Author : @Meiywu
Cast :
·
Kris EXO M
·
Song Na Ra (OC)
·
Park Chanyeol
·
Other cast
Genre : romance, angst(?), married life
Length : multichapter
Rate : PG-15
Ini ff
ketiga author ya setelah ff at least i still have you daannnn chance yang
hasilnya cukup menyedihkan karena bikinnya sembarangan, semoga cukup puas
dengan ff yang super duper panjang ini ;)
***
Aku berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumahku
sepulang kuliah, ahh.. ibu dan ayahku sepertinya sedang menyambut tamu yang sangat
spesial sampai harus mereka berdua yang meluangkan waktu di siang ini untuk sekedar
menyambut tamu itu. Karena itu, aku cukup segan untuk melewati beberapa orang tamu
yang datang itu sehingga memutuskan untuk masuk ke dalam rumah melalui pintu
belakang. Sepertinya tamu itu juga cukup kaya, sebuah mobil mewah keluaran
terbaru terparkir dengan gagahnya di depan rumahku.
“Ra~yaa..” langkahku tertahan saat ibuku memanggil
namaku.
“ne..” jawabku sambil menuruni anak tangga terakhir saat
aku ingin naik ke atas menuju kamarku.
Sebegitu pentingnya kah tamu itu sampai aku juga harus ikut
menyambutnya?
“Ra~yaa dialah orang yang akan menikah denganmu..” ujar
ibu kepadaku saat aku sudah berada di samping ibuku.
Aku hanya diam membatu menyambut ketiga orang tamu yang
kuyakini mereka adalah calon mertuaku dan calon suamiku, namja itu.......
Nafasku tertahan saat aku berhasil mengenali namja yang
akan menjadi calon suamiku. Ya, namja itu adalah orang yang sangat aku sayangi,
orang yang sudah membuatku menghabiskan hidupku hanya untuk berniat
melupakannya sekarang akan menjadi calon suamiku?
*
Aurora, kau tau, rasanya saat itu aku akan meledak.
Rasanya seperti ada sesuatu dalam tubuhku yang mendesak untuk keluar. Ahh, aku
sangat bahagia waktu itu.. tapi.. sudahlah lupakan rasa bahagia itu, sepertinya
calon suamiku yang kini telah resmi menjadi suamiku itu tidak mengalami hal
yang sama dengan yang kurasakan saat itu. Kejadian 6 bulan yang lalu itu, masih
terukir jelas di benakku.
Ah sebelumnya, ijinkan aku memperkenalkan siapa diriku
dan dirimu sebenarnya, namaku adalah Song Na Ra, gadis berusia 23 tahun yang
sekarang telah resmi menjadi isteri pemilik perusahaan yang cukup terkenal di
Korea Selatan, Wu Yi Fan. Ah ya, aku mempunyai kedua orang tuaku yang sangat
menyayangiku dan sangat overprotektif terhadapku. Entahlah, aku tak keberatan
mengikuti apa kata mereka, menurutku semua yang telah mereka putuskan untukku
adalah pilihan terbaik dalam hidupku. Termasuk pilihan untuk menikah dengan
namja yang ternyata adalah sunbaeku semasa aku masih sekolah. Kupikir, setelah
aku memutuskan untuk menerima perjodohanku dengan orang lain. Aku dapat
melupakan namja yang sudah sangat lama ini bermain di dalam hatiku. Nyatanya,
aku harus menemui takdirku yang lain, menjadi isteri seorang namja yang justru
sedang berusaha kulupakan.
Aku mempunyai seorang adik laki-laki yang sangat mirip
denganku, bisa dibilang kami adalah kembaran. Haha. Nama adikku adalah Song Jae
Jin, kami hanya berbeda setahun, menurutku dia adalah namja terbaik di dunia
setelah ayahku. Kau tau, dia selalu melindungiku dan mendengarkan curhatku yang
mungkin menurut kalian tidaklah penting. Tapi, untuk masalah percintaan, jujur
saja si Jae Jin tidak mengetahui masalah ini. Aku cukup menuliskan semuanya di
sini.
Ah, rasanya cukup sudah perkenalan keluargaku. Sekarang,
aku akan menceritakan sejarah tentang hidupmu sekarang, aku memberikan namamu
Aurora, kenapa? Karena aku sangat menyukai aurora, sekalipun aku belum pernah
melihatnya. Aku sangat ingin melihat aurora sekali seumur hidupku. Kau tahu,
aku sangat menyukai malam hari, mungkin seandainya saja aku bisa melihat
Aurora, hal ini akan tampak jelas ketika malam, bukan? Konyol sekali. Aku juga
menamaimu aurora karena di sini, aku akan menuliskan semua tentang namja yang
sangat kupuja layaknya aku memuja aurora. Namja yang telah resmi menjadi
suamiku, aku sangat ingin melihatnya setiap hari, menunggunya sepulang kerja,
layaknya aku berusaha ingin melihat aurora dan menunggunya setiap malam. Setahuku,
aurora tidak akan pernah muncul di Korea Selatan, sama sepertinya, mungkin
cintanya terhadapku tidak akan pernah muncul dari lubuk hatinya.
Ah sudahlah, kalau kuceritakan sekarang kau tak akan
mengerti maksudku, dan alasan aku harus menuliskan semua kenangan dalam sebuah
buku karena otakku sangatlah buruk dalam hal mengingat sesuatu, sehingga,
sebelum ingatanku memudar seiring bertambahnya usiaku, aku rasa aku akan
menceritakan sedikit saja kenanganku dengannya. Mungkin kalau kuceritakan
secara detil, akan sangat panjang sehingga rasanya aku harus membeli aurora
yang baru sepertimu. Tapi sepertinya, aku hanya ingin mempunyai 1 aurora saja
dalam hidupku, layaknya aku hanya mempunyai satu orang, tempat kumenambatkan
hatiku di sana.
Mungkin, aku akan menceritakannya dari saat aku mulai
memasuki tahun ajaran baru. Di SHS Baewon. Sekitar 8 tahun yang lalu, saat itu
aku tergopoh-gopoh memasuki gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup.
Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah baruku. Kalau saja aku tidak bangun
kesiangan, mungkin aku tidak akan terlambat seperti ini.
“Cepat masuk!!” seorang satpam membentakku.
Aku melangkahkan kakiku cepat-cepat memasuki halaman
sekolahku, hari pertama masuk sekolah, aku sudah mengacaukan semuanya.
Semua siswa bahkan sudah berbaris di lapangan menunggu
instruksi dari para sunbaenim. Aku langsung berlari menuju barisan belakang.
Saat itu aku melihat sesosok namja dengan wajah yang sangat lucu dan menggemaskan.
Mungkin seperti anak kecil dengan tubuh yang tinggi. Haha, kau tahu saat itu
hatiku berbunga-bunga melihat namja itu. Saat aku menyapukan mataku ke arah
barat. Aku melihat sosok namja dengan tubuh tinggi tegap, dengan alis dan
rambut yang berwarna cokelat mengilap. Wajahnya yang pucat, bibirnya yang merah
dan tebal, garis-garis wajahnya yang tegas, matanya yang tajam dan tubuhnya
yang kaku itu terlihat sedikit menyeramkan. Ah, kalau saja ada vampir di dunia
ini, mungkin namja yang satu ini sudah tertuduh sebagai vampir. Tapi... aku
lebih menyukai namja berwajah imut dan murah senyum itu.
Aku terlalu sibuk mengamatinya, mendengarkan dengan
seksama saat dia memperkenalkan dirinya di depan seluruh siswa. Park Chanyeol?
Nama yang unik. Aku terhanyut dalam fantasiku bersama dengan namja ini sampai
aku tak mendengarkan saat para sunbae yang lain memperkenalkan dirinya,
termasuk namja yang mirip vampir itu.
***
Akhirnya barisan
dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan 1 sunbae sebagai pendamping mereka, aku
menggerutu kesal saat Chanyeol sunbae tidak memberikan intruksinya pada
barisanku, sebagai gantinya namja dengan tubuh tegap seperti vampir itu yang
memberikan instruksi kepadaku. Dia terlihat sangat serius mengabsen nama-nama
kami dan menyebutkannya satu persatu.
“kyaaaa kita beruntung hari ini ><” ucap Seulmi,
teman yang baru kukenal beberapa menit yang lalu.
“maksudmu?” tanyaku bingung.
“dia” Seulmi mengalihkan pandangan matanya dariku dan
beralih melirik namja vampir itu.
“namja yang seperti vampir itu?” bisikku pelan.
“Mwo? Na Ra-ssi ... kau ini.. dia itu namja paling tampan
di sini. Beruntunglah kita karena dia memilih untuk mengabsen barisan kita.”
Ucap Seulmi bangga.
“Oo.. aku tidak tertarik..” aku hanya mengangkat bahuku
dan mataku mulai beralih dari Seulmi dan mencari sosok yang bernama Park
Chanyeol itu.
“SONG NA RA!!” aku tersentak saat mendengar namaku
disebut.
“n...ne...” jawabku terbata saat mengetahui si pemilik
suara itu.
“Song Na Ra, perhatikan dan fokuskan pandanganmu pada
orang di depanmu..” perintah sunbae yang sangat menyeramkan itu. Aku hanya
tertunduk lesu mendengar bentakannya. Sepertinya namja itu sedang marah
denganku. Mata namja itu seperti memancarkan kilat saat menatap tajam ke arah
mataku. Yah, sepertinya dia ingin menerkamku. Seandainya saja ini adalah sebuah
novel, apakah aku akan menjadi Bella dengan namja itu sebagai Edwardnya?
Tapi... bukankah seorang Bella itu mencintai Edward? Astaga, dalam pandangan
mataku, namja ini sama sekali tidak membuatku tertarik kepadanya.
“kalian boleh beristirahat, setelah kalian istirahat
kalian boleh meminta tanda tangan dari para sunbae. Tujuannya adalah agar bisa
terjadi interaksi dengan para sunbae di sini sekaligus kalian bisa mengenal
sunbae-sunbae di sini..” namja itu mulai memberikan instruksinya sambil
membagikan selebaran daftar nama-nama para pengurus penerimaan siswa baru.
Aku hanya terdiam membisu, tak berani sedikitpun menatap
mata sunbae itu, haruskah aku meminta tanda tangan juga darinya? Aku meneguk
air liurku perlahan, menatap namja yang berjalan memunggungiku.
“aishh.. aku rasa aku harus mulai meminta tanda tangan
dari para sunbae..” aku beranjak pelan dari tempat dudukku dan mulai berjalan
mengelilingi area sekolah baruku.
Fiuh, ternyata cukup melelahkan juga meminta tanda tangan
dari para sunbaeku yang ternyata jumlahnya jauh lebih banyak dari perkiraanku.
Aku mengusap peluh yang mengalir dari keningku.
“masih ada 2 tanda tangan lagi...” gumamku saat melirik
kedua nama sunbae yang harus kumintai tanda tangan. Park Chanyeol dan Wu Yi
Fan. Ah, hanya dengan menatap lembar kerjaku yang hampir penuh ini aku sudah
bisa menebak namja yang mirip vampir itu bernama Wu Yi Fan.
Aku berlari mencari-cari Park Chanyeol untuk meminta
tanda tangan darinya, namun namja yang kusuka itu sedari tadi tak juga
menampakkan batang hidungnya. Aku berjalan melewati sebuah gudang kosong di
belakang sekolah baruku. Tiba-tiba kenop pintu gudang itu berputar dan
seseorang berniat keluar dari dalam sebuah gudang itu.
Mataku membelalak saat melihat namja yang keluar dari
pintu gudang itu, Park Chanyeol. Namja ini juga tak kalah terkejutnya saat
melihat seorang hoobaenya terlihat seperti mengikutinya sampai ke gudang tua
ini. Sepertinya, dia berniat untuk lari dariku namun niat itu diurungkannya.
Aku mencoba memberanikan diriku. Jantungku berdetak cukup kencang, “s..sunbae..
kenapa ada di sini?”
“ee....” dia tak langsung menjawab, sepertinya sedang
berpikir untuk mencari jawaban yang pas untukku.
“eumm...sunbae.. bisakah aku meminta tanda tanganmu?” aku
langsung menodongnya dengan pertanyaan ini. Sebentar lagi waktu untuk berburu
tanda tangan akan segera habis, kalau aku tidak mendapatkan tanda tangan namja
ini dan vampir itu. Bisa-bisa aku akan mendapatkan hukuman.
“ee...ne... kau tahu namaku?” tanya sesosok namja imut
yang daritadi sedang menari-menari dalam pikiranku. Dia berbasa-basi memecah
kecanggungan sambil mengambil kertas yang daritadi sudah kusodorkan di
hadapannya, semuanya terasa sangat aneh dan membingungkan mengingat pertemuan
kami yang cukup mengagetkan ini.
“ne... Park Chan...Yeol??” aku memberanikan diriku
mengucapkan namanya, tentu saja aku tahu siapa namanya.
“hmmm” Chanyeol sunbae hanya mengangguk-angguk sambil
mencoretkan tinta di atas kertas putih itu.
Tiba-tiba Chanyeol menggerakkan alisnya membuat suatu
ekspresi yang menunjukkan adanya keganjilan pada kertasku, “kau, belum meminta
tanda tangan dengan Kris?” tanyanya bingung.
“Kris?” aku pun kembali bertanya dengan mimik muka yang
tak kalah bingungnya dengan Chanyeol.
“maksudku Wu Yi Fan” dia beberapa kali mengecek kertasku,
seolah-olah berharap kalau apa yang ia lihat itu adalah sebuah kesalahan.
“ahh...aku lupa dengan sunbae yang itu..” dustaku, aku
hanya terlalu takut untuk meminta tanda tangan darinya. Sambungku dalam hati.
Tiba-tiba sebuah seringaian aneh muncul dari wajah Park
Chanyeol, “aneh sekali... sudah dua tahun ini aku selalu menemukan kertas tanda
tangan dengan tanda tangan Kris selalu tertera di atas kertas itu, para hoobae
selalu menyerbunya saat pertama kali di suruh meminta tanda tangan dari para
sunbae, lagipula dia tak sulit untuk sekedar diminta tanda tangan...” katanya
sambil mengembalikan kertasku.
Aku mengangguk-angguk tanda mengerti, mungkin pikiranku
sedikit melenceng dari mereka, seandainya saja Chanyeol sunbae tak bersembunyi
di gudang, mungkin dia adalah orang pertama yang akan kuminta tanda tangan.
“yah kuharap kita bisa berteman...” ucapnya sumringah
sambil menyodorkan tangannya menunggu untuk di jabat.
“ne sunbae..” balasku sambil menjabat tangannya,
sepertinya aku tidak akan mencuci tanganku untuk seminggu ke depan. Haha.
Chanyeol pun permisi dari hadapanku dan langsung berjalan
menuju lapangan, belum hilang dari pandanganku, dia langsung diserbu oleh para
hoobae yang sedari tadi mencari tanda tangannya.
Aku mulai melangkahkan kakiku, mencari sosok namja vampir
itu.. tak sulit mencarinya karena Kris sunbae cukup mencolok di antara puluhan
para sunbae di sini. Kris sunbae duduk sendirian di bawah pohon sambil
menyantap makan siangnya, matanya tak lepas dari kerumunan hoobae yang
berdesak-desakan meminta tanda tangan untuk Chanyeol sunbae.
Ugh, melihatnya saja aku sudah malas, kekakuannya terasa
begitu nyata-_- mungkin saja dia adalah jelmaan seorang robot yang menyamar
menjadi seorang manusia. Aku bahkan tak pernah melihat senyumnya sejak pertama
kami bertemu. Ahh.. Aku mulai berkhayal
lagi, sepertinya pikiranku sudah mulai terkontaminasi dengan berbagai racun
yang kuperoleh sehabis menonton film.
Aku berjalan lambat menuju ke arahnya, matanya beralih
menatap ke arahku, aku menghentikan langkahku tepat di depannya, “sunbae...
bo...bolehkah aku meminta tanda tanganmu?”
Diam. Tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, Kris
sunbae terus saja mengunyah makanannya.
“su....” belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Kris
langsung merogoh sakunya, mengeluarkan dompetnya dan menyodorkan beberapa
lembar uang kepadaku, “karena kau mengganggu acara makan siangku, sebagai
hukumannya kau harus membelikan air mineral untukku..” dia tak melanjutkan
ucapannya sambil terus melanjutkan makannya, sepertinya aku bahkan sudah bisa
membaca apa yang ada di pikirannya sekarang, ‘aku akan memberikanmu tanda
tanganku setelah kau menebus kesalahanmu,
gadis-yang-sudah-membuatku-badmood-pagi-pagi’
Aku tak menjawab, aku hanya langsung mengambil uang yang
diberikannya kepadaku dan langsung pamit dari hadapannya. Saat aku berjalan
meninggalkannya, beberapa hoobae yang daritadi melirik ke arahku dan Kris mulai
mendekati Kris dan menyodorkan botol minumannya kepada Kris, berharap dia mau
meminum dari botol minuman mereka.
“maaf, aku sudah membelinya sendiri...” suara tolakannya
terdengar lamat-lamat di telingaku.
Hanya untuk sekedar meminta tanda tangan darinya, aku
bahkan harus berjalan jauh untuk membelikan air mineral. Padahal, saat
teman-temanku yang lain meminta tanda tangan kepadanya, dia memberikan tanda tangannya
dengan Cuma-Cuma. Aku menendang bebatuan kecil di hadapanku.
“ini...” aku menyodorkan sebotol minuman dingin
kepadanya, dia langsung merebutnya dan langsung meneguk minuman itu sampai
habis.
“mana kertasmu?” tanyanya, astaga, apakah namja ini tidak
tahu soal sopan santun? Setidaknya dia harus mengucapkan ‘gomawo’ rutukku.
Aku langsung memberikan kertasku kepadanya, demi Tuhan.
Seandainya saja dia adalah seorang vampir atau spesies apapun di muka bumi ini
dengan seluruh wanita di sekelilingnya yang siap menyerahkan diri mereka
sendiri untuk ditiduri, aku adalah wanita yang akan siap sedia untuk
mengharamkan diriku untuknya.
***
Aku memasuki gerbang sekolahku, hari ini adalah hari
terakhirku sebagai murid yang sedang di beri pengarahan oleh sunbae-sunbaeku. Mataku terasa sangat perih akibat begadang
semalaman memikirkan hadiah dan isi surat kasih sayang yang akan kuberikan kepada Park Chanyeol.
Kemarin siang, aku dan teman-temanku ditugaskan untuk
menulis sebuah surat kasih sayang beserta hadiah dan surat benci kepada
sunbae-sunbaeku. Hal ini sukses membuat kepalaku terasa pening harus memilih
hadiah apa yang akan kuberikan kepada Park Chanyeol
Akhirnya,
aku memutuskan untuk memberikan sebuah jam weker mungil bertuliskan “Na Ra
Collection” di dalamnya. Haha, entah kenapa perusahaan itu menggunakan namaku
untuk memproduksi produk-produknya. Setidaknya, ketika Chanyeol sunbae bangun
pagi dan mematikan alarm dari jam weker pemberianku, dia akan melihat namaku
tertera di jam itu. Kkkk aku terkekeh pelan ketika membayangkannya.
Aku berjalan memasuki ruangan kelas, kau tau. Banyak para
murid yang iri dengan kelas kami karena Chanyeol dan Kris sunbae menjadi
pendamping kelasku. Tentu saja aku bahagia bisa diajar dan diberi pengarahan
oleh Chanyeol sunbae, tapi tidak untuk Kris.
“hari ini tidak ada pengarahan dari pihak sekolah, jadi
kita bisa bebas bermain seharian” kata Chanyeol sunbae sambil menyunggingkan
senyum khasnya.
Sunggingan senyum itu disambut oleh teriakan riuh dari
teman-temanku, mereka menyambut dengan antusias permainan yang akan diberikan oleh
sunbae-sunbaenya.
“bisakah aku pulang sekarang?” keluhku pelan.
“semuanya berkumpul membentuk lingkaran, sebelumnya,
kumpulkan surat-surat benci kalian ke depan kelas....” Chanyeol mulai
memberikan instruksinya dengan mennggiring kami semua untuk berkumpul membentuk
lingkaran dan mengumpulkan surat benci kami.
Permainan pun dimulai dengan sebuah botol kosong yang diputar
serah jarum jam, apabila botol itu berhenti di salah satu siswa, maka mereka
akan mengambil gulungan kertas kecil berisi tantangan yang harus mereka
lakukan. Beberapa wajah teman-temanku terlihat merona merah saat mereka di
suruh melakukan hal-hal yang cukup memalukan. Sama seperti Seulmi, bedanya mukanya berwarna merah dan bahkan
melonjak kegirangan saat mendapat kertas berisi ‘berikan rayuan yang indah kepada Park Chanyeol’.
Fiuh, aku bahkan menatap iri kepadanya yang berhasil
membuat pipi Chanyeol sunbae merona merah karena rayuan mautnya.
Botol kosong itu kembali di putar searah jarum jam,
tiba-tiba mulut botol itu berhenti tepat di depanku. ‘sial’ rutukku dalam hati.
Beberapa teman namjaku bersorak saat aku mengambil kertas
kecil itu dan mulai membukanya, ‘cobalah
untuk merayu Kris/ lakukan apa saja perintah yang diucapkan oleh Wu Yi
Fan(Kris) ^^’
Mataku hampir melompat keluar saat membaca tantangan yang
tertulis di dalam kertas itu, bibirku mulai memutih, membayangkan perintah yang
akan terlontar dari bibirnya Kris.
Aku hanya diam membatu, aku bahkan sudah kehilangan
indera pendengaranku hanya dengan membaca kertas kecil itu. Melihat tubuhku
yang tak bereaksi terhadap teriakan dari teman-temanku membuat Seulmi gemas dan
akhirnya merebut kertas kecil itu dari tanganku dan langsung membacanya dengan
lantang.
“Cobalah untuk merayu Kris/ lakukan apa saja perintah
yang diucapkan oleh Wu Yi Fan(Kris)!!” serunya.
Mendengar isi surat itu, Kris langsung berdiri dari
tempat duduknya dan memandangku, aku hanya menunduk melihat tatapannya ke
arahku. Beberapa temanku bersorak iri melihat tantangan yang kudapatkan.
“a...aku tidak bisa merayu.....” ucapku. Lidahku terasa
tak bisa berujar lagi mengingat namja yang harus kurayu adalah Kris. Ahh, badanku terasa lemas rasanya. Merayu
namja vampir ini? Ahh otakku rasanya buntu untuk sekedar memoles mulutku dengan
kiasan-kiasan indah untuknya.....
***
Tuk...tuk...tuk... aku mendengar suara ketukan dari
pulpen yang diketukkan oleh Chanyeol sunbae. Aku terdiam lama sekali memikirkan
kata-kata untuk Kris. Seandainya saja orang yang harus kurayu adalah Park
Chanyeol, mungkin kerja otakku akan sedikit lebih cepat.
“aku tidak bisa berkata-kata...” ucapku pasrah, aku
bahkan tidak bisa memikirkan satu kalimat pun untuknya.
Kris menghela napas panjang, sementara seorang yeoja yang
juga adalah seorang sunbaeku sedang sibuk membaca surat-surat benci yang
dikumpulkan.
“merepotkan saja...” sindir Kris. Hah? Merepotkan? Aku
merepotkannya? Bukankah harusnya aku yang mengatakan itu? Seandainya dia tidak mengijinkanku untuk merayunya, tentu
saja aku tidak akan berpikir sekeras ini.
“ok...sekarang, kalau begitu kau harus mendeskripsikan
apa yang kau lihat dariku..” ujar Kris.
Lagi-lagi aku membelalakkan mataku, hah? Mendeskripsikan
tentangnya? Tidak sulit untuk mendeskripsikannya hanya saja semua itu adalah
ungkapan kekesalanku.
“Wu YI Fan sunbae.. adalah sunbae mirip vampir yang di
hari pertama saat aku memasuki gerbang sekolah ini, dia adalah orang pertama
yang memarahiku, namja yang menyuruhku untuk membelikan minuman untuknya
padahal saat itu aku juga sedang kehausan. Aku mendengar namanya hanya saat dia
adalah sunbae terakhir yang belum kumintai tanda tangan, saat pertama aku
melihat Kris sunbae, aku merasa bahwa dia tidak cocok untuk menjadi manusia,
karena tubuhnya yang sangat kaku...dan...dia jarang sekali tersenyum apalagi
ditambah dengan tubuh tinggi dan kulit pucatnya..” untaian kata-kata pedas
mengalir deras dari bibirku. Astaga, sepertinya kau baru saja masuk ke lubang
buaya, err lebih tepatnya sebuah lubang kematian, menunggu seorang vampir menggigit
tengkukku.
Kris hanya mengangguk-angguk mendengar deskripsi pedasku
tentangnya, BINGO!! Sepertinya aku bukan orang pertama yang menyebutnya sebagai
seorang vampir/ spesies lain selain manusia di muka bumi ini. Aku pikir, dia
akan memarahiku namun daritadi tak ada sepatah katapun yang keluar dari
mulutnya, hal itu digantikan dengan bunyi lonceng sekolahku, pertanda waktunya
istirahat.
“ARRGGHH SIAL!! KENAPA SEMUA SURAT BENCI DITUJUKAN
PADAKU??!!” seorang yeoja yang daritadi duduk di samping Kris menghempaskan
tumpukan kertas yang daritadi di remasnya dan langsung berdiri.
“semuanya?” gelak tawa Chanyeol mulai terdengar dalam
ruanganku.
“99%, ada 1 surat yang ditujukan kepada Kris” gadis itu
melemparkan sebuah surat kepada Kris. Kris langsung menangkapnya dan membaca
isi suratnya, astaga... surat benciku!! Aku menunduk, berusaha agar tidak
terlihat mencurigakan.
“sudah..sudah...sekarang sudah waktunya istirahat, kalian
bisa beristirahat, usai istirahat jadwal kalian bebas, kalian bisa memberikan
surat kasih sayang dan hadiah kepada para sunbae yang kalian sayangi” lanjut
Chanyeol berusaha menengahi.
Semua gadis di kelasku pun langsung menyerbu Chanyeol dan
Kris, memberikan berbagai hadiah untuk mereka, aku tak ingin kalah dengan
mereka, berdesak-desakan dengan mereka hanya untuk bisa memberikan kadoku
kepada Chanyeol.
Fiuh, aku menghabiskan sebotol penuh air mineral,
berdesak-desakan dengan siswa lain membuatku lelah. Aku duduk di bangku taman
melihat beberapa siswa yang sedang berlari-lari mengejar sunbae yang akan
mereka beri hadiah. Ada dua orang siswa yang berjalan melewatiku dengan
berbicara cukup keras.
“kau
lebih memilih Kris sunbae atau Chanyeol sunbae?” tanya seseorang yang berbadan
gemuk.
“Chanyeol
sunbae, haha kamu?”
“aku,
Kris sunbae, Kris sunbae itu jauh terlihat lebih tampan, berwibawa dan...keren
” kata seseorang yang berbadan gemuk itu lagi.
Aku
mencibir saat temannya malah balik memuji Kris dan bahkan mengakui kewibawaan
dan ketampanan vampir itu, tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang menyentuh
pundakku.
“ahh.. Seulmi-ahh..” erangku saat melihat sosok yeoja
yang sedang duduk di sebelahku.
“hei, kau mau memberikan surat kasih sayang ini?” Seulmi
langsung menyodorkan surat dan sebuah hadiah yang terbungkus rapi dengan pita
berwarna merah.
“hmm...sama siapa?”
“Kris sunbae..” jawabnya mantap.
“MWO?? Shireo..” jawabku ketus sambil melipat kedua
tanganku.
“jebaaaaaaaal...
Na Ra-ya.. aku sudah berkali-kali ingin memberikannya pada Kris sunbae
tapi aku tak berani” Seulmi meraih tanganku dan mengangkupnya dengan kedua
tangannya. Fiuh.
“ne...” ucapku tak tahan saat melihat wajah memelasnya
sambil mengambil kotak hadiah dan coklat itu untuknya, “dimana dia?” tanyaku
lagi.
“aaa kau baik sekali Na Ra-yaa~ dia sedang beristirahat
di UKS, kau bisa menunggunya di sana..” aku melihat ke arah tempat yang di
tunjuk oleh Seulmi, terlihat beberapa kerumunan anak wanita yang sepertinya
juga menunggu kemunculan Kris dari ruang UKS.
Aku berjalan menuju tempat itu dan duduk menunggu bersama
beberapa gadis remaja seusiaku. Aigoo, rasanya seperti seorang fans yang
menunggu idolanya keluar dari tempatnya dan berjalan menemui fans-fansnya-_-
Tiba-tiba pintu ruang UKS terbuka, aku melihat sosok
namja vampir itu keluar dari UKS, seseorang yang berada tak jauh dari tempat
dudukku memanggilnya, dia menoleh dan berjalan menuju ke arah kami.
Jantungku berdegup sangat keras saat kaki Kris sunbae
berpijak tak lebih dari 2 meter di dekatku. Beberapa yeoja sudah mulai
memberikan kadonya dengan malu-malu, aku pun mau tak mau berdiri dan
memberikannya kado.
“ini sebagai permintaan maaf dan terima kasih kami
kepadamu, sunbaenim, seandainya saja kami para hoobae berlaku kurang ajar atau
berbuat kesalahan padamu.” Ujar seorang hoobae di sebelahku memulai
pembicaraan. Bisa kulihat wajahnya terlihat sangat gugup saat mengucapkan hal
itu kepada Kris sunbae.
“ne..” jawab Kris sambil tersenyum ke arah kami. Mataku
berhenti berkedip saat melihat senyuman yang terpancar dari wajah Kris.
Seandainya aku sudah dari awal menyukainya, mungkin sekarang aku sudah
melupakan bagaimana caranya bernafas. Sebuah ukiran garis lengkung di bibirnya
benar-benar mengubah segalanya. Mengubah cara pandangku dan pusat duniaku. Kau
seakan tertarik masuk ke dalam perangkapnya yang mematikan. Senyuman itu
membuat otakmu berhenti bekerja sebagaimana mestinya, melumpuhkan sistem
sarafmu. Senyuman itu..... mengubah segalanya......
***
2225lima bulan
kemudian...
Kami
sudah mulai aktif belajar saat ini, kau tahu, sejak kejadian itu.. aku sudah
melupakan Park Chanyeol sunbae, aura Kris sunbae terasa benar-benar memikat dan
memabukkan, pantas saja tak ada yeoja yang tak mengidolakannya, dia benar-benar
pengacau sistem kerja otakku. Bagaimana mungkin sekarang aku menjadi seorang
pemerhati. Layaknya seorang stalker aku selalu memperhatikan Kris sunbae, cara
berjalannya, cara berbicaranya dan bahkan bola mataku tak pernah lepas dari
sosoknya. Mungkin, seandainya saja aku bukanlah seseorang yang pemalu, bisa
saja aku memberanikan diri untuk mengejarnya.
Aku terlalu malu untuk sekedar menyapa ataupun memberikan
senyuman padanya, hanya melihatnya di balik jendela kaca. Melihat segala
gerak-gerik dan tingkah lakunya dengan batasan kaca transparan itu.
Aku hanya terlalu takut untuk mengharapkannya, dia
terlalu jauh untuk kugapai, terlalu banyak wanita cantik di sekitarnya yang
mengincarnya. Mungkin, dia takkan pernah melihat ke arah seorang gadis culun
sepertiku, gadis di balik jendela.
Kau tahu, aku sangat menyukai hujan, bukan karena aku bisa
menyembunyikan tangisku, hanya karena suara hujan dapat membuat otakku sedikit
bekerja lebih baik, hujan dapat membuatku sedikit berkonsentrasi, hujan dapat
melenyapkan suaranya yang tengah bersorak saat bermain basket. Hujan dapat
membuat pikiranku berhenti sejenak untuk sekedar berniat menengoknya dari balik
jendela, karena hujan, dia takkan bisa bermain basket. Aku tak perlu menunggu
hujan untuk sekedar meluapkan kekesalahanku, mencurahkan segala perasaanku yang
tak pernah di balas ini, aku tak pernah menunggu hujan agar bisa menangis, aku
tak perlu menyembunyikannya, karena tangis, kekesalahan. Kerinduan dan segala
pengharapan ini sudah tersembunyi... dia takkan pernah melihat ke sini....
GREP! Aku merasakan seseorang menyentuh pundakku,
“Ra-yaa”
Aku memalingkan wajahku dari jendela beralih menatap
sosok yang tengah mengganggu konsentrasiku, “wae? Seulmi-ahh?”
“tidak, hanya sedang memperhatikan gerak-gerikmu saja,
berdiri sendirian menatap di balik jendela setiap hari seusai pelajaran
berakhir itu apa tidak membuatmu bosan?”
“ah ani..” jawabku jujur.
Matanya berpaling dariku dan ikut menatap dari balik
jendela kelas, dia mendesah pelan, “aku tahu kau sekarang sangat menyukai Kris
sunbae, kenapa kau tidak mencoba mendekatinya saja? Setahuku, dia tidak
mempunyai pacar” saran Seulmi. Ya, dialah yang selalu bersedia menampung semua
ratapan piluku, menangisi seseorang yang bahkan tak pernah memandang ke arahku,
mencintai seseorang hanya dengan memandangnya di balik jendela. Siapa yang berpikir
kalau perkenalan secara tidak langsungku dengan Kris sunbae saat aku baru masuk
sekolah itu akan mengubah segalanya? Itu salah besar. Tidak, dia hanya terlihat
menonjol dalam kehidupanku, dalam ceritaku, bukan sebaliknya
.
Aku menggeleng pelan,”ani.. hanya merasa terlalu malu
untuk sekedar mendekatinya.. aku tahu aku tidak pantas untuknya.”
“oh ayolah Ra~yaa” Seulmi mengusap bahuku pelan, seakan
ikut merasakan apa yang kurasakan, seakan semua beban yang telah lama kupikul
sendiri ini bisa ikut dirasakannya, “sampai kapan kau akan terus begini?”
Aku mencoba tersenyum“mungkin, saat aku sudah tidak bisa
melihatnya lagi..”
Hening. Tak ada perkataan yang kudengar dari mulut
Seulmi, dia hanya diam terpaku mendengar jawabanku. Aku mencoba memecah
keheningan antara kami berdua, “aku permisi dulu Seulmi-ahh~ aku ingin ke
toilet”
Aku berjalan meninggalkan Seulmi yang bahkan seperti tak
mengizinkanku untuk beranjak dari hadapannya, dia hanya diam membatu. Huft. Aku
kembali larut dalam pikiranku, pergi ke toilet saja, aku harus berjalan di
sepanjang koridor yang sejajar dengan lapangan basket, jelas saja sudut mataku
akan menangkap sosok namja yang sangat kucintai itu....
Aku mempercepat langkahku menuju toilet, tiba-tiba saja
beberapa yeoja berteriak histeris ke arahku. BUKK!! Aku merasakan sebuah
hantaman di kepalaku yang membuatku melupakan segalanya dan seketika juga hitam
seperti lautan tinta hitam menyelimuti diriku.
***
Entah ini hanyalah mimpi atau nyata, aku hanya mendengar
dan merasakan apa yang terjadi dengan diriku, mendapati diriku masuk dalam
sebuah lubang gelap dan hanya mendengar suara-suara sebagai patokannya. Aku
bahkan tak dapat merasakan anggota tubuhku sebagaimana mestinya, yang bisa
kudengar hanyalah sayup-sayup suara bisikan yang tak jelas untuk bisa kutangkap
dengan telinga normalku. Aku hanya merasakan sesuatu yang terasa lembut, manis
dan basah menyentuh bibirku sampai sebuah sinar menuntunku untuk bisa membuka
mataku...
Aku mulai
menggerakkan kedua bola mataku dan mulai membuka mataku, perlahan tapi pasti
mataku mulai bisa membiasakan diri dengan cahaya yang datang. Hal yang pertama
kulihat adalah sebuah langit-langit kamar yang berwarna putih, tirai putih yang
menutupi jendela dan aku melihat seseorang....
Ya, sudut mataku dengan cepat menangkap sosok seorang
namja yang duduk tak jauh dari tubuhku. Wu Yi Fan sunbae...
“ahh..” aku merasakan sakit yang mendera kepalaku saat
aku mencoba untuk bangun, Kris sunbae bangun dari tempatnya dan membantuku
untuk duduk. Aku merasakan detak jantungku yang berdetak sangat kencang saat
telapak tangannya menyentuh bahu dan punggungku. Darahku terasa berpacu dengan
cepat seirama dengan detak jantungku yang semakin cepat pula.
“jangan banyak bergerak...” sarannya. Dia kembali duduk
di tempat duduknya.
“ne...mi..mian sudah merepotkanmu..sunbae..” ucapku
terbata.. sudah lama sekali kami tak berkomunikasi, aku yakin dia sudah tak
mengenaliku lagi...
“panggil namaku saja, Kris. Ra-yaa~” dia tersenyum ke
arahku. Astaga, tiba-tiba aku merasa sesak napas saat melihat senyumannya.
Senyum yang kini hanya diberikannya untukku. Senyum yang mengacaukan hidupku,
dan..dia masih mengingat namaku... oh Tuhan, apakah aku bermimpi? Jika ia,
jangan bangunkan aku untuk selamanya... “aku akan mengantarkanmu pulang, mian
sudah membuatmu begini” sambungnya.
“ne...” jawabku malu-malu, hanya itu yang bisa kuucapkan.
Aku bisa merasakan kedua pipiku memanas.
Dia mengangguk, “hmm.. aku sangat jarang melihatmu keluar
kelas”
“ah..aku lebih senang menghabiskan waktuku di dalam
kelas” sambil memandangimu bermain basket, sambungku dalam hati.
“oh, lalu, kau tadi ingin pergi kemana?” tanyanya lagi.
“ke toilet untuk mencuci tanganku yang kotor” jelasku
sambil menunjukkan goresan-goresan tinta di tangan kananku.
Dia melirik ke arah tangan kananku,“konyol, seperti
anak-anak saja” ucapnya. Aku mencibir kesal saat dia mengataiku, demi Tuhan,
aku bahkan tak tahu harus bersikap seperti apa saat menghadapinya...
Dia mengajakku berbincang-bincang untuk sekedar mengisi
waktu, sampai membuat pusing yang menderaku hilang, kau tahu, ini terlalu indah
untuk berlalu begitu saja. Ini terlalu memabukkan, bisa mendengar suaranya yang
indah dengan jarak sedekat ini.. bisa melihat dengan jelas lekuk-lekuk dan
garis-garis sempurna di wajahnya.
“saatnya, aku mengantarkanmu pulang..” ujarnya pelan. Dia
bangkit dari kursinya dan langsung merapikan rambutku.
Aish,sial. Gerutuku dalam hati, aku bahkan lupa kalau
saat aku tertidur poni yang menutupi dahiku ini akan terangkat ke atas,“gomawo”
ucapku malu.
Dia
hanya diam dan langsung membantuku berdiri.
Sepanjang jalan dia terus saja memapahku dengan sebelah
lengannya berada pundakku dan sebelahnya lagi melingkari pinggangku, kalau saja
dia tidak membantuku, mungkin aku sudah jatuh merosot ke bawah, tak bisa
merasakan kaki-kakiku lagi, semuanya sudah mati rasa saat berdekatan
dengannya.aku tahu, beberapa yeoja yang berpapasan denganku dan Kris memandang
iri. Aku tahu mereka akan mencibirku di belakang, sudahlah, aku tak peduli, ini
terlalu menyenangkan. Aku akan mengingat dengan jelas hari ini, aroma tubuhnya,
caranya berjalan dan caranya saat
membantuku bangun, gerak bibirnya. Ahh...
Dia membukakan pintu mobil untukku dan mendudukkanku di
depan, tangannya dengan sigap mengaitkan seatbelt untukku. Aku hanya
memperhatikan gerak-geriknya. Dia benar-benar menghipnotisku.
“dimana rumahmu?” tanyanya lagi saat dia sudah
mendudukkan dirinya di sampingku.
“umm.. ini..” aku menyodorkan sebuah kartu yang
bertulisan alamat rumahku kepadanya. Dia hanya mengangguk pelan saat membaca
alamat yang tertera di sana dan mulai melajukan mobilnya perlahan.
Kami hanya berdiam diri saat di mobil sampai dia
menghentikan mobilnya di lampu merah,“kulihat kau sering mengintip kami saat
latihan basket di balik jendela” katanya.
DEG! Jantungku kembali berdetak sangat kencang saat
mendengar kalimat yang meluncur dari bibirnya.
“jeongmal?” tatapku tak percaya, dia...merasakan
kehadiranku?
“ne..aku sering melihatmu memandang dengan tatapan kosong
ke arah lapangan basket, bahkan saat aku dan teman-temanku tidak sedang bermain
basket...” dia melanjutkan, “kau...memperhatikan siapa?”
Aku menundukkan wajahku, aku bahkan tak tahu kalau Kris
sunbae terkadang juga memperhatikanku“ani...”
Aku melihat dari sudut mataku saat tangan kirinya
bergerak menuju dagunya dan mengelus-elus dagunya, dia menggigit bibirnya
pelan,“di antara anggota team basketku, siapa yang paling kau sukai?”
Tubuhku seperti terkena sengatan listrik saat mendengar
pertanyaannya yang terus-terusan memojokkanku, “ahh... aku menyukai... Chanyeol
sunbae..” dustaku.
Dia hanya terdiam, tubuhnya mengeras saat mendengar
ucapan yang keluar dari bibirku, matanya tetap fokus ke arah jalan raya dan
mulai menjalankan mobilnya lagi saat melihat lampu yang berwarna merah itu kini
sudah berganti warna.
“ah, aku juga berpikir begitu..” dia hanya
mengangguk-angguk.
Entahlah, aku bahkan tak tahu apa konsekuensi yang akan
kuterima setelah aku mengatakan kebohongan ini, aku terlalu takut untuk sekedar
jujur kepadanya. Aku hanya tak ingin dianggap sebagai wanita yang memanfaatkan
kebaikan hatinya agar bisa dekat dengannya. Aku tak ingin dicap sebagai wanita
yang haus akan harta dan ketampanan yang ia miliki.
Tak ada lagi suara yang terdengar dari mulutnya, aku
hanya mendengar suara kekalutan hatiku, pikiranku, dan batinku yang menjerit
ingin mengatakan hal yang sebenarnya. Sekedar ingin meloloskan belenggu yang
menjerat batin dan perasaanku selama beberapa bulan ini.
***
11 Mei...
Baewon School at 11.30 pm.
“Ra~ yaa!!”
“wae?” aku menjawab panggilan dari sahabatku Seulmi yang
dari tadi pagi sudah memberondongku dengan berbagai pertanyaan.
“Kau belum menjawab pertanyaanku, apa yang kau lakukan di
UKS saat berduaan dengan Wu Fan sunbae?” dia menahan tanganku berusaha
mencegahku agar tidak pergi.
“eoh, tidak terjadi apa-apa..” jawabku singkat.
“lalu saat ia mengantarkanmu? Apa tidak ter....”
“Seulmi~ahh,
aku-dan-Kris-sunbae-tidak-melakukan-apa-apa-dan-tidak-ada-sesuatu-spesial-yang-terjadi”
tekanku padanya.
Kening Seulmi berkerut saat mendengar ucapanku,
“aku-tidak-percaya” balasnya.
“terserah saja, aku mau ke kantin...” jawabku ketus dan
pergi meninggalkannya. Ayolah, aku bukan gadis yang jutek, aku hanya terlalu
malas menghabiskan waktuku hanya untuk membicarakan masalah ini seharian. Sudah
kubilang, hanya kisah hidup Kris sunbae yang menonjol dalam kehidupanku, dalam
cerita cintaku. Bukan sebaliknya.
“yakk!! Aku ikut!!” Seulmi langsung menyusulku, “aku
pikir kemarin bisa menjadi hal yang akan menuntunmu bisa dekat dengan Wu Fan
sunbae..”
“hah? Tak akan...” aku langsung berjalan cepat
meninggalkan Seulmi dan langsung memesan dua buah paket makan siang di kantin.
“siapa yang tahu Ra~yaa?” Seulmi langsung melipat
tangannya saat melihatku datang ke mejanya dengan membawa nampan penuh makanan.
“entahlah, hanya tak ingin berharap saja” jawabku acuh
sambil mulai memakan makananku.
Aku mulai sibuk berkonsentrasi dengan makananku,
tiba-tiba ada seorang gadis yang berjalan melewati meja makanku dan Seulmi. Bau
parfum yang sangat menyengat terasa membakar rongga-rongga hidungku. Refleks
saja aku menutup hidungku dengan kedua tanganku.
\
Oo, gadis yang waktu itu pernah digosipkan berpacaran
dengan Wu Fan sunbae.. mataku mengawasi gerak-gerik gadis itu yang duduk di
seberang meja makanku bersama dengan teman-temannya.
“kau
tahu, tadi malam aku bertemu dengan Wu Fan di jalan dan dia mengantarkanku
pulang” kata gadis itu memulai pembicaraan.
“Jinjja?
Aigoo , kau sangat beruntung!” seru temannya.
“haha,
ya, hanya saja tak ada siswa Baewon yang melihat kejadian itu, jadi tak ada
yang menyebarkan gosip yang berlebihan, maksudku seperti gadis yang kemarin di
tolongnya...”
“haha,
sayang sekali Na~yaa, jangan pikirkan gosip kemarin, mana mungkin Wu Fan suka
sama gadis itu, kau tahu, kau jauh lebih menarik daripadanya.”
“jelas,
aku sudah tahu lama soal itu, hanya saja, aku ingin memperingatkan gadis itu
agar jangan terlalu berharap dengan Wu Fan..” aku merasakan gadis itu melirikku
dengan tatapan sinis.
Aku
langsung bangkit dari tempat dudukku, “Ra~yaa~ kau mau kemana?” tanya Seulmi
yang sedari tadi tak menyadari ucapan dari sunbae itu.
“aku
sudah selesai makan Selmi-ahh~ aku permisi dulu..” ucapku sambil berbalik
membelakangi Seulmi dan pergi meninggalkannya.
Aku
tahu, aku bahkan sudah sadar sejak dulu kalau seandainya Wu Fan sunbae tidak
akan pernah memandang ke arahku apalagi menyukaiku. Sudahlah, jangan terlalu
dipertegas, toh aku sudah lama mengetahuinya.
Aku
berlari masuk ke kelasku dan menatap ke luar dari balik jendela kaca.
Menyaksikan beberapa anak yang berjalan melewati lapangan basket itu. Aku
melihat Wu Fan sunbae berjalan melewati lapangan basket itu menuju ke
perpustakaan, tiba-tiba gadis itu menyusulnya dan langsung menggandeng
tangannya.
Airmataku
kembali mengalir, jendela ini... saksi bisu atas segala kesakitanku.
***
16 Mei..
Baewon School at 03.00 pm
Titik-titik hujan mulai membasahi wajahku, Aku
mempercepat langkahku keluar dari kelasku, hari ini aku harus pulang cepat agar
bisa ke supermarket, nanti malam aku takkan bisa membantu ibuku memasak,
setidaknya aku bisa membantunya sedikit dengan membelikannya bahan-bahan
makanan.
Saat aku menyeberangi lapangan basket, sudut mataku
menangkap seseorang yang berdiri di depan pintu kelasnya seperti tengah memandang
ke arah lapangan basket.
Aku memalingkan wajahku menatap ke arahnya, benar. Wu fan
sunbae tengah tersenyum ke arahku.
Kyaaa~ baru saja aku ingin membalas senyumnya, tiba-tiba
tubuhku menabrak seseorang.
“ya!! Gadis bodoh!!” bentak gadis itu, ah~ gadis kantin
itu. Matanya langsung beralih ke arah Kris sunbae dan langsung melambaikan
tangannya.
Aku membungkukkan badanku berkali-kali ke arah gadis ini.
dia tak membalas. Hanya memberikan cibiran dan berlari meninggalkanku. Ah~ dia
baru saja menyadarkanmu Ra-yaa. Wu fan sunbae tak sedang menyapamu.
3 November...
07.00 PM
“Yak! Lama sekali..” aku melirik ke arah jam tangan yang
melingkar indah di tanganku. Ini sudah lebih dari 10 menit sejak aku memutuskan
untuk keluar dari rumah dan menunggu Seulmi.
Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. Udara
sudah sangat dingin di sini. Sebentar lagi musim dingin akan tiba.
“Tin..tinn...” suara klakson mobil memecah keheningan
malam.
“yak! Ra-yaa cepatlah masuk” teriak seseorang dari dalam
mobil.
Tanpa basa-basi aku langsung masuk ke dalam mobil Seulmi.
Tubuhku mulai melemas setelah masuk ke dalam mobil. Udara di dalam sini tak
sedingin di luar.
“bzzzz kau hampir membuatku mati kedinginan Seulmi-yaa!!”
bentakku.
“siapa suruh menunggu di luar?!!” Seulmi tak ingin kalah
dengan balas membentakku.
Aku hanya mengerucutkan bibirku dan langsung memfokuskan
pandangan ke jalan. Seulmi mulai melajukan mobilnya pelan. Hari ini kami akan
pergi ke festival musim dingin.. yah~ sebelum natal tiba, sekolahku juga akan
merayakan pesta kelulusan para sunbaenim. Tentu saja aku sangat membenci hal
ini. melihat Wu fan sunbae dari balik jendela saja aku sudah tersiksa bagaimana
kalau aku takkan bisa melihatnya lagi? Aku berani bertaruh ini akan menjadi
akhir tahun terburuk dalam hidupku.
“Waa indah sekali...” mataku langsung menatap ke atas
langit yang bertabur dengan cahaya kemerahan yang diciptakan oleh kembang api.
“keluarlah~ kau akan melihat hal yang lebih indah dari
itu” ajak Seulmi yang sudah keluar dari mobilnya.
Aku langsung melepas sabuk pengamanku dan langsung
berjalan keluar, merentangkan tanganku dan menghirup udara dingin yang masuk ke
dalam lubang hidungku.
Aku dan Seulmi berjalan masuk ke dalamm perayaan itu,
sungguh menyenangkan. Meskipun kau tak mempunyai namjachingu, kau bisa
menghabiskan kebahagiaanmu dengan sahabatmu.
“Ra-yaa lihatlah~ ada banyak sekali namja tampan di sini.
Kau tidak ingin mendekati salah satu dari mereka?” goda Seulmi.
“kau ini!!” aku meninju bahu Seulmi pelan.
“kkk kau tunggu di sini. Aku akan membelikanmu jagung
bakar”
Aku langsung mengangguk cepat kepadanya dan membiarkan
Seulmi memisahkan diri dariku. Berjalan-jalan di dalam festival ini merupakan
hal yang sangat menyenangkan. Kau bahkan bisa menemukan sesuatu yang tak bisa
kau lihat di dalam rumahmu atau tempatmu menuntut ilmu. Semuanya terasa
menyenangkan sebelum pada akhirnya aku melihat hal yang seharusnya tak kulihat
malam ini.
Wu fan sunbae bersama gadis kantin itu datang ke perayaan
ini.
Pandangan mataku terasa mengabur saat melihat mereka. Aku
langsung membalikkan badanku membelakangi jalan utama. Tanganku bergerak
menutupi kepalaku dengan tudung jaketku.
Mereka berjalan ke sini.... nafasku tertahan saat Wu fan
sunbae dan wanita itu berjalan melewatiku. Moodku langsung berubah seketika.
Demi Tuhan aku membenci kejadian ini.
“waeyo?” Seulmi yang entah-sejak-kapan melihatku menangis
sendirian di sini langsung menemuiku.
“aku ingin pulang!!” teriakku frustasi di tengah
kerumunan orang banyak.
“ahh...ne..ne..” Seulmi langsung meraih tanganku dan
mengajakku pulang. Kami berjalan memutar menuju pintu keluar.
Saat berjalan... mataku tak sengaja menangkap bayangan di
sebuah toko perhiasan. Wu fan dan wanita itu... apa yang mereka lakukan???
18 Desember...
Baewon School at 19.00 ..
Aurora,
mungkin...hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan dalam hidupku. Harus
menghadiri pesta perpisahan sunbaenim. Ya~ hari ini juga adalah hari terakhirku
bisa melihatnya. Pada pesta prom malam ini.
Semuanya memakai pakaian yang mewah dan indah. Aku?
Nothing special. Haha. Bahkan sampai aku pulang ke rumah, tak ada yang
mengajakku berdansa.
Kau tau? Wu fan sunbae? Tentu saja dia yang menjadi pusat
perhatian malam ini. dia terlalu bersinar malam ini... semua wanita berebut
untuk bisa berada di dekatnya. Berharap bisa di ajak Wu fan sunbae untuk
berdansa.
Entah, tentu saja jauh di dalam lubuk hatiku yang
terdalam aku juga ingin diajaknya berdansa. Sayang, harapan itu rasanya terlalu
mustahil untuk diwujudkan.
Berdiam mematung di tengah keramaian ini benar-benar
membosankan. Aku bahkan ingin segera melangkahkan kakiku menuju pintu keluar,
kalau saja aku tak mengingat ini adalah pertemuan terakhirku dengan Wu fan
sunbae.. mungkin aku sudah pulang ke rumah.
“yak! Berhenti melamun Ra-yaa.. ini pertemuan terakhir
kau dengan namja yang sangat kau cintai itu!!” bentak Seulmi yang berhasil
mengagetkanku.
“yakk!! Kau ini!! bisa tidak agar tidak mengagetkanku
dengan kedatanganmu yang secara tiba-tiba itu?! Kalau saja aku mempunyai
riwayat penyakit jantung, mungkin aku sekarang sudah tewas karenamu...”
“kkk aku tidak baru datang Ra-yaa aku daritadi berada di
sampingmu..”
“yayaya..” aku menunjukkan muka datarku padanya.
“kau tak ingin meminta Wu fan sunbae agar bisa berfoto
bersamamu?”
“hah?” mataku membelalak. Berfoto dengannya? Bahkan aku
tak sedikitpun berpikir ke sana.
“ayolah Ra-yaa`~ tak ada salahnya kan kau mengambil foto
dengannya? Anggap saja ini adalah perpisahan sunbae dan hoobaenya.”
“memang kenyataannya begitu kan?” cibirku.
“maksudku perpisahan antara kau dengan dia anggaplah
seperti itu! Bukan perpisahan yang ditandai kepergian seorang namja yang tak
pernah tau bahwa ada seorang yeoja yang selama ini menantinya...”
“aku tak pernah berfikir begitu.” Sungutku.
“jangan munafik Ra-yaa~”
“hft..” aku menghela napas panjang. Menatap handphoneku,
berharap suatu saat wallpapernya akan berubah menjadi foto seorang namja
rupawan tengah memandang ke arah kameranya bersama dengannya.
Seulmi menepuk bahuku pelan. Memberikanku semangat
sekaligus memberiku aba-aba agar aku melangkah maju.
Bodoh. Aku bahkan tak tau harus berkata apa saat berada
di hadapannya.
Baru saja aku ingin mengumpulkan jiwaku agar bisa
mendekatinya. Wu fan sunbae sudah meraih ponselnya dan langsung berjalan keluar
melewatiku.
Aurora, kau pikir ini akan menjadi sebuah cerita cinta
yang indah? Seperti di dongeng-dongeng atau drama-drama yang akan membuat
pembaca atau penontonnya bahagia? Kau salah. Ini bukan cerita cinta yang
bahagia dengan segala keberuntungan yang menyertai pemain utamanya. Kau salah~
kau sedang tak berada di tangan yang benar.
Kepergian Wu fan sunbae di pesta prom malam ini juga
merupakan perpisahan kami berdua. dia tak muncul. Dia sudah pulang... dan....
tak ada sesuatu yang terjadi antara kami berdua...
6 tahun berlalu...
Aku berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumahku
sepulang kuliah, ahh.. ibu dan ayahku sepertinya sedang menyambut tamu yang
sangat spesial sampai harus mereka berdua yang meluangkan waktu di siang ini
untuk sekedar menyambut tamu itu. Karena itu, aku cukup segan untuk melewati
beberapa orang tamu yang datang itu sehingga memutuskan untuk masuk ke dalam
rumah melalui pintu belakang. Sepertinya tamu itu juga cukup kaya, sebuah mobil
mewah keluaran terbaru terparkir dengan gagahnya di depan rumahku.
“Ra~yaa..” langkahku tertahan saat ibuku memanggil
namaku.
“ne..” jawabku sambil menuruni anak tangga terakhir saat
aku ingin naik ke atas menuju kamarku.
Sebegitu pentingnya kah tamu itu sampai aku juga harus ikut
menyambutnya?
“Ra~yaa dialah orang yang akan menikah denganmu..” ujar
ibu kepadaku saat aku sudah berada di samping ibuku.
Aku hanya diam membatu menyambut ketiga orang tamu yang
kuyakini mereka adalah calon mertuaku dan calon suamiku, namja itu.......
Nafasku tertahan saat aku berhasil mengenali namja yang
akan menjadi calon suamiku. Ya, namja itu adalah orang yang sangat aku sayangi,
orang yang sudah membuatku menghabiskan hidupku hanya untuk berniat
melupakannya sekarang akan menjadi calon suamiku?
“Wu fan sunbae...” bibirku bergetar saat mengucapkan
namanya.
“ahh? Jadi kalian sudah saling mengenal? Ini akan
memudahkan proses pernikahan.” Ucap eommaku antusias.
“mwo? Kau belum memberitahu calon menantuku?” tanya Wu
fan eomma bingung.
“ahh.. ne.. biarlah ini menjadi kejutan untuknya,
lagipula kau takkan keberatan menerima dia sebagai calon suamimu kan?” tanya
eomma kepadaku.
“n..ne..” jawabku takut-takut. Mataku menatap ke arah Wu
fan sunbae yang sedari tadi duduk tenang di sofa. Tak ada raut kesedihan
terpancar dari wajahnya. Wajah yang kulihat pertama kali. Enam tahun yang
lalu... tak ada yang berubah.. hanya garis-garis wajahnya dan bentuk tubuhnya
yang semakin tegas dan padat. Pertanda tumbuh kembangnya.
“kalau begitu.. 2 minggu lagi kalian akan menikah..” ujar
Wu fan eomma.
“mwoo? Secepat itukah?” tanyaku bingung. Tak mungkin
mempersiapkan pernikahan dalam waktu sedekat itu. Mustahil.
“tentu saja tidak, bahkan kalau kami mau, mungkin
pernikahannya bisa saja dilaksanakan seminggu setelah ini. kau tau, aku dan
eommamu sudah mempersiapkan acara pernikahan ini dari dua bulan yang lalu,
bahkan Wu fan juga ikut membantu kami..” terang Wu fan eomma.
Pantas saja aku
tak melihat raut terkejut dari wajahnya... hanyalah aku satu-satunya orang
bodoh di sini, semua bahkan sudah mengetahui rencana pernikahan ini.
Untuk saat ini, aku bahkan tak dapat mengenali lagi
perasaan yang ada dalam diriku. Haruskah aku bahagia melihat Wu fan sunbae yang
sudah lama kupuja ini akan menjadi milikku seutuhnya? Haruskah aku berduka
melihat pernikahan tanpa cinta ini? tanpa cinta dari seorang suami kepada
istrinya? Apalah gunanya membangun rumah tangga hanya dengan satu cinta?
Terlalu munafik memang jika aku mengatakan aku bersedih
kalau kenyataannya aku memang sangat bahagia. Hari ini.... detik ini...
Salahkah aku mempunyai tekat untuk membahagiakannya?
Salahkah seorang Song Na Ra ingin menanamkan benih cinta pada seorang namja
yang sangat ia cintai? Salahkah aku ingin memiliki anak dari hubungan ini? Aku
pikir tidak. Mungkin sekalipun aku tak memiliki cinta dari Wu fan, aku akan
memiliki cinta dari anakku dan Wu fan nanti.
11 April..
Wu fan’s apartment at 09.00 PM
“Mandilah...” ucap
Wu fan mengucap keheningan di dalam apartemennya. Ya, hari ini adalah tepat 2
minggu hari dimana aku mendapat kabar akan menikah dengan Wu fan. Hari ini...
aku sudah resmi menjadi Nyonya Wu fan.
“ahh.. ne sunbae..” ucapku.
“mulai sekarang, panggil aku oppa. arasseo?” pintanya.
“ahh..ne oppa..” ucapku canggung. Baru kali ini dia
memintaku memanggilnya oppa...
“mandi yang bersih.” Pintanya lagi kali ini dengan
senyuman. Demi Tuhan, aku bahkan hampir melupakan bagaimana caranya bernafas.
“ne..ne..arasseo..” jawabku sambil mencoba tersenyum
kepadanya.
*
Setelah aku keluar dari kamar mandi, Wu fan meminta ijin
untuk mandi. Tentu saja aku mengijinkannya, bahkan seandainya aku punya
keberanian untuk menyuruhnya cepat-cepat ke kamar mandi, mungkin aku sudah
mendorongnya ke kamar mandi, mengingat keadaan tubuhku yang hanya berbalut
handuk putih.
Aku memakai piyama yang sudah kusiapkan dari rumahku.
Sebuah piyama berwarna merah muda dengan corak berbentuk panda sebagai
hiasannya. Sangat kekanakan tapi aku menyukainya. Ini lebih nyaman kan daripada
lingerie yang sudah disiapkan eomma khusus untukku. Itu sangat menjijikkan.
Berani bertaruh. Wu fan takkan bernafsu untuk menyentuhku sekalipun aku memakai
lingerie.
Aku menyisir rambutku perlahan sampai aku mendengar suara
pintu kamar mandi yang terbuka, Wu fan sudah selesai mandi. Aku tak berani
memandangnya. Terlalu memalukan.
“belum tidur?” tanya Wu fan , langkah kakinya terdengar
mendekat ke arahku.
“ah ne..sebentar lagi..” ujarku berusaha sedatar mungkin.
Jantungku sudah berpacu dengan kencangnya. Wu fan berada di sampingku. Dia
hanya memakai celana pendek dengan tubuh bagian atas yang terekspos jelas.
Demi Tuhan, aku ingin menyentuh tubuhnya... kalau saja
aku bukanlah seorang wanita..mungkin aku akan menyerangnya malam ini, haha.
Godaan pertama untukmu Song Na Ra..
“tak apa-apa kan aku tidur dengan keadaan seperti ini?”
tanya Wu fan yang mungkin sudah menyadari perubahan raut wajahku yang tak
karuan usai melihatnya.
“ah..ne...ne...aku tidur duluan...” ucapku. Ugh.
Aku langsung berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan
diriku di sana. Memposisikan tubuhku membelakanginya. Aku harap aku bisa tidur
malam ini.
Setengah jam kemudian aku merasakan tempat tidurku ditindihi
oleh sesuatu yang berat. Wu fan merebahkan diri di sampingku. Jantungku semakin
bertalu-talu. Aku ingin sekali membalikkan tubuhku dan menatapnya. Sayang, itu
terlalu memalukan.
Saat aku ingin memejamkan mataku kembali tiba-tiba sebuah
tangan melingkar di pinggangku.. Wu fan merapatkan tubuhnya ke punggungku,
tangannya bergerak membelai rambutku.
“Ra-yaa..kau sudah tidur?” bisiknya lembut di telingaku.
“.....” aku tak berani menjawab. Nafasku semakin tak
beraturan.
“Ra-yaa aku tahu kau belum tidur..” Wu fan langsung
membalikkan tubuhku.
Mata kami pun saling bertemu, oh Tuhan... ini sangatlah
indah bisa melihatnya dalam jarak sedekat ini..
Tubuhnya sedikit menindihku, tangannya terus membelai
rambutku, dia tersenyum.. “aku ingin memilikimu malam ini...”
Aku tak berkata apa-apa. Mulutku seakan terkunci rapat...
ini terlalu memabukkan sampai aku tak bisa membuat sistem sarafku berfungsi
dengan normal.
Tangannya
mulai bergerak menyusuri lekuk-lekuk wajahku. “cantik..” ucapnya.
Apa
ini hanya tipu muslihat?? Bukankah seorang lelaki itu akan meracau tak jelas
saat melihat seorang wanita tak berdaya di hadapannya. Dia akan semakin tak
jelas kalau nafsu sudah menyelimuti akal pikirannya.
Tangannya
bergerak menyusuri bibirku, mengelusnya sebentar dan mendaratkan sebuah kecupan
ringan di sana, “aku ingin memiliki ini...”
Tangannya
kembali bergerak menuruni leherku, “aku ingin mengukir sesuatu di sini..”
Lagi...dia
menurunkan tangannya, mendekapku erat, kemudian tangannya mengelus perutku. “bisakah?”
pintanya.
Tangannya
menyusup masuk ke dalam piyamaku, menggelitik perutku dengan jemarinya, sensasi
apa ini? aku jadi semakin menginginkannya...
“mmph..lakukanlah...”
ujarku pasrah. Toh aku sudah sah menjadi istrinya.
Aku
melihat seringaian yang terukir di bibirnya. Merasa menang akan memilikiku
malam ini. tangannya bergerak keluar dari dalam piyamaku. Membelai rambutku
dengan sebelah tangannya yang memegang tengkukku.
Dia
semakin mendekatkan wajahnya ke arahku. Refleks saja aku menutup mataku, perlahan
tapi pasti dia menempelkan bibirnya... hanya menempel...
Aku
sudah merasakan darahku terasa mengalir deras di kedua pipiku, ini benar-benar
sunngguh memalukan. Ciuman pertamaku... aku berhasil mempertahankannya sampai
aku menyerahkannya kepada orang yang kucintai. Wu fan...
Bibirnya
mulai bergerak di sela-sela bibirku, memintaku untuk membuka mulutku. Aku
membuka mulutku. Merasakan bibirnya melumat pelan bibirku. Menghisap bibir
atasku..
Kau
tahu, aku merasa seperti bermimpi...membanyangkan... merasakan bibirnya
bergerak pelan melumat bibirku...lidahnya menyusup masuk ke dalam mulutku dan
membelit lidahku..
Merasakan
saat tangannya membelai tubuhku... merasakan lidahnya yang bermain-main dengaan
leherku... menggelitik daerah sensitif dari tubuhmu yang tak pernah di jamah
orang lain...
Aku
hanya ingin mendengar dan merasakan...aku hanya ingin merasakan dekapannya,
sentuhannya... aku hanya ingin menikmati setiap detik yang kulalui dengannya..
aku tahu.. mungkin ini adalah sentuhan pertama dan terakhirnya dalam hidupku.
Ia
hanya ingin memberikan tanda bahwa aku sudah ia miliki seutuhnya. Aku memang
sudah dimiliki olehnya, bahkan jiwa dan ragaku... tapi... bisakah aku memiliki
Wu fan seutuhnya?
28 september..
Wu fan’s apartment.
Aurora, semenjak aku tinggal di sini, di apatemen Wu
fan.. aku jadi semakin sering menatap langit saat malam hari.. Ahh.. andai saja ada aurora.. mungkin semuanya
akan sangat indah..
menunggu suamiku pulang kerja adalah hal yang sangat
menyenangkan, setidaknya aku tak merasa terlalu gagal untuk bisa menjadi
istrinya..
kau tahu? Rumah tangga ini berjalan sangatlah buruk..
terlalu datar..
Tak ada sesuatu yang spesial sejak kami berumah tangga
beberapa bulan yang lalu...
Apa kau pikir setelah malam pertama ia menyentuhku sikap
Wu fan akan berubah menjadi romantis? Hubungan kami akan menjadi semakin dekat?
Tidak. Sekali lagi tidak. Aku semakin menjaga jarakku dengannya. Aku tak ingin
membiarkan diriku lemah dengan terus-menerus mengemis cintanya.
Biarlah semuanya seperti ini.
Menatap wajah tampannya di pagi hari sebelum kau bersiap
untuk membersihkan rumah. Memasakkan sesuatu yang layak dimakan untuknya.
“makanlah...”
“ah...ne...”
“kau memasak apa hari ini?”
“aku sudah selesai.. aku berangkat..”
Hanya untaian kalimat-kalimat itu yang keluar dari
bibirnya setiap pagi.. tak ada ucapan selamat pagi... tak ada ciuman hangat
sebelum berangkat kerja..
“ah..” aku merasakan mataku terasa di tutupi oleh kabut
hitam.. apa? Apakah aku akan pingsan? Kenapa semuanya terasa gelap dan kabur?
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali...
“belum tidur?” ahh aku mendengar sebuah suara dari
belakangku. Wu fan sudah pulang? Sial. Dia mendapatiku tengah menunggunya malam
ini.
“ahh.. ne..”
“.......” lagi-lagi kabut hitam kembali menyelimuti
pandanganku. Ada apa ini? apakah ini bagian mimpi? Kenapa semuanya terasa
nyata? Ada apa dengan mataku??
--TBC--
lanjutannya cepetan yaaaaaa-_-)/
BalasHapusdoh males bingits-___-
BalasHapusHalo thor :)
BalasHapusSaya reader baru :)
Izin baca FF,lainnya ya thor :D
Salam kenal :)
Mirip kisah gue sama sunbae gue ^^
BalasHapusLanjutannya mana y...
BalasHapusUdh 4th ni cerita g d trusin...