambutku...arrgghhh!! semuanya
hancur bagai keping-keping puzzle di otakku. Pemandangan menjijikan itu terus
saja bermain-main di otakku.
Setelah
puas menangis di hadapan namja yang tak kukenal itu. Aku berniat pulang,
“gamsahamnida ” ucapku sambil membungkuk ke arahnya. Lama sekali aku membungkuk
ke arahnya, namja yang tak kukenal ini sudah meluangkan waktunya untuk
mendengarkan isak tangisku. Aku bahkan tak kuasa mengucapkan satu katapun
padanya. Pikiranku benar-benar kacau.
“ne,
hmmm... ” namja itu juga terlihat bingung harus berkata apa melihat reaksiku
yang sedikit berlebihan ini. Aku hanya tersenyum getir ke arahnya. Mungkin dia
memaklumi dengan keadaanku yang sudah hancur berkeping-keping ini dengan tidak
menanyakan pertanyaan yang membuatku bertingkah layaknya orang gila. Aku berniat
untuk meninggalkan namja itu, tiba-tiba namja itu menarik tanganku.
“bisakah
kau memberikan kartu namamu?” tanyanya.
“ahh...
” aku mengeluarkan tasku dan memberikannya kartu namaku. Namja itu tersenyum
puas saat membaca kartu namaku, “ahh...
Park Minnie-ssi, panggil saja aku Donghae” ujarnya sambil terus
tersenyum kepadaku, “aku harap ini bukanlah pertemuan terakhir kita” lanjutnya.
“ne”
ucapku parau, aku membalas senyumannya, ahh... namja yang kukenal hanya lewat
senyumannya setiap pagi ini, bisa menenangkanku hari ini....
***
Seoul,
South Korea
100113,
08.00 PM
Aku
duduk di bangku taman kesukaanku. Dulu, sewaktu aku masih kecil, aku selalu
menghabiskan waktuku dengan bermain-main di sana bersama dengan ayah dan ibuku
sepulang mereka bekerja.
Ahh, aku sangat merindukan
mereka. Setelah ayah dan ibuku pensiun dari pekerjaan mereka yang sekarang
memisahkan jarak antara aku dengan mereka, mereka pasti akan segera kembali ke
rumah dan menjadi keluarga utuh lagi dengan diriku. Hanya saja, sampai sekarang
aku masih tak bisa memastikan kapan mereka akan pensiun.
Aku menghirup udara sebanyak
mungkin, mengisinya ke dalam rongga-rongga dadaku, mengalirkannya ke arah
mulutku dan membiarkan rongga mulutku terisi penuh dengan udara. Tiba-tiba
seseorang mencubit pipiku dan tanpa sadar aku menghembuskan udara itu melalui
mulutku.
“yakk!!” aku langsung menepis
tangan orang yang dengan beraninya mencubit pipiku itu. Mataku mendelik kesal
ke arah orang itu, ternyata.... namja itu lagi. Donghae, orang yang sudah
membuatku meluapkan segala kesedihanku saat putus dengan Kyuhyun, namja yang
membiarkan jaketnya kotor dan basah karena airmataku. Orang yang dulu setiap
pagi dengan beraninya mencuri senyumanku kini tengah beralih dari tempatnya dan
duduk di sampingku.
Kulihat mulutnya sedang sibuk
mengunyah permen karet, “hi, apa kabar?” sapanya.
“b..baik Donghae-ssi...” aku
terbata menjawab pertanyaannya, masih terasa asing bagiku melihat perlakuan
dari namja ini yang seperti sudah sangat lama sekali mengenalku.
“jangan memanggilku dengan bahasa
yang terlalu formal seperti itu... panggil saja aku Donghae, oh ya, karena aku
lebih tua beberapa tahun darimu, panggil aku Oppa..” dia terus mengunyah permen
karetnya sambil terus berbicara denganku.
“ah...mianhamnida...” lagi-lagi
aku mengeluarkan bahasa formalku kepadanya.
“aigoo...” Donghae meludahkan
permen karetnya ke sembarang tempat.. aisshh.. tidak sopan, rutukku dalam hati,
“sedang apa kau disini?” lanjutnya sambil memamerkan senyum khasnya yang sedari
tadi tak kulihat gara-gara permen karet itu.
“entahlah, hanya melihat
anak-anak itu bermain di taman” jawabku jujur.
“kau suka anak-anak?” tanyanya
lagi.
“mollayo. Sepertinya iya, aku tak
mempunyai saudara. Hmm.. daritadi aku hanya memperhatikan keadaan mereka yang
sedang tersenyum bahagia, hidup dalam dunia dalam keadaan tanpa beban.. ah
anak-anak yang manis..” aku melanjutkan, “maksudku, disini mereka sedang
tertawa bahagia, yeah, melihat orang tertawa bahagia saja sudah cukup membuatku
bisa mengurangi kekecewaanku. Di saat kesedihan muncul, di saat itu pula
kebahagiaan menyusulnya. Bukankah kebahagiaan itu selalu berjalan berdampingan
dengan kesedihan? Mungkin saat ini aku hanya sedang tidak berpijak pada roda
kebahagiaan..” aku menjabarkan perasaanku kepada seorang namja yang bahkan sama
sekali tak mengerti jalan hidupku. Ya, sampai sekarang mungkin dia masih tidak
mengerti dengan keadaanku dan kenapa aku menangis saat itu.
Donghae memalingkan wajahnya dari
taman dan beralih memandangku, tatapan matanya yang meneduhkan itu menatapku
tepat di kedua bola mataku, “yah, sangat sulit mengatakan bahwa aku juga
sejalan denganku”
“maksudmu?” tatapku tak mengerti,
sejalan?
“aku juga sedang bersedih, harus
berpisah dengan orang yang aku sayangi. Orang yang selama ini sudah lama mengusik
akal pikiranku, membuatku lupa akan segalanya dan menjadikannya sebagai pusat
duniaku saat itu. Sayang aku terlalu pengecut untuk melanjutkan hubunganku yang
tak tentu arah itu dengannya dan nekat mempertaruhkan pekerjaanku dengan
memutuskannya pertama kali. Sungguh lucu memang mendengar seorang bawahan
rendahan sepertiku bisa menjalin kasih dengan atasan wanitanya dalam tempo
waktu yang cukup lama. Tapi inilah kenyataannya. Selama seminggu ini aku merasa
sudah benar-benar menyakiti hati seorang yeoja. Dia bahkan sudah tak masuk lagi
ke kantornya sejak kejadian itu. Setiap hari pula aku berusaha menghubunginya
dan mendatangi rumahnya, tapi tak pernah mendapatkan respon darinya. Untuk saat
itu, aku merasa seperti orang gila yang mondar-mandir di depan pagar rumahnya,
namun Na Young tak pernah mau membukakan pintu pagar rumahnya untukku. Sudah
kubilang, aku terlalu pengecut untuk menyelinap masuk ke dalam rumahnya,
sekedar menemukannya di dalam rumah dan berlari memeluknya..”
Aku terhenyak mendengar penjelasannya.
Ugh. Mataku mulai terasa panas lagi,kenapa namja ini harus mengungkit masalah
percintaannya yang membuat pikiranku kembali menuntunku mengingat wajah
Kyuhyun?
Aku berusaha menghapus
kilasan-kilasan wajah Kyuhyun dengan berkonsentrasi menatap mata namja di
hadapanku ini. Matanya seakan berbicara dengan mataku dan sepertinya berusaha
mengatakan sesuatu yang tak bisa kutafsirkan, matanya seakan berbicara ‘mungkin
aku akan melupakan yeoja itu dan menjadikanmu masa depanku, pusat duniaku yang
baru’ ckckkc aiishh.. bisa-bisanya aku menafsirkan pandangan matanya yang
misterius itu. Ya, aku merasa sangat nyaman di dekatnya, meskipun kami baru
saja bertemu 2 kali tapi caranya memperlakukanku layaknya orang yang sudah
bertahun-tahun mengenalku. Atau ini hanya perasaanku saja? Bukankah orang yang
sedang patah hati itu tidak bisa berpikir jernih? Mungkin saja efek berpisah
dengan dengan Kyuhyun membuat sentuhan biasa dari seorang namja ini terasa
spesial di hatiku.
Donghae rupanya mulai menyadari
perubahan air mukaku ketika dia membahas masalalunya, dia langsung meloncat
dari bangku taman, meraih sapu tanganku. Matanya tak pernah lepas dari manik
mataku, “perhatikan sapu tangan ini” suruhnya.
Aku menurutinya dengan ekspresi
muka bingung. Ia tersenyum dan tiba-tiba saja dari sapu tanganku keluar
setangkai bunga mawar berwarna merah muda.
“ah ini untukmu..” ujarnya sambil
mempersembahkan setangkai bunga mawar merah mudah itu kepadaku.
“yeppeo!!” seruku, refleks saja
tanganku terulur meraih tangkai mawar yang diberikannya, aku menghirup
dalam-dalam wangi dari mawar itu, menyesap aroma yang keluar dari bunga mawar
itu dengan hidungku, “kenapa harus merah muda?” tanyaku.
“karena aku tahu kau berhati
lembut, mawar ini untuk melambangkan hatimu yang sesungguhnya..” terangnya.
Donghae beranjak dari tempatnya dan menjulurkan tangannya di depanku. Meraih
tanganku yang tergantung bebas di udara, “ayo kita mencari es krim, aku yang
akan mentraktirmu...” lagi-lagi namja ini berlaku manis di hadapanku.
***
Kyuhyun’s apartment
100124,
14.40
Kyuhyun’s
POV
“Argghhh!!”
aku mengacak rambutku dan membuatnya berantakan. Ah, aku benar-benar tidak bisa
melakukan hal yang benar lagi sejak kepergian gadis itu. Ya, setelah aku
berpisah dengan Minnie, aku semakin kehilangan konsentrasi bekerjaku.
Kehilangan semangat hidupku.
Kenapa
di saat aku sudah berpisah dengannya aku baru menyadari bahwa aku sudah
melupakan Ryena dan beralih mencintainya?
Aku
berjalan ke arah sebuah kamar yang kukhususkan hanya aku saja yang boleh
memasukinya. Sebuah kamar rahasia yang bahkan sangat kujaga privasinya melebihi
kamar pribadiku sendiri.
Perlahan-lahan
aku membuka kamar itu, “ah..bahkan kau tidak sadar, sudah 6 bulan terakhir ini
kau tak pernah menyentuh kamar ini..” aku berbicara pada diriku sendiri. Membatu
dengan pemandangan yang ditimbulkan dari kamar ini. Kamar ini terlihat kusam
dengan hiasan sarang laba-laba dan tumpukan debu yang menyelimuti ruangan ini.
Berbagai
macam ekspresi tergambar di dinding tembok kamar ini. Ya, dulu sewaktu aku
masih berpacaran dengan Ryena, aku masih melakoni hobiku sebagai fotografer,
menghabiskan waktuku bersama Ryena dan menyuruhnya bergaya di depan kamera
hanya untukku. Tentulah bagi seorang yang gila kamera seperti Ryena tak
menyulitkannya untuk berpose sesuai keinginanku untuk kuabadikan di kamera.
Berbeda
sekali dengan Minnie, dia bahkan sangat membenci kamera, itu juga merupakan
salah satu alasan untukku memilihnya menjadi pacarku. Melupakan kamera yang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan Ryena.
Aku tak
pernah sadar, sejak kehadiran Minnie di hidupku. Secara tak langsung aku
mengenalnya sebaik aku mengenal diriku sendiri. Meskipun aku tak pernah berniat
mengingat semua kenanganku dengannya dan tenggelam dalam khayalanku bersama
Ryena, tapi kebersamaanku dengan Minnie perlahan menghapus semua ingatanku
tentang Ryena.
Aku
hanya tak menyadari hal itu dan bersikap seolah-olah aku tak bisa melupakan
Ryena, meskipun aku selalu menolak sarapan pagi yang dibawakannya untukku.
Bukankah setiap pagi aku selalu mengharapkan ada seorang resepsionis yang
datang ke arahku dan menyodorkan kotak makanan itu kepadaku? Bukankah aku yang
selama ini mengacuhkan perhatiannya terhadapku itu namun secara diam-diam terus
mengharapkan perhatiannya tak pernah pudar terhadapku?
“Park Minnie,
kau merangkak masuk ke dalam hatiku, mengubah perasaanku perlahan dan membuatku
tak menyadarinya. Ya Park Minnie-ahh!!” aku berteriak geram, “aku merindukanmu.
Bahkan sekarang hidupku terasa semakin kacau saat melihatmu pergi bersama namja
yang tak kukenal itu. Yak!! Park Minnie-ahh.. apakah kau sudah melupakan kisah
cinta kita yang berjalan selama hampir dua tahun itu?” aku berteriak frustasi.
Tiba-tiba
saja kantong celanaku bergetar, “yoboseo” jawabku dingin saat melihat nama yang
terpampang di layar ponselku. Hyukjae.
“yak!
Kyuhyun-ahh.. akhir-akhir kau tidak memesan wanita yang mirip dengan Ryena
lagi, huh?! Aku sudah menyiapkannya
khusus untukmu.” Aku mendengar suara tawa renyah yang di timbulkan oleh Hyukjae
di seberang telepon. Ah, aku bahkan sudah tak memiliki hasrat untuk menyentuh
wanita-wanita jalang itu lagi. Ya, bahkan aku tak menyadari hal ini. Aku tak
pernah menyentuh Minnie, aku menghindari menyentuhnya dari napsu iblisku ini
dengan menimbulkan persepsi dalam diriku bahwa dia terlalu polos dan tidak
pandai dalam urusan ini. Ya, bahkan secara tidak langsung aku melindunginya.
Aku sudah merasa dia adalah bagian dari hidupku. Akal pikiranku secara refleks
selalu melindungi fisik dan batinnya dari hal yang akan menyakitinya.
“heii!!
Kyu... apa kau baik-baik saja?” hyukjae berusaha menyadarkanku dari lamunanku
tentang Minnie.
“ah
hyung, aku sedang tidak tertarik. Simpan saja yeoja-yeoja itu untukmu” jawabku
lirih sambil menutup ponselku.
“ Ya Minnie-ahh.. aku akan
merebutmu kembali ke pelukanku sebelum namja itu membuatmu melupakanku” ucapku
sambil meraih kunci mobilku dan berlari menuju ke garasi.
Donghae’s apartment
100124,
15.15
Donghae’s
POV
Ahh,
hari ini aku puas sekali mengerjai Minnie dan sukses membuatnya berkali-kali
meneriakkan namaku hanya gara-gara aku berhasil mengalahkannya dalam permainan
basket. Ah gadis polos itu, aku bahagia bisa mengembalikan sisi keceriaan dan
kelembutan dari gadis itu, aku bahagia bisa membuatnya melupakan masalah yang
menderanya dan membuatnya kehilangan senyumnya.
Setiap
hari, sejak pertemuanku dengan Minnie, aku semakin ketagihan untuk menemui dan
menghiburnya, bahkan ketika malam tiba. Suara Minnie itu terasa sangat
memabukkan di telingaku. Dia juga wanita yang sangat baik, rela menghabiskan
waktunya untuk sekedar membantuku menyiapkan berkas dan data diriku saat aku
berniat untuk melamar kerja. Ah rasanya sangat menyenangkan merasakan yeoja
yang kau sayangi dan pekerjaanmu bisa berjalan maju beriringan. Tidak seperti
saat aku dengan Na Young, pekerjaanku memang terus berjalan maju, tapi
hubunganku? Hft.
Ting
Tong. Aku mendengar suara bel di tekan dari luar. Aku bergegas keluar dan
membukakan pintu apartemenku. Kuharap itu adalah Minnie, mengingat kemarin aku
telah memberikan kartu namaku kepadanya. Tidak adil rasanya dia membiarkan aku
sendirian memiliki kartu namanya dan membuatku mengetahui identitas dirinya
tanpa dia mengetahui identitas diriku. Setidaknya, siapa tahu dia memberanikan
diri datang ke apartemenku.
“hai,
Donghae...” aku mendengar sebuah suara yang terdengar amat pilu di telingaku,
Na Young datang menemuiku? Untuk apa? Bukankah selama ini dia tidak pernah
muncul di kantor dan selalu mengabaikanku?
Tangan
mungil gadis itu meraih pundakku dan membenamkan wajahnya di sana, untuk kali
ini aku masih dapat merasakan aura pedih yang dibawa oleh gadis ini. Aku masih
dapat merasakan getaran jantungnya saat dadanya menyentuh dadaku. Aku tahu dia
masih sangat mencintaiku. Cengkraman tangannya di pundakku takkan bisa menutupi
semuanya. Dia hanya gadis yang telah dibutakan oleh harga diri dan reputasinya
itu...
Tanganku
terasa ngilu dan lidahku terasa kelu untuk sekedar mengelus rambutnya atau
berbicara dengannya. Aku hanya diam membatu membiarkan Na Young menumpahkan
segalanya di bajuku. Ah Donghae, bukankah kau selalu bersikap seperti ini
ketika melihat wanita yang kau sukai menangis di hadapanmu?
“Oppa..aku
mohon kembalilah....” ucapnya lirih, “aku akan melakukan apa saja untukmu
asalkan kau kembali di hidupku oppa,. Jebal. Maafkan segala keegoisanku selama
ini..oppa.. saranghae...saranghae... ” Na Young mengguncang-guncang bahuku.
Memaksaku menatap matanya yang sarat akan kesedihan itu.
“lihatlah
oppa...” Na Young menggulung jaket yang daritadi di pakainya, aku bergidik
ngeri melihat ukiran namaku di tangannya. Na Young menggores kulitnya dengan
silet hanya untuk menuliskan namaku?
“hentikan
perbuatan bodohmu itu Na Young, kau hanya akan celaka kalau berlaku bodoh
seperti itu” sial. Aku kehabisan kata-kata.
“apalah
artinya hidupku sekarang Oppa? Percuma
saja aku hidup kalau oppa sudah tak ada lagi di sisiku. Oppa.. jebal..
kembalilah” pintanya sekali lagi.
Lidahku
benar-benar mati rasa, aku tak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku menerima
permintaan Na Young? Jika aku menerimanya bagaimana dengan Minnie? Jika aku
menolak Na Young, itu berarti sebentar lagi aku akan menjadi seorang pembunuh
secara tidak langsung. Haruskah aku menceritakan semuanya kepada Minnie dan
melihatnya kembali bersedih? Oh Tuhan apakah seorang pecundang harus diberikan
opsi yang sangat menyulitkan ini?
100124,
15.15 (at the same time)
Minnie’s
POV
Aishh..
kenapa hari ini perasaanku tidak enak? Apakah karena Donghae? Sepertinya aku
harus pergi ke apartemennya dan menemuinya sekarang. Aku berlari menyusuri jalanan
kota dan bergegas mencari taksi.
Tiba-tiba
langkahku dihentikan oleh sebuah mobil yang berhenti tepat di depanku. Sepersekian
detik kemudian, aku baru menyadari kalau pemilik mobil itu adalah Cho Kyuhyun.
Seketika
itu juga lututku terasa lemas dan badanku terasa kaku, Kyuhyun? Untuk apalagi
dia muncul di hadapanku? Kyuhyun keluar dari dalam mobil dan menyeretku ke arah
sebuah bangunan tua, dia menyeretku paksa.
“yak!!
Cho Kyuhyun, lepaskan..” aku berusaha melepaskan tanganku. Tanganku terasa
berdenyut nyeri saat dia melepaskan tanganku. Aku dapat merasakan kekesalan dan
kemarahan yang membuncah dalam dirinya.
Kyuhyun
mendorongku ke tembok bangunan itu dan menciumku kasar. Lidahnya berusaha
memaksa masuk ke dalam mulutku. Aku dapat merasakan kegundahan yang ada pada
dirinya dari cara dia menciumku. Aku mengunci bibirku rapat-rapat dan berusaha
melepaskan ciumannya.
PLAKK!!
Sebuah tamparan mulus mendarat di pipi Kyuhyun, “kau sudah gila
Kyuhyun-ahh!!”jeritku.
“ya,
aku memang sudah gila Minnie-ah.. aku merasa sangat bodoh sudah berlaku jahat
kepadamu.... ” ucapnya pilu. Dia meraih batu bata yang berada tak jauh dari
tempatku dan dia. Ada beberapa tumpukan batu bata dari sebuah bangunan tua ini,
“kau tau....” Kyuhyun mengepalkan tangannya dan meninjukan tangannya ke arah
batu bata itu.
Aku
menjerit ngeri di buatnya, bagaimana mungkin? Batu bata itu terbelah dua hanya
dengan satu kali pukulan? Tubuhku semakin lemas saat tangan Kyuhyun sudah
dipenuhi oleh darah segar yang mengucur deras dari sela-sela jari tangannya.
Kyuhyun langsung menarik tubuhku dan melingkarkan tangannya di badanku. Tubuhku
sekarang sudah dipenuhi darah yang ditimbulkan oleh luka di tangannya.
“jangan bertindak bodoh seperti
itu” desisku. Kyuhyun hanya terdiam, dia membenamkan wajahnya di pundakku. Aku
merasakan cairan hangat mengalir di pundakku. Kyuhyun menangis?
“aku
mohon Minnie-ahh...dengarkan penjelasanku dulu..” Kyuhyun meminta ijin kepadaku
untuk menjelaskan sesuatu. Penjelasan apa lagi? Penjelasan bahwa selama dua tahun
ini dia tak pernah mencintaiku? Aku menyerah, akhirnya aku memberikan ijin
kepadanya.
Ahh
jantungku terasa berdetak semakin keras saat mengetahui Kyuhyun membalas
cintaku. Sedikit terlambat, meskipun dia tak pernah menyadari berapa lama waktu
yang dia perlukan untuk melupakan Ryena dan beralih mencintaiku. Aku tak kuasa menahan airmataku mendengar
segala pengakuannya. Mengetahui keadaan yang sebenarnya bahwa Kyuhyun sudah lama
menjadikanku hanya sebagai tameng dalam hidupnya.
“Minnie-ahh...kembalilah
padaku.... kita mulai semuanya dari awal...” pintanya lirih.
Aku
hanya diam membatu mendengar permintaan gilanya itu. Ya, dari lubuk hatiku yang
terdalam, aku masih mencintainya. Aku masih mengharapkannya datang dan menemaniku sepanjang hidupku. Tapi di sisi
lain, aku sudah berjanji ingin melupakannya,membiarkan Donghae perlahan-lahan
menyusup masuk ke dalam hatiku, dan...hatiku kembali terluka saat mengetahui
keadaan yang tak pernah aku ketahui. Saat kejujuran itu terdengar sangat
menyakitkan, saat aku merasa jauh lebih baik terlena dengan semua sandiwara
Kyuhyun sebelum dia menyadari dia juga mencintaiku..
Pilihan ini terlalu berat untukku, banyak
orang yang bilang kalau masalalu itu ada hanya untuk di kenang. Bukankah
keadaan itu hanya berpihak pada orang mempunyai satu jalan di depannya? Saat ia
hanya dihadapkan pada masa depannya. Namun ketika dia mempunyai dua jalan di
hadapannya siapa yang harus ia pilih? Masa depannya atau masa lalunya? Haruskah
aku memberikan kesempatan untuk Kyuhyun memperbaiki dirinya dan memintaku
mengulang semuanya dari awal? Melupakan masa laluku dengannya yang yang suram
dan kembali membentuk pribadi yang baru? Ataukah aku harus memilih Donghae?
Memberikan kesempatan kepadanya untuk menyusup masuk ke dalam hatiku dan
menjadi orang yang kuyakini sebagai masa depanku setelah kepergian Kyuhyun?
TBC---
***
MENURUT KALIAN MINNIE HARUS
MEMILIH SIAPA? Oke author galo nih harus memilih siapa-_,- secara mereka bedua
bias author di suju, jujur author gabisa bayangin endingnya bakal sama siapa.
Voting dulu ya. Pilih Kyuhtyun apa donghae? U__u
Oh iya bagi yang mual baca ff
author dipersilakan mengambil ember yang sudah disediakan -_,- makasih. Mohon
kritik dan sarannya ya. *bow*
saeng kurang greget... :P
BalasHapussuka pas scene Donghae ama Minnie... :')
Minnie terinspirasi dari suamiku yahh? *slap
Tingkatkan diksimu dan galaunya :D
hai eon'-')/ makasih udah mau baca...ini ff galo kan masih kurang greget aja eon.. nunggu pembunuhan berantai eon baru ada gregetnya.wkkw XP
Hapusngook _-_ bukan sungmin eon -_-
asli galau jadinya nah.... aku pusing... huaaaaa
BalasHapuskok jadi sreg ma donghae yah??????? tapi kyuhyun????
nahloh hayooo ;p vote donghae kah ? XD
BalasHapus