· * Kris EXO M / Wu Fan
* Bang Min Ah
· * Other cast
Genre :
Romance, family, PG 15
Hoi.
Author datang lagi, gak nyangka aja ya ff pertama bisa dapat respon yang bagus
juga^^ jadi semangat buat lanjutinnya, thanks ya buat yang udah ngasih support
buat author ^^ Special thanks for @xiummine yg udah bikinin posternya^^
Minah POV :
“bogoshippo”
ucap Kris di telingaku, tangannya merengkuh tubuhku yang lemah, setiap matanya
menjelajahi setiap inci tubuhku, tangannya menyentuh memar yang ada di
lenganku, aku hanya tersenyum, merindukan setiap sentuhannya, merindukan aroma
tubuhnya yang memabukkan dan mengganggu sistem kerja otakku. Tangannya membelai
lembut pipiku dan ujung jarinya mengusap bibirku. Aku merasa mendapatkan
kekuatanku kembali. Semua rasa lelah, takut dan sakit hati itu telah sirna,
matanya benar-benar menyiratkan apa yang ia ucapkan benar-benar tulus dari
hatinya.
“kajja, kau
harus makan sayang” bisiknya.
“ne” aku
mengangguk pelan, tangannya berniat untuk menopang tubuhku, namun aku mencoba
mencegahnya. “ah, aku sudah bisa sendiri, aku merasa lebih baik sekarang”
ucapku.
Kris tersenyum
dan menggandeng tanganku menuju meja makan.
MWOO?? Apa ini? Mataku membelalak melihat masakan
yang ada di hadapanku, telur goreng?? Tapi.. bentuknya tak beraturan..
“Ya!! Jangan
dilihat saja, cepatlah makan, huh kau harusnya beruntung dimasakkan oleh
seorang lelaki tampan sepertiku” Kris mengetukkan ujung sendok ke kepalaku.
Aiissshh...
namja ini.. aku langsung melirik ke arahnya, alisnya sedikit terangkat, matanya
menatap tajam ke arahku. “Puahaahhhhahhahaha” aku tak kuasa menahan tawaku.
Kris
bersiap ingin memarahiku, namun niat itu di tahannya, “Ya!! Berhenti tertawa!!
makan yang banyak, setelah aku selesai mandi, aku akan langsung menyerangmu”
ujarnya berlalu meninggalkanku menuju ke kamar mandi.
Tawaku
langsung lenyap seketika. Glekkk...me...menyerang?? aku menahan nafas. Tamatlah
riwayatku.
Selesai
makan, aku langsung masuk ke kamar, tubuhku sudah mulai mengeluarkan keringat
dingin, apa aku pura-pura tidur saja? Bagaimana kalau Kris membangunkanku?
Aku...aku...arrgghhh...baboo.. kuremas selimut yang daritadi sudah menutupi
tubuhku. Kulirik jam dinding. Ehh?? Aku
sudah sejam menunggunya, kenapa Kris mandinya lama sekali?
Aku
berjinjit ke kamar mandi, mendengarkannya dari luar. Hening. Tak ada suara
apa-apa. Pelan-pelan kuketuk pi ntu dari kamar mandi. Tak ada respon..
“Oppa??”
tak ada jawaban, suara air mengalir pun tak ada.
“Oppa??
Oppa??” aku terus memanggilnya dari luar, apa yang terjadi??
Pelan-pelan
pintu kamar mandi terbuka, Kris keluar dari kamar mandi dengan bibir yang mulai
membiru, “oppa?? Kenapa??” tanyaku.
Kris
memijit keningnya, “ani, aku ketiduran di kamar mandi” dia berlalu di hadapanku
dan menuju kamar untuk berganti baju.
Ketiduran
di kamar mandi? Bagaimana bisa? Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal itu,
sepertinya aku harus membuatkan minuman hangat untuknya.
TING
TONG~ aku mendengar suara bel, aku langsung meletakkan minuman hangatku untuk
Kris dan bergegas membukakan pintu.
“Minaaaahhh~”
sebuah pelukan hangat kudapatkan, eomma n appa Kris sudah pulang.
“Ahjumma..Ah..”
“ssstt..panggil
eomma sama appa,ne?” eomma Kris langsung memotong ucapanku.
“ne,
eomma n appa^^”
“Wu
Fan mana?” tanya ayahnya Kris.
“ahh
ne, tadi dia baru saja selesai mandi appa, sekarang dia ada di kamar” jawabku.
Kris
appa langsung berjalan ke kamar, aku dan Kris eomma mengikuti dari belakang .
“aiishh, habis melakukan apa sampai Kris pagi-pagi begini sudah mandi??” goda
eomma kepadaku.
“ngg..tidak
melakukan apa-apa eomma-_- Aley mana eomma?”
“haha,
Aley sudah kembali ikut orangtuanya ke Jepang”
Pembicaraan
itu terhenti begitu saja saat kami tiba di depan kamar Kris, mataku dan kedua
orangtua Kris membelalak kaget, Kris tergeletak di lantai dalam keadaan tak
sadarkan diri, “Oppa!!” aku berlari menghampirinya. Kutepuk-tepuk mukanya namun
kesadarannya tak kunjung pulih. Appanya langsung memeriksa denyut nadi dan
keadaan Kris.
“sepertinya
dia pingsan lama sekali di kamar mandi, cepat panggil Dae, kita harus
membawanya ke rumah sakit!!” dia memerintahkan istrinya untuk menelpon Dae.
Jantungku
berdetak tak karuan, eottohke??
***
Aku
hanya mondar-mandir di ruang tunggu, menunggu kabar keadaan Kris, eomma sudah
pulang lebih dulu untuk mengganti bajunya.
Appanya
Kris datang menemuiku, beliau duduk di sebelahku. “appa, bagaimana keadaannya?”
Beliau
menghela nafas panjang, “kata dokter yang menanganinya, dia mengalami gangguan
saraf otak belakang akibat meminum minuman keras, hal ini membuat kepalanya
akan terus menerus terasa sakit. Jinjja.. Sejak kapan anak itu minum alkohol?
Padahal dia tidak pernah minum minuman seperti itu” wajah appanya terlihat
tegang, aku dapat merasakan kekhawatiran yang sangat besar dari sorot matanya.
“eottohke??”
tanyaku, tubuhku sudah mulai melemah.
“hmm,
mungkin kami akan membawanya ke Jepang dan melakukan scan di bagian kepalanya
apabila dalam beberapa hari ini tak ada perubahan padanya.” Beliau berhenti
sejenak kemudian melanjutkan, “dokter Kim terpaksa harus menyuntikkan obat
penenang terus menerus kepada Kris agar dia tak merasakan sakit”
Aku hanya
terdiam mendengar penuturan dari Kris appa, ke Jepang? Aku berusaha
mengingat-ingat, Kris tak pernah mengeluhkan sakit kepala kepadaku.
“kenapa bisa
separah ini? Seingatku dia tak pernah mengeluh sakit kepadaku” tanyaku
takut-takut.
“mollayo~
mungkin dia meminum obat penghilang rasa sakit yang ia curi di kamarku.”
Aiishhh.. aku
lupa kalau dia cukup pintar mengetahui berbagai jenis obat mengingat
orangtuanya adalah seorang dokter.
Kris appa
memandang dan tersenyum ke arahku, “lebih baik sekarang kau pulang dan beristirahat,
kulihat kau juga sedang sakit”
“ne,
tapi bolehkah aku melihat keadaan Kris sekarang?” pintaku.
Kris
appa langsung mengangguk, aku membungkukkan badanku dan masuk ke ruangan Kris.
Kulihat dia sedang tertidur. Tak terasa air mataku menitik, aku tak pernah
melihatnya selemah ini. Tanganku refleks merapikan rambutnya yang acak-acakan,
kupandangi dia lekat-lekat. Wajah malaikat ini yang sudah membuatku lupa akan
segala hal. Kutelusuri setiap bagian wajahnya dengan tanganku. Alisnya, Matanya,
hidungnya, lekuk bibirnya.... ahh bibir pucat ini yang telah mencuri ciuman
pertamaku. Ku genggam tangannya, “jaljayo, cepat sembuh sayang~” bisikku.
***
Besok pagi-pagi
sekali, Kris akan berangkat ke Jepang untuk berobat dan sudah lima hari ini aku
terus menemaninya di rumah sakit. Setiap Kris mengeluh sakit, dokter akan
memberikannya obat penenang dan itu membuatnya terus menerus tertidur. Bisa
dikatakan Kris mengalami koma...
Namun
dua hari terakhir ini Kris menolak untuk diberikan obat penenang, dia meminta
untuk di berikan obat penghilang rasa sakit, dia juga meminta kepada appanya
untuk melepaskan infusnya. Sekalipun appanya melarang, dia terus-terusan
membujuk appanya, ahh~ bakat membujuk itu.. diperoleh dari eommanya.
Perlahan
aku membuka pintu ruang perawatan Kris, kulihat dia sedang membaca sebuah buku
sambil bersandar. Dia tak mengalihkan pandangan matanya dari buku itu.
“Sembarangan
masuk tanpa mengetuk pintu lebih dahulu, tidak sopan sekali” Kris melemparkan
tatapan tajam ke arahku.
Aku
mencibir “aku tak tau kalau kau sudah bangun, biasanya kau selalu tertidur saat
aku datang kesini”
“......”
tak ada jawaban dari Kris, dia tak menghentikan perbuatannya, matanya terus
menerus menatap ke arahku.
Aku
mengehela nafas panjang dan memutar bola mataku, “ahh.. Ok, baiklah aku akan
mengulanginya, keluar dari pintu dan mengetuk pintu lagi meminta izin masuk
darimu” aku membalikkan badanku dan bersiap melangkah pergi, namun sebuah
lengan menarik pinggangku dan membuatku kehilangan keseimbangan.
aku terduduk di pangkuan Kris, dia menarik
tubuhku agar lebih dekat dengannya. Kurasakan hembusan nafasnya di kupingku.
Tangannya memeluk erat pinggangku. Dia menyeruakkan kepalanya di sela-sela
leher dan bahuku. “kau tau, aku sangat merindukanmu, huh?” Kris mengecupi
pundakku.
Tangan kanannya
menyentuh pipiku dan membuat mata kami beradu pandang. “kau tau, aku sangat
merindukan ini” dia mengecup hidungku berkali-kali,“juga ini” dia mengecup
bibirku. Aku menutup mataku. Kurasakan bibirnya menyentuh lembut bibirku.
Melumatnya perlahan, namun perlahan-lahan ciumannya menuntut, dapat kurasakan
ada kerinduan yang mendalam di balik ciumannya.
Kris melepaskan
ciumannya dan mengusap bibirku perlahan. Dia terkekeh, “berani bertaruh kau
pasti sudah menciumku berapa kali selama aku tertidur”
“....” aku tak
berani menjawab, pipiku merona merah, dapat kurasakan darah mengalir deras di
pipiku. Aku pernah mencuri ciumannya, tapi Cuma sekali saat aku mengucapkan
selama tidur padanya.
“berarti memang
benar kan?” dia menggodaku sambil menarik hidungku dengan gemas.
“appoo...” aku
berusaha melepaskan hidungku dari tarikan tangannya.
Dia tersenyum
menang, “huh” aku memanyunkan bibirku, “oppa, kenapa kau tak pernah bilang
kalau kepalamu sering sakit akhir-akhir ini??”
Dia menarikku lagi
ke dalam pelukannya dan merebahkanku, “berbaringlah di sampingku..” ucapnya.
Aku menuruti permintaannya, dia memiringkan badannya ke arahku, satu tangannya
menopang kepalanya, tangannya yang lain mengelus-elus rambutku. “untuk apa? Aku
lebih memikirkan kesehatanmu daripada kesehatanku sendiri. Waktu itu kau jauh
lebih menderita dibanding aku”
“tapi tak
seharusnya kau menyembunyikannya seperti ini..”
“hmm” Kris tak
mengatakan apapun, dapat kurasakan hembusan nafasnya terasa sangat berat,
“besok aku akan ke Jepang, aku tak tau kapan akan kembali atau mungkin bisa
saja aku tak akan pernah kembali”
“maksud oppa??”
aku menatapnya tak mengerti.
Kris hanya
tersenyum, “maksudku, kau tak perlu menungguku, aku tak tau sampai kapan
penyakit ini akan terus berlanjut. Selama aku pergi, kau boleh mencari
penggantiku. Aku tak ingin menghancurkan masa depanmu hanya dengan terus
menerus menunggu hal yang tidak pasti..” tangannya turun ke pipiku dan mengelus
pipiku lembut,”jika aku kembali dan kau sudah menemukan penggantiku, aku tak
akan segan-segan merebutmu kembali darinya...”
Aku merasakan ada aliran air yang mengalir
deras di pipiku. Aku sudah mengerti maksud dan arah pembicaraan ini. Ucapannya,
terasa mengikatku dan menyesakkan dadaku, membungkam mulutku dan melarangku
untuk mengucapkan satu patah kata pun.
Kris mengusap
airmataku perlahan, dikecupnya bibirku, “uljimaa~ mulai besok hiduplah dengan
lebih baik, jangan sedih terus di sini dan terpuruk dengan keadaan, aku di sana
juga berjuang, kita berjuang sama-sama....”
Tak ada sepatah
katapun yang dapat keluar dari mulutku,aku menangis sejadi-jadinya, kurasakan
Kris memelukku dan membiarkan airmataku membasahi bajunya.
Malam
perpisahanku dengannya, awalnya ku harap aku akan menghabiskan malamku dengan
bercanda dan berbagi keceriaan dengannya, namun semuanya tak sesuai
harapanku...
***
Hari
ketiga...
Aku
semakin merindukan dan mengkhawatirkannya, tak ada kabar darinya maupun
orangtuanya, jujur, aku masih memikirkan maksud ucapannya padaku, apakah
sakitnya semakin parah sampai dia mengucapkan hal seperti itu padaku?? Mencari
penggantinya?
Hari
ketujuh...
Aku
sangat merindukannya dan bingung harus melakukan apa disini... Aku disini
sendirian, orang tuaku sudah di surga, dan..... haruskah aku kehilangan orang
yang aku sayang untuk kesekian kalinya??
Hari
kedua belas....
Aku
tak tahan lagi, aku harus menemui Hyeri untuk membagi kesedihanku padanya,
setidaknya dia bisa membuatku sedikit lupa akan sakit hati ini. Aku benar-benar
merasa sebentar lagi akan merasa gila.. Arrgghh..nama itu.. Kris Wu Fan...
benar-benar membuatku mati perlahan..
Hari
kelima belas...
Sepertinya
aku harus menemui Hyeri lagi, aku benar-benar tidak tahan.. eottohke?? Ini
sudah 2 minggu dan mereka masih tak ada kabar... Aku rasa, aku harus membuatkan makanan untuk Hyeri
sebagai imbalan karena mau mendengarkan curhatanku..
TING
TONG~ suara bel menghentikan langkahku yang ingin menuju ke dapur, aku bergegas
membuka pintu.
“TADAAA!!”
aku berdiri mematung melihat eomma dan appanya Kris berada di hadapanku. Eomma
Kris kembali mengejutkanku.
“eomma??
Appa?? Kyaaa” aku menghambur ke pelukan mereka yang sudah aku anggap seperti
keluargaku sendiri. Mereka membalas pelukanku. Mataku mencari-cari sosok yang
sangat kurindukan. “mana Kris??”
Raut
wajah eomma Kris seketika berubah.. “ahh... Wu Fan...dia.... ” beliau menarik
nafas panjang. Aku melirik ke arah Kris appa yang sejak tadi mematung melihat
kami berdua. Jantungku mulai berdetak tak karuan, apa yang terjadi dengan
Kris?? Tanganku menggenggam kalung pemberian Kris berusaha menenangkan diri.
“kajja,
masuklah dulu ke rumah, tak baik berbicara di depan pintu” Kris appa
mengingatkan kami berdua. Aku merasa akan segera pingsan, aku tak dapat
merasakan kakiku lagi, aku berjalan perlahan dengan digandeng oleh Kris eomma.
Tiba-tiba seseorang menutup kedua mataku.
“Yaa!!
Siapa ini??” benar-benar kaget. Tunggu dulu... aroma parfum ini... “Kris...”
desisku.
Orang
itu membalik badanku, aku benar-benar merasa tersihir dengan apa yang kulihat
sekarang, Kris berdiri di hadapanku dalam keadaan sehat dengan senyumnya yang
teramat sangat kurindukan.
Kris
berlutut di hadapanku, “eomma, appa, di hadapan kalian berdua, ijinkanlah anak
semata wayangmu ini untuk melamar yeoja pilihannya dan menghabiskan seumur
hidupnya bersama dengan yeoja yang sangat dicintainya.”
“ne,
tentu saja anakku,” sahut Kris eomma dengan mata berbinar, Kris appa memeluk
Kris eomma dan mengangguk tanda setuju, dapat kulihat raut wajah bahagia dari
kedua pasangan itu.
Tiba-tiba
Kris mengeluarkan sesuatu berwarna merah berbentuk hati dari balik sakunya,
dibukanya kotak itu.. dikeluarkannya benda itu dari kotak, cincin... tangannya
yang bebas meraih tanganku dan menyematkan cincin itu di jari manisku.
“Bang
Min Ah.. maukah kau menikah denganku dan menjadi ibu dari anak-anakku nanti??”
kali ini Kris mendongakkan kepalanya dan matanya kembali beradu pandang dengan
mataku.
Kris
melamarku? Aku merasa benar-benar bahagia, disekitarku seperti ada ribuan
kupu-kupu yang mengitari tubuhku. Tubuhku merasa seperti akan meledak saking
bahagianya. Aku mengangguk mantap.
Dia
bangkit dari posisinya, aku mendongakkan kepalaku, mataku tak berhenti menatap
matanya, dia tersenyum dan langsung memelukku lagi, menarikku lebih dalam ke
pelukannya dan langsung memutar tubuh kami berdua...
“haha,
pasti mereka sudah melakukannya kan sampai anakmu yang terkenal jaim itu berani
melamar yeoja yang dicintainya di hadapan kita” bisik Kris eomma kepada
suaminya, namun bisikan itu terdengar sangat nyaring di telingaku dan Kris.
“MWOOYAA???!!”
***
Kris POV
Ahh..aku
menghempaskan tubuhku ke kasur. Hari ini sungguh melelahkan. Setelah selesai mengadakan pesta
pernikahanku dari kemarin malam sampai tadi sore. Melayani tamuku yang datang
dari kerabat appa dan eommaku sampai teman-temanku di kampus, aku tak melihat
kerumunan fansku datang ke pesta pernikahanku. Mungkin mereka sudah membenciku.
Ah masa bodohlah, aku bahagia sekarang dengan yeojaku.
Aku dan Minah juga harus kembali ke rumah
orang tuaku untuk mengambil barang-barang yang masih tertinggal dan
memindahkannya ke rumah baruku.
Aku
tak menyangka rumah ini adalah hadiah pernikahanku dari eomma dan appaku, rumah
ini bahkan sudah lengkap dengan segala perabotan mahal dan... peralatan bayi...
Aku
tak menyangka eomma dan appaku begitu menginginkan cucu dariku dan Minah,
pantas saja eomma mengirimkanku email dengan isi yang menjijikan itu. Tch...semoga
saja Minah tak membacanya.
Kulihat
Minah sudah selesai mandi, dia keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan
handuk yang hanya menutupi bagian dada sampai pahanya, aku terpana dibuatnya,
biasanya Minah selalu keluar dari kamar mandi sudah berpakaian lengkap, apa ia
mencoba menggodaku. Huh. Aku menelan ludah.
Minah
yang daritadi menyadari tatapanku langsung meminta maaf, “Mi..mian..aku lupa
membawa pakaianku” aisshh..pipinya yang merona itu membuatku ingin segera
menciumnya saja.
“ehmm..
aku mandi dulu” jawabku sambil menyambar handukku dan berjalan ke kamar mandi.
Ahh..
kurasakan air meluncur di atas kepalaku, benar-benar menyejukkan. Sayang tak
ada kolam renang disini, hanya ada lapangan basket untukku. Padahal aku tak
bisa lepas dari kedua benda itu.. alasannya karena sebentar lagi aku akan
mempunyai anak sehingga orang tuaku takut apabila aku tak hati-hati menjaganya,
anakku bisa terjatuh ke kolam. Cih,alasan macam apa itu?
Aku
segera melilitkan handuk dan berjalan ke luar, aishh.. sial.. aku lupa membawa
koperku ke kamar, ahh disini saja. Aku langsung memakai celana pendekku di
ruang tamu. Semoga Minah tak melihat kekonyolanku di sini.. batinku.
Aku
berjalan ke kamarku dan kudapati Minah sedang membaca majalah membelakangi
pintu kamar, dia tak sadar aku masuk ke kamar. Apa yang ia baca? Aku berjalan
mengendap-endap dan mengintip majalah yang sedang dibacanya.
‘kiat-kiat memuaskan suami di malam pertama’
aku menahan tawaku ketika membaca judulnya.
‘hal
pertama yang anda lakukan adalah berpakaian seksi atau sedikit transparan di
hadapannya agar anda menjadi pusat perhatiannya. Hal selanjutnya yang harus
anda lakukan adalah mulailah merangsang pasangan anda dengan memberikan
sentuhan-sentuhan lembut di daerah sensitifnya agar dia semakin bergairah dan
mulai memonopoli permainan anda’ , kulirik Minah, dia saja tak memenuhi
tips pertama, kenapa harus memakai baju? Toh sudah pasti aku akan melepaskannya
nanti, apalagi dengan tips berikutnya.....dia saja tak punya keberanian untuk
menciumku lebih dulu.. aku tak kuat lagi menahan tawaku. “HUAHHAHHAHAHA” aku
melepaskan semua tawaku.
Minah terlonjak
kaget ketika mendengar tawaku, dia langsung menyembunyikan majalah yang
dibacanya.
“oppa?? Wae??”
tanyanya polos. Tawaku semakin keras, ditambah lagi pipinya yang merona merah
melihat keadaanku yang hanya menggunakan celana pendek. “oppa, ke...kenapa kau
tak memakai bajumu??” tanyanya lagi.
“untuk apa?
Bukankah kau nanti akan melepaskannya?” aku balik menanyainya. Dia sukses
kubuat malu. Ku dekati Minah yang menundukkan kepalanya, aku tau dia
menyembunyikan rasa malunya. Kuraih dagunya dan kudongakkan mukanya, matanya
menatapku takut-takut.
“jangan takut,
aku suamimu, ingat itu” bisikku tepat di telinganya, ku rebahkan dan langsung
kutindih tubuhnya, kukecup kupingnya. Napasnya memburu, ku pandangi lagi
wajahnya, meneliti setiap inci wajahnya, wajah yang selalu kurindukan, wajah
yang selalu mengganggu hidupku dan hadir di setiap mimpiku. Kucium kedua
matanya.
“bukalah matamu”
pintaku, aku tau dia takut. Dapat kurasakan detak jantungnya. Minah membuka
matanya perlahan, kukecup lagi hidungnya, kukecup pipinya dan kucium bibirnya.
Kulumat perlahan-lahan. Dia membalas ciumanku, ku jilat bibir bawahnya, meminta
ijin agar lidahku bisa masuk. Minah membuka mulutnya dan langsung saja lidahku
dan lidahnya saling membelit.
Ku lepaskan
ciumanku pada bibirnya, kuturunkan ciumanku ke lehernya dan mulai membuat tanda
kepemilikan dirinya atas diriku. Sementara tanganku mulai membuka kancing
piyamanya.
“hhhhh” Minah
mendesah tertahan, tangannya langsung menahan tanganku dan menghentikan
tanganku bekerja membuka kancing piyamanya.
“aku...aku...takut...”
Minah berkata dengan terbata, tubuhnya bergetar hebat. Aku langsung
menenangkannya, “jangan takut...aku takkan menyakitimu..” kubuka bajunya
perlahan, kulihat di dada kirinya terdapat bekas luka, “bekas apa ini?”
tanyaku.
“itu...itu..bekas..orang
yang waktu itu....hhhh...” Minah tak kuasa lagi melanjutkan penjelasannya,
airmatanya mulai menggenangi pelupuk matanya, aku langsung mengerti maksudnya,
lelaki yang waktu itu diceritakan Dae..
“Uljimaa~
lupakanlah.. dia tak akan bisa lagi menyentuhmu...ada aku sekarang... aku
takkan menyakitimu” kutatap matanya, ia mengangguk dan menghapus airmatanya,
kemudian mencoba untuk tersenyum kepadaku. Kukecup bekas lukanya di dadanya,
“lihat..aku takkan menyakitimu...”
Dia mengangguk
pelan, tangannya mulai menelusuri dada bidangku dan memelukku, “tolong, lakukan
dengan lembut..” bisiknya tepat di telingaku...
***
6 bulan
kemudian...
aku sudah bekerja
sebagai wakil direktur di rumah sakit appaku, aku hanya memantau perkembangan
rumah sakit itu dan melaporkannya kepada appaku,beliau tak memberikanku tugas
yang berat mengingat Minah sedang hamil anakku yang pertama, buah dari kerja
kerasku selama 2 bulan merencanakan program kehamilan, ini adalah bulan ke-4
kehamilannya, bisa dikatakan kehamilannya cukup merepotkan, pada 3 bulan
pertama, dia terus menerus muntah di pagi hari dan parahnya, dia akan mual
apabila melihat wajahku, jujur, keadaan ini cukup memuakkan, bagaimana bisa ada
seorang yeoja yang muntah karena melihat wajahku? Minah terus menerus memaksaku
tersenyum ke arahnya agar dia tak mual ketika melihat wajahku. Rasanya
otot-otot sekitar mulut dan rahangku sudah kaku dan menegang karena terus ditarik
untuk tersenyum. Aku bisa tenang sekarang, memasuki bulan ke 4 ini Minah tak
lagi mual kepadaku.
“oppaa...” Minah
berjalan perlahan mendekatiku.
“ne...”
“oppa.. bisakah
kau bermain basket untukku?? Aku ingin melihat oppa bermain basket...sepertinya
anak kita akan senang kalau melihat appanya bermain basket” bujuknya.
Ahh...basket, aku tak keberatan kalau dia mengidam hal-hal
seperti ini, “your wish, my command” jawabku sambil bergaya ala prajurit.
Aku akan
menunjukkan kebolehanku kepada anak pertamaku ini, siapa tau kalau nanti dia
lahir, dia bisa sekeren appanya..
3 bulan
kemudian....
Aku baru saja
datang mengunjungi eomma dan appaku ke rumah. Eommaku tertawa saat mendengar
keluhanku tentang kehamilan Minah~ beliau malah membagikan kenangannya saat mengandungku.
Untung saja aku bisa mengabulkan permintaan
Minah untuk melihatku bermain basket selama sebulan... aku senang saja kalau
disuruh bermain basket siang hari, tapi yang sangat mengganggu adalah saat aku
sedang terlelap dalam mimpiku, Minah membangunkanku dan memintaku untuk bermain
basket pagi-pagi buta.
Huft, aku
menghela nafas panjang, sudah 2 bulan terakhir ini Minah tak merengek
macam-macam kepadaku, eomma bilang aku harus siaga kalau Minah tiba-tiba
mengidam hal-hal yang aneh lagi untuk kebaikan janin yang ada di perut istriku.
Ku lirik Minah
yang dari tadi sibuk menyiapkan makanan untukku di dapur, akhir-akhir ini dia
memasak beras sedikit sekali. Apa dia menghemat uang bulananku?
Kudekati dia
perlahan-lahan, aku terkesiap melihat pemandangan yang kulihat, Minah memasak
sambil menguyah beras-beras yang akan dimasak.
“Minah, kenapa
kau memakan beras-beras itu?” aku menatapnya tak percaya.
“ahh..entahlah
oppa, beras-beras ini terasa sangat enak” jawabnya sambil terus menjumput
beras-beras itu dan memasukkannya ke mulut mungilnya.
Aku menepuk
keningku dan menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal, “sudah berapa hari kau
mengidam hal seperti ini?”
“entahlah oppa,
mungkin sekitar seminggu ini, wae?” dia memandang wajahku sebentar dan langsung
kembali berkutat dengan masakannya.
Aku kembali
menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal, kubalikkan badannya, “dengar, biar
aku yang mencuci beras dan memasaknya, kau hanya menyiapkan masakan yang lain.
Arasseo?”
“arasseo” jawab
Minah dengan raut wajah bingung. Aiishhh.. yeoja babo..
“sekarang ajarkan kepadaku bagaimana cara memasak nasi”
ujarku.
Minah
mengajarkan cara-caranya kepadaku, sekali-kali wajahnya terlihat cemberut
melihat praktik memasakku yang sangat payah itu.
Yah, sejak saat
itu aku memasak nasi setiap hari untukku dan untuknya selama 2 minggu
berturut-turut, selama itu pula Minah merengek meminta sedikit beras untuk ia
makan, aishhh.. aku mengabulkan permintaannya dengan memberikannya sejumput
beras untuk ia makan, aku tak ingin mengecewakan permintaan bayi dalam
kandungan istriku, setidaknya aku berusaha menyenangkan istri dan bayiku.
Untunglah sekarang istriku sudah tidak mengidam hal seperti itu lagi.
Aku menghela
napas panjang dan merentangkan tanganku lebar-lebar, menghirup sebanyak mungkin
oksigen untuk mengisi paru-paruku. Aku merasa bebas sekarang, bebas dari tugas
memasak yang benar-benar menyiksaku.
***
“Morning
baby” ucapku sambil mencium kelopak matanya, matanya bergerak-gerak.. Chuu~ aku
mencium bibirnya. “Morning kiss untuk istriku.....” aku mengelus perutnya dan
menciumnya, “dan morning kiss untuk anakku...”
Aku
merasa sangat bahagia sekarang, besok usia kandungan istriku sudah memasuki
bulan ke-9 .. ah sebentar lagi aku akan menjadi seorang appa~
“oppaa..”
Minah mengelus rambutku saat kutempelkan kepalaku di atas perutnya.
“hmmm”
“oppa
aku ingin ke pulau Jeju.. aku ingin melihat ubur-ubur disana...”
“MWOO??”
aku mengangkat kepalaku dan menatapnya, permintaan macam apalagi ini?
“ayolah
oppa...” Minah mulai membujukku, “sekali iniiii sajaaa....”
“tapi...”
“your
wish, my command” Minah menirukan ucapanku yang pernah kukatakan padanya.
Aishh. Masih ingat saja.
“ne,
ne kita akan berangkat besok, hari ini kau siapkan barang-barang saja, aku akan
memesan tiket untuk kita, ingat jangan mengangkat barang yang berat-berat. Kau
cukup memasukkan baju-baju kita ke dalam koper, arasseo?”
“ne..ne...aaaa
gomawo oppaaa~” Minah langsung memelukku.
***
Ah..
aku senang sekali...udara di pulau Jeju yang benar-benar sejuk mengisi
paru-paruku dan menyegarkannya kembali.
Aku
menggandeng tangan Minah dan menuntunnya ke hotel, ah..tubuhnya sudah
benar-benar gemuk sekarang, berat badannya bertambah seiring membesarnya janin
dalam perutnya.
Ku
antarkan Minah ke kamar untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan yang
cukup jauh, sementara itu aku sibuk mengangkut koper dari depan pintu ke depan
kamar. Tak sampai 10 menit aku meninggalkannya di kamar, Minah sudah
memanggilku.
“oppaaa...”panggilnya,
dia memandangku, menampakkan aegyonya kepadaku.
“ne.ne..,
aku akan mencarikan ubur-ubur itu setelah pekerjaan ini selesai..” jawabku
cepat.
6 PM
Ahh~
aku membawa toples berukuran sedang ke dalam hotel dan meletakkannya tepat di
hadapan istriku yang menungguku seharian dan terus menghubungiku. Matanya
berbinar melihat ubur-ubur yang kubawa.
“woaaah
.... kyeopta~ oppa, dapat darimana?” Minah membulatkan mulutnya. Kau tau, kau
jauh lebih lucu dan imut dibanding ubur-ubur itu.
“kau
tau, aku harus berjalan di sekeliling pantai sampai menemukan petugas pantai
dan menyuruhnya mencari ubur-ubur untukmu. Aku dan dia terus mencarinya di
sekitar dermaga sampai menemukan ubur-ubur kecil ini” jelasku.
“woaahh~
coba lihat, imut sekali, aku ingin anak lelakiku seimut ubur-ubur ini...” Minah
kembali menatap ubur-ubur di hadapannya.
“shireo”
jawabku.
“wae?”
tanyanya.
“aku
tak mau mempunyai anak berbentuk ubur-ubur seperti itu, anakku akan tumbuh
cantik seperti Aleyna, bahkan aku berani bertaruh, dia lebih cantik daripada
Aley”
Minah
menyipitkan matanya kepadaku, “MWO??
anakku akan tumbuh menjadi anak yang tampan dan lucu”
“dia
yeoja...” desisku.
“namja!!!”
Minah pergi sebentar dari hadapanku dan kembali lagi dengan menenteng kertas,
“oppa coba lihat, aku bahkan sudah memikirkan bagaimana bentuk muka anak kita
nanti”
Kulirik
kertas yang disodorkannya padaku, “apa-apaan ini? Jelek sekali gambaranmu.
Haha” aku terkekeh melihat hasil gambarannya yang seperti anak TK itu.
Minah
kembali memanyunkan bibirnya, kutarik lagi hidungnya, “aigoo sensitif sekali~
haha” aku terus tertawa melihat kelakuannya. Sebenernya aku merasa lelah
menuruti segala kemauannya yang terdengar aneh, tapi jauh di lubuk hatiku yang
terdalam, aku bahagia. Aku rela lebih lelah lagi hanya untuk membuatnya
tersenyum.
“haha,
aku mau mandi dulu sayang, jangan lupa masak yang enak untukku” aku berdiri
dari hadapannya, kutarik lagi hidungnya yang sudah memerah akibat ulahku.
“ya!!
Oppa!! Aku tak akan memasakkan makanan untukmu!!”
***
Hari
ini adalah hari ketigaku berada di Pulau Jeju, aku menghirup udara pagi di
pulau ini dengan berjalan-jalan di sekitar pantai sementara Minah belum bangun,
tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.
“Wu
Fan~ahh”
Aku
berdiri mematung melihat seorang yeoja di hadapanku, Geummi.. “mau apa lagi
kau?” tanyaku dingin. Sudah setahun lebih ia menghilang dari hadapanku.
“Wu
Fan~ahh, aku tak menyangka bisa bertemu lagi denganmu, aku ingin berbicara
sedikit denganmu” ucapnya.
“hmmm”
“bagaimana
kalau kita duduk di cafe sana? Cukup dekatkan dengan hotelmu?” tawarnya.
“hmm...”
aku mengikuti Geummi, dan berjalan menuju ke cafe itu.
“duduklah
sebentar Wu Fan, kau mau pesan apa?” tawarnya lagi.
“langsung
saja Geum, kau ingin berbicara apa?”
Geummi
mengangguk-angguk tanda mengerti akan sikapku, dia mencoba tersenyum. “Wu
Fan~ahh.. sebelumnya aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu dengan
yeoja yang kau cintai itu...”
“hmm”
“.....”
Geummi menghela napas panjang, “aku juga meminta maaf tak bisa datang ke
pernikahanmu, kudengar, kau sakit karena ulahku? Mianhaeyo ;( aku benar-benar
merasa bersalah sudah membuatmu sakit..”
“itu
sudah lama sekali, Geummi” suaraku menekankan pada kata lama itu, menandakan
bahwa tak ada gunanya mengungkit-ungkit masa lalu.
“ahh
ne, aku hanya ingin meminta maaf secara pribadi saja, aku tak berani menemuimu
lagi setelah kejadian itu, aku melarikan diri dari duniamu dan Seoul, aku
merasa di kejar dengan semua kesalahanku. Aku pergi ke Aussie dan menemukan
penggantimu.. bulan depan aku akan menikah..” Geummi meminta maaf dengan tulus
kepadaku, dielusnya punggung tanganku.
“hmm..
chukkae...” kutatap tajam matanya, “bagaimana kau bisa tahu keberadaanku
disini?”
Dia
mencoba tersenyum lagi,“ ohh, aku datang kesini sedang memilih tempat untuk
foto praweddingku.. Wu Fan~ahh, kau mesti datang ke pernikahanku bersama istri
dan anakmu...” dia melanjutkan, “emmm, sepertinya aku harus meminta pendapatmu
tentang gaun pengantin yang harus kupakai saat malam nanti, aku ingin membuat
calon suamiku terkesima dengan penampilanku nanti..” dia mengeluarkan sebuah
majalah dan menunjukkan beberapa contoh gaun pengantin. Aku mencoba mencari
gaun yang sesuai dengannya.
PRANG!!
Sesuatu terjatuh di belakangku, aku menengok ke belakang, Minah? Kulihat Minah
berjalan menjauhiku menuju ke hotel, aku langsung berlari mengejarnya.
***
Minah POV :
Aku baru saja
bangun dan melihat pemandangan dari balik jendela hotel. Mataku langsung
tertuju pada sesosok makhluk yang kukenali sebagai suamiku sendiri. Aku menyipitkan
mataku mengenali sosok yeoja yang bersamanya,Geummi?? Untuk apalagi dia datang
menemui suamiku?? Aku menggertakkan gigiku.
Aku
langsung turun ke bawah dan menuju tempat mereka, kulihat mereka berjalan
menuju cafe, aku mengikuti mereka, memesan segelas susu coklat dan duduk di
belakang Kris, aku menundukkan kepalaku. Geummi takkan mengenaliku mengingat
banyak sekali perubahan pada diriku. Kuperhatikan Kris dari kejauhan.
Kulirik
dua yeoja di sampingku yang sedang memperhatikan suamiku, sayup-sayup kudengar
pembicaraan mereka berdua.
“aigoo,
siapa namja itu? Tampan sekali, sayang dia sudah mempunyai yeojachingu. Mereka
benar-benar terlihat cocok.” Ujar yeoja berambut panjang.
“ne,
seandainya dia tak bersama yeoja itu, mungkin kita bisa mendekatinya” sambung
temannya.
Aiishh..
aku mencoba untuk tak menghiraukan ucapan mereka dan fokus pada suamiku
sendiri, kulihat Geummi membelai punggung tangan suamiku.. shhhh.. aku
menggeram. Kemudian Geummi mengeluarkan suatu majalah dan memperlihatnya pada suamiku.
“Aigoo~
lihatlah mereka akan menikah, yeoja itu menunjuk artikel tentang gaun pengantin
pada namjachingunya...” lagi-lagi aku mendengar celetukan kedua yeoja di
sebelahku.
Cafe..
berdua.. tangan.. gaun.. Kris akan menikah? Lagi? Aku meremas bajuku dan
langsung bangkit dari tempat dudukku.
PRANG!!
Lenganku menyenggol susu coklat daritadi belum kuminum. Untung gelasnya tidak
pecah.. aku langsung bergegas meninggalkan tempat itu menuju ke hotelku. Yeoja
mana yang tak sakit hati melihat kelakuan suaminya yang seperti itu?
Tiba-tiba
sebuah tangan mencengkram lenganku dan memutar badanku, Kris berdiri di
hadapanku dan langsung menangkup kedua pipiku dengan tangannya, “ya!! kenapa
kau tak duduk saja di sampingku daripada harus sembunyi-sembunyi seperti
itu....”
Bulir-bulir
airmata mulai menuruni pipiku, “aku takkan mengganggumu dengan calon istri
barumu itu, aku tahu aku tak cukup menarik lagi bagimu sampai-sampai kau
memutuskan untuk menikah dengan yeoja itu!!” aku melepaskan pipiku dari
tangannya dan langsung mempercepat langkahku. Kris tak mengejarku. Sepertinya
dia berusaha mencerna apa yang kukatakan.
***
“Morning baby~”
kurasakan bibir Kris mencium kelopak mataku dan bibirku, aku tak membalas
ciumannya, sejak pulang dari pulau Jeju kemarin, aku hanya berdiam diri.
Meskipun ia sudah menjelaskan tak terjadi apa-apa antara dirinya dengan yeoja
itu, aku tetap saja merasa kesal. Bukan karena dia berteman kembali dengan
Geummi, aku hanya kesal dia tak meminta ijinku terlebih dahulu untuk
berjalan-jalan dengan yeoja yang sudah jauh lebih lama mencintainya daripadaku.
Kurasa Kris
sadar akan kekesalanku padanya, “jangan marah terus chagiiiii..” bisiknya di
telingaku, leherku ditiupnya. Aku tak menyahut, aku langsung bangkit dari
tempat tidurku dan bergegas menuju kamar mandi.
Aigoo.. apa ini?
Aku melihat bercak-bercak darah di celana dalamku. Eottohke??
Kris POV
“wae?”
tanyaku saat melihat Minah keluar dari kamar mandi dengan wajah tegang.
“ada
bercak darah di celana dalamku” jelasnya. Mwoo?? Darah? Apa yang terjadi dengan
bayiku? Aku langsung meraih ponselku dan menelpon eomma.
“yoboseyo?”
terdengar suara di seberang sana.
“eomma,
Minah mengeluarkan darah, eottohke?” aku langsung menyerbu eomma.
“ah.
Tenangkan dirimu Wu Fan-ahh, berarti sudah waktunya istrimu untuk melahirkan,
cepatlah bawa dia ke rumah sakit. Eomma akan segera menyusul kalian.”
Aku
langsung menutup ponselku dan langsung menyiapkan barang-barang yang harus
kubawa ke rumah sakit.
“Minah,
kau tunggu disini, aku akan menyiapkan barang-barang untuk persalinanmu, kita
harus ke rumah sakit sekarang” ucapku sambil bergegas mengambil barang-barang
dan mengangkutnya ke dalam mobilku.
Aku
melajukan mobilku dengan kencang menuju rumah sakit appaku, keringat dingin
mulai mengucur di dahi Minah, dia menggigit bibirnya terus-menerus, khawatir
akan keadaan bayi dalam kandungannya. Tenanglah sayang, kau dan bayi kita pasti
selamat. Batinku.
***
Aku
sudah menunggui istriku hampir 11 jam di rumah sakit. Tiba-tiba Minah mengeluh
perutnya mulai berkontraksi, aku langsung memanggil dokter.
Tuhan..selamatkan
istri dan anakku.. aku memohon sambil terus memegang tangan istriku, keringat
dingin membasahi kening istriku...
Apa
aku benar-benar akan melihat proses persalinan ini? Aku takkan tega
meninggalkan istriku berjuang sendirian.. aku mencoba menenangkan istriku yang
mulai berteriak kesakitan.
Kulihat
dokter membimbing istriku untuk menarik nafas dan menghembuskannya secara
teratur. Ahh~ perutku serasa diaduk-aduk melihat pemandangan seperti ini.
Aku
terus menyemangati istriku sambil terus memegang tangannya yang menggenggam
erat tanganku, sesekali kuseka peluh yang bercucuran di wajahnya. Istriku
sedang berjuang antara hidup dan mati. Memperjuangkan darah dagingku. Ahh.. aku
jadi teringat ibuku...
“Waaaaaaa”
tiba-tiba suara bayi memecah ketegangan malam ini, suara anakku... aku tak
percaya aku telah menjadi seorang appa sejak malam ini. Terima kasih Tuhan..
“Chukkae
Tuan Wu, bayi anda laki-laki..” kata suster yang membantu persalinan istriku,
dia membawa bayiku yang masih berlumuran darah itu untuk dibersihkan.
Kutatap
Minah yang sedang tersenyum dan kuseka airmata yang keluar dari pelupuk
matanya, aku tahu dia sangat bahagia, kugenggam erat tangannya dan kukecup
dahinya, “gomawo..” bisikku. Minah hanya mengangguk lemah.
Tak
lama kemudian suster datang dan langsung menyerahkan anakku kepada Minah, Minah
menyambut anaknya yang terus-menerus menangis dan langsung mendekapnya.
Kupandangi wajah anakku dengan seksama, hidungnya mirip sekali dengan ibunya...
dan... dia benar-benar lucu.
Aku
langsung mencondongkan badanku dan mengecup pipi bayi mungilku, “mau dinamakan
apa anak kita?” bisikku pada Minah.
“hmm..
Dennis, karena dia laki-laki dan keren seperti appanya” Minah mengatakannya
dengan mantap walau suaranya masih terdengar parau.
“Dennis
Wu.. ingat itu, karena aku appanya” aku mengingatkan istriku sendiri sambil menempelkan keningku
dengan keningnya, “kau tau? Sepertinya akulah namja paling bahagia malam ini”
ucapku sambil mengecup hidung istriku. Saranghae ..
***
3 tahun kemudian...
“Yaa!!
Oppa.. apakah kau sudah membelikan popok dan membelikan susu untuk Dennis??”
Minah menyambutku sepulang bekerja dengan pertanyaan itu.
“hmm...”
sahutku sambil berlalu dan duduk di depan tv, ku longgarkan dasiku, Minah
membantuku melepas jas dan langsung menggantungkannya ke kamar. Aku
memperhatikan kelakuan puteraku yang sedang asyik menonton tv tanpa
mempedulikan kehadiranku. Aigoo, anak ini cuek sekali...
Mataku menangkap sesuatu yang baru di dalam
rumahku, aku menatap dua buah foto berukuran cukup besar yang di pajang di
dekat ruang tamu.
“sejak kapan ada
kedua foto itu di sana?” tanyaku kepada Minah yang sudah kembali dari kamarnya.
“tadi siang
oppa, kebetulan Dae mampir ke sini untuk mengambil barangnya yang tertinggal di
mobilmu kemarin, sekalian saja aku meminta bantuannya untuk memasangkan foto
itu disana” Minah tersenyum kepadaku sambil memperlihatkan eyesmilenya.
Mataku
sibuk memperhatikan foto itu... Ahh~ keluarga kecilku....
Minah
mengalihkan pandangannya dariku dan menatap Dennis, “sayang, sebentar lagi
eomma akan membuatkan susu untukmu, kau harus menghabiskannya, arra?” Minah
berbicara dengan Dennis, anakku.
“Shireo!!
Dennis liat tetangga sebelah tidak meminum susu botol.. dia meminum susu dari
sana” Dennis menunjuk dada istriku, “eomma, kenapa aku tidak pernah menyusu
dari sana?”
“Andwae!!
Itu milik appa...kau sudah besar jadi
tak boleh lagi menyusu disana.” terangku.
PLETAKK!!
sebuah pukulan mendarat di kepalaku, “jangan coba-coba mengotori pikiran Dennis....”
kulihat Minah menatap geram ke arahku.
“appa juga sudah
besar, appa curang, Dennis kan pengen menyusu di sana juga, itukan gunungnya
ada duaa...” Dennis mulai meracau mendengar jawabanku.
“kalau begitu,
Dennis yang sebelah kanan, appa yang sebelah ki....” Minah langsung membungkam
mulutku dengan tangannya.
“ahh..jangan dengarkan appamu sayang, Dennis
kan sudah besar makanya harus minum susu botol saja jadi tidak boleh menyusu di
sana lagi...” Minah menjelaskan kepada Dennis.
Huh..
kenapa aku selalu dinomorduakan sekarang? Semenjak anakku lahir, aku harus
membagi tempat tidur juga dengannya. Sudah terpisah jarak dengan Minah, aku
juga terpisah dengan anakku, Minah meletakkan guling di antara aku dan anakku
mengingat aku pernah tertangkap basah ingin menindih Dennis saat aku tidur.
Minah
hanya meletakkan Dennis sendirian di kamarnya apabila aku meminta jatah
dengannya, selebihnya aku harus membagi tempat tidurku dengan guling dan
Dennis. Untung saja mulai malam ini dan seterusnya Dennis akan tidur sendirian
di kamarnya.
“chagii,
aku cemburu selama tiga tahun ini....” rengekku.
“hah?
Cemburu dengan siapa?” Minah menatapku bingung. Aku memeluknya dan langsung
menciumi lehernya.
“dengan
dia...” kutunjukkan ekspresi cemburuku kepada Dennis.
“ssshhh...lepaskan
Kris, jangan lakukan disini...malu sama Dennis” desahnya.
Kuraih
bola basket yang daritadi berada di dekatku, kugelindingkan bolanya ke arah anakku,
“Dennis, bermainlah di luar sebentar, appa akan membuatkan adik baru untukmu”
Dennis
langsung meraih bola basket dan langsung berlari meninggalkan kami berdua, aku
tersenyum licik sambil menatap Minah.
“licik
sekali...”desisnya.
Aku
tertawa dan mulai menciumi bibirnya, Minah mengalungkan tangannya ke leherku,
ku gendong dia ke kamar tanpa melepaskan ciumanku. Kuhempaskan Minah ke ranjang
sambil terus kuciumi bibirnya, tanganku bergerak ke balik bajunya dan mulai
meremas dadanya.
PRANG!!
“EOMMAA...DENNIS
MEMECAHKAN JENDELAAAA..”
Kudengar Dennis
berteriak memanggil eommanya. Minah langsung melepaskan ciumanku dan merapikan
bajunya saat mendengar teriakan anakku.
“tunggu
sayang, jangan bergerak dari tempatmu. Eomma akan menyusulmu” Minah langsung
berlari menemui Dennis dan meninggalkanku sendirian di kamar..
Aigoo..
jinjayo...anak itu... aku mengacak-acak rambutku dan meninju tempat tidurku
sendiri, “hilang sudah kesempatan bermesraan dengan istriku-__-”
THE END
Fiuuhh..akhirnya selesai juga FF pertamaku, maaf ya kalau
mengecewakan-_- maaf juga kalo gajelas n alurnya kecepetan.. beneran bingung
mau nulis apa lagi..
Agak bingung juga nulisnya soalnya sulit membayangkan hal
yang belum pernah dirasakan.
Duuhh.. sekali lagi maaf ya *bow*
Haha, kasian kris oppa, kalah sama anak nya hehe,, ff nya keren,, smgt ya buat nulis ff. Yg lain, tp plg di tgu yg cast nya kris ama minah
BalasHapus