Author: Mei F.D
Cast :
·
Wu Yi Fan/ Kris EXO M as Kristanius A. S.
·
Mello as Priscilla N. Melody
·
Miranda Kerr (umurnya 26th ya di sini n__n)
·
Lee HyukJae as Jae
·
Do Kyungsoo as D.O
·
Oh Sehun as Odult
·
Yoon Bora as Bora
Length : multichapter
Genre : romance, drama, antara
kocak dan ngenes ckck
PG : 15++
Dibaca dulu siapa tau suka, kalau
gak suka baru tekan tombol back^^. Klo ff ini dijamin udah tamat hehehe. Jgn
lupa follow @meiokris :*
***
Mello’s
POV
Aduh..
aku nggak baca aku nggak baca aku nggak bisa baca, anggap aja Kris nggak balas
Lineku. Aduh mau jedotin kepalaku ke tembok lagi kalau begini. Capek yaa kalo
ngomong sama dia, bikin gondok mulu, menguras emosi.
Kayaknya
bentar lagi aku bakalan kena stroke gara-gara hipertensi dekat-dekat sama Kris.
Beneran deh kayaknya sebentar lagi aku juga bakalan sinting. Kadang apa yang
aku pikirin pasti nggak sejalan dengan jawabannya nanti.
Toktoktok...
Siapa? Aku
langsung meletakkan handphoneku di kasur dan berniat untuk membukakan pintu.
Siapa sih yang bertamu malam-malam? Ujan-ujanan lagi. buru-buru aku melirik
jam, masih jam setengah 11 malam. Nenek gayung belum keluar kan? Hantu kepala
buntung juga masih terlalu pagi buat nampakin diri kan?
Aku membuka
pintu dan tercekat dengan sosok tinggi menjulang yang sekarang sedang berada di
hadapanku. Tubuhnya yang terlalu tinggi membuatku harus mendongakkan kepalaku
untuk melihat wajahnya. Beberapa butir tetes air hujan yang berasal dari
rambutnya jatuh di wajahku.
Aku melongo
menatapnya untuk yang kesekian kalinya. Kris? Ngapain dia jalan ke sini?
Malam-malam begini lagi. aku memerhatikan pakaian yang di kenakannya, kaus
hitam yang membalut tubuhnya dan celana kerja yang biasa ia pakai menbuatku
berani bersumpah kalau dia baru saja pulang kerja, sekilas dia nampak seperti
polisi. Apalagi kalau melihat dadanya yang bidang itu. Ugh ugh.
Mataku masih
tak berkedip mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini. sudah berapa lama aku
memandangnya seperti ini dan melupakan statusnya sebagai ayah dari anaknya.
Ya Tuhan
maafkan aku yang sudah main hati dengan lelaki yang sudah berkeluarga ini. ini
benar-benar memesona. Emejing. Charming. Dan Awesomeeeh.
“heh mau
sampai kapan diam-diaman di sini?!” protesnya.
“ahh, maaf
pak” jawabku yang baru saja kembali dari alam bawah sadarku.
“Kris atau
gege” ralatnya untuk ke seeepuluh ribu kalinya.
Aku
mengamatinya lagi. Sepertinya sih dia nekat ujan-ujanan dari rumahnya ke sini.
Aku kembali melongo memerhatikannya sampai akhirnya dia menggerutu kesal,
“nyuruh masuk aja susah amat” gerutunya sambil nyelonong masuk ke dalam rumah
melewatiku.
“ehh ngapain
kamu masuk-masuk ke sini?” protesku sehabis bangun dari mati suriku.
“suka-suka
dong” jawabnya yang langsung berjalan ke dapur.
“eh mau
ngapain sih?!” aku mengikutinya dan melihatnya mengambil handukku yang
tersampir di dekat pintu kamar mandi, di pakainya untuk mengeringkan rambutnya.
“aduuh nggak
sopan banget sih, ntar gimana kalo ada orang yang tau kita berduaan di sini
malam-malam” protesku yang masih tetap mengikutinya sampai ia duduk di kursi
tamuku.
“nggak ada
yang mau tau juga kan?” dia masih sibuk mengusap rambutnya, “aku mau nginap di
sini” sambungnya.
Hah?
Menginap? Aku nggak salah dengar? Emangnya dia nggak punya rumah apa?!
Tiba-tiba aku merasakan darah mengalir deras di pipiku. Astaga, pasti pipiku
memerah lagi, “terus gimana kalo sampe istri dan anak bapak tau?” tanyaku
sedikit terbata. Jujur sakit banget kalau ingat orang yang berada di hadapan
kita ini sudah menjadi ayah.
Aku mendadak
melow lagi, Ya Tuhan pengen nangis lagi. akhirnya airmata pun mulai menggenangi
mataku dan meleleh ke pipiku tanpa permisi. Aku benar-benar merasa sakit hati.
Maksudnya apa datang ke sini sendirian? Apa aku mau dijadiin pelarian? Kenapa?
Kenapa dia harus ngasih aku bunga sama kalung kalau pada akhirnya dia sudah
mempunyai anak dan istri?
“astaga
pakai acara nangis lagi. itu salah paham Mello” aku merasakan sosoknya berjalan
menghampiriku sementara air mataku masih terus saja keluar dan membuat
pandanganku mengabur.
Di
rengkuhnya tubuhku yang mungil ini dan ia membawaku masuk ke dalam pelukannya.
Kepalaku membentur dadanya yang bidang dan tanganku dengan lancangnya menempel
di dadanya. Aduuuh kalau nggak ingat aku lagi sakit hati mungkin aku sudah
mengelus dadanya yang bidang ini.
asfgJjshsdgjushdkahg.
Aku speechless dan membiarkannya mengelus punggungku dan berusaha membuatku
tenang, ya Tuhan jantungnya juga berdetak kencang, apa dia deg-degan juga
sepertiku? Baru kali ini aku dipeluk oleh seorang Alva..
jantungku
kayaknya udah longsor sekaligus tsunami saking gugupnya, sementara tangisku
mulai mereda akhirnya dia berbicara, “Aku dan Miranda belum pernah menikah
apalagi mempunyai anak, Carol itu keponakannya yang hidupnya Cuma bisa manggil
mama sama papa biar bisa bedain cewek sama cowok” dia mencium puncak kepalaku.
Astaga. Ada apa ini?! “jadi tidak ada yang perlu di permasalahin lagi kan? Jadi
kau tak usah resign darimana-mana” jelasnya.
Aku
menghembuskan napas lega, airmataku udah berhenti gara-gara otakku bekerja
untuk menetralkan jantungku, bukan bertugas untuk mengeluarkan airmata lagi.
Hilang sudah ketakutanku selama ini. Kris masih single pemirsaaaaah.
“tapi kenapa
balas linenya begitu?” protesku di sela-sela kegiatanku yang masih sibuk
menikmati pelukannya. Kapan lagi bisa dipeluk kaya
gini...rasanya....umm..gimana ya..kaya deg-degan bingung terus apalagi ya..
ah.. padahal Cuma pelukan biasa.
“hahaha
emang suaranya jelek banget kok” dia tertawa pelan.
Ish apaan
sih kok ngomongnya begitu, aku langsung meronta melepaskan pelukannya dan
memukul dadanya pelan, “serius aku benciiii banget sama gege” ih kenapa nada
bicaraku agak najisin begini.
Dia tertawa
lagi dan mengendurkan pelukannya. Diangkatnya daguku hingga pandangan kami
menjadi sejajar, kami saling menatap.
“hahaha,
asal kau tau aja ya gini-gini aku nggak mau kau pergi dariku. Please stay di
tempat yang bisaku lihat tapi aku tak ngelarangmu untuk mempunyai kekasih” dia
merapikan rambutku yang berantakan dan menyelipkannya di belakang telingaku,
“tapi maaf, aku nggak bisa janjiin apapun”
Kemudian dia
memelukku lagi, eraaat banget. Akhirnya aku membalas pelukannya, “percaya
denganku, tapi ini rahasia, jangan bikin aku pusing gara-gara pemikiran jelekmu
itu tentangku”
Maksudnya
apa ini??!! aku bingung aku nggak ngerti otakku mendadak lemot dan berubah jadi
pentium I. Maksudnya dia apa nyuruh aku tetap di dekatnya?! Aaaa ini bukan
mimpi kan??!
“tapi kamu
jutek banget sama aku” protesku. Kali aja dia Cuma iseng ngerjain aku kali ini.
“emang gini
kali ke semua” katanya dengan raut wajah serius. Aku masih melongo menatapnya.
“aku begitu
karena aku nggak mau di bilang tukang pemberi harapan palsu. Aku Cuma bisa
stuck di sini, nggak maju nggak mundur. If you what I mean...” katanya.
“aku nggak
berharap lebih kok” kataku sambil menunduk. Bisa di dekat dia aja aku sudah
bahagia, dia itu bikin aku kuat, walaupun pada akhirnya aku tetaplah bukan
seseorang yang bisa mendampinginya nanti.
“tidur yu,
ngantuk nih, tidur bareng ya” dia langsung mengalihkan pembicaraan kami dan
langsung menyeretku ke kamar.
Akhirnya
setelah debat segala macam aku dan Kris benar-benar nggak bisa tidur malam ini.
“kenapa sih
ngotot banget pengen tidur bareng? Pake acara ngancem pake acara potong gaji
segala” protesku. Nggak tau apa daritadi jantungku olahraga terus menerus
apalagi kalau dia berubah jadi manis begini.
“pengen aja”
dia langsung tersenyum ke arahku dan merapatkan tubuhnya ke arahku. Ia
memelukku erat, “dingin” bisiknya.
Di luar
hujan sudah berhenti tapi hawa dingin masuk melalui ventilasi dan membuatnya
kedinginan mungkin. Tapi aku nggak kedinginan.. panas...panas...aaaaaa..
“jangan
minta yang aneh-aneh ya kita cukup tidur bareng aja loh ya, nggak lebih” dia
mengingatkan ketika di rasanya aku sering memperbaiki posisi tidurku. Gugup
wooyy.
“kesannya
aku nggak banget gitu ya?” tanyaku polos. Oke ini ambigu.
“hahaha
nggak gitu” katanya yang langsung mencium pipiku.
Huh hah huh
hah. Aduuhhh ini nggak biasa terjadi loh ya, semacam serangan mendadak dan
otakku mendadak idiot karena perlakuannya malam ini, aku nggak pernah
mensetting otakku kalau Kris bisa bersikap seeemanis dan seeeromantis ini.
“terus apa?
Hah?!” buseeet kenapa aku mendadak nyolot begini. Nggak sinkron. Kacau. Nggak
bisa mikir. Galau. Speechless. Biarkan naluri yang berbicara sekarang.
“hahaha
nggak pengen aja, kenapa sih bawel banget jadi cewek. Bikin gemes” dia mencubit
pipiku.
Heh? Tak
kusangka dia demen sama kebawelanku. Ckckck. Terus aku harus ngomong apalagi?
Lidahku benar-benar terasa kelu, jantungku udah mau copot.
“jangan
deg-degan ya tidur sama cewek imut” jdeerrr... kjsdhuid awkward banget ini...
“bah sama
cewek seksi aja biasa” gumamnya yang langsung tidur telentang menatap
langit-langit kamar.
Ohiyaaa aku
bukan orang yang pertama tidur bareng sama dia. Aku baru ingat. Buru-buru aku
bangkit, “nggak jadi tidur” kataku kesal.
Tiba-tiba
dia memeluk pinggangku dan menarikku lagi ke pelukannya. Hilang sudah
pertahananku, aku lemah dekat sama dia, “hahaha galak banget sih” dia mencium
hidungku.
“......” aku
menahan napas, “a...ayo tidur ge, besok kesiangan”
Bukannya
menuruti suruhanku dia langsung membalikkan badannya dan menindihku. Mati aku
mati kalau terus-terusan di giniin. ;;;;---;;;;
“kenapa? Kok
di suruh tidur?” tanyanya menyeringai.
Aku tergagap
ketika merasakan tubuhnya di atasku. Tangannya yang lain sebagai tumpuan agar
aku tak begitu keberatan, aku membeku di bawah...dada kami saling menempel...
deg...deg....deg.....
“emmhh...engga...
mau ngapain?” tanyaku yang masih sibuk mengumpulkan kekuatanku yang berceceran
di mana-mana.
“nggak
kenapa-kenapa” dia mengecup bibirku pelan.
“be...besok
ka..kan ma..mau kerja” aku jadi gelagapan ketika merasakan bibir lembutnya yang
setiap hari menggoda imanku itu kini sudah mampir di wajahku dan di bibirku.
“besok
suka-suka mau masuk jam berapa” dia mengecup bibirku lagi, Cuma beberapa detik
tapi sanggup membuat semua organ dalam tubuhku beralih profesi jadi pemain
akrobat.
“ih
cium-cium terus” protesku. Aku malu, kalau dia terus-terusan bersikap seperti
aku yakin malam ini aku bakalan jadi mayat, mati karena terlalu bahagia.
“ssssttt”
dia menempelkan jari telunjuknya di bibirku, perlahan jarinya menelusuri
wajahku dan membelai bibir bawahku, “ciuman pertama ya?” dia tersenyum menang
yang sukses membuatku kehilangan muka.
“apaan sih
udahan dong godainnya” protesku yang langsung mendorong tubuhnya. Aku udah
nggak tau wajahku sekarang udah semerah apa, ini benar-benar memalukan.
“makin malu
makin bikin gemes” bisiknya sambil mengecup belakang telingaku. Leherku terasa
kejang. Bzzzzz.
*
“hmmm..sebenernya
aku sudah bahagia kok bisa dekat sama gege, udah syukur banget, nah sekarang
gege naksir sama aku, kan itu semacam poin plus plus tuh” akhirnya aku bisa
berbicara dengan lancar setelah ia tak menggerayangi tubuhku lagi.
“kapan aku
bilang suka denganmu?” tanyanya sambil tertawa. Dimiringkannya badannya hingga
kami saling berhadapan.
“ya anggap
aja begitu” kataku bangga.
“kau saja
yang menganggapnya begitu” dia mengacak rambutku.
Mukaku
berubah masam, “ih kok gitu sih? Kan tadi udah so sweet so sweetan” protesku
sambil mencubit pinggangnya. Tuhkan sikap menyebalkannya balik lagi.
“pake gula
aja biar so sweet lagi” godanya, “tidur yu. Ngantuk” bisiknya sambil mendekapku
erat. Ahh.. malam yang melelahkan... untuk jantungku terutama..........
**
Author’s POV
“kamu nggak
pernah ngerti perasaan aku. Kamu selama ini nganggep aku apa?” Miranda meremas
bajunya, ia menangis menahan kekesalannya yang kini sudah memuncak.
“Miranda apa
yang salah di sini?! Aku Cuma mempekerjakan dia sementara Bi Ina belum bisa ke
sini” Kris berusaha menjelaskan sambil terus bersiaga kalau-kalau Miranda
melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri ataupun Mello yang masih
meringkuk di dapur.
Sementara
itu, Mello menahan menahan sakit hatinya, ia merasa menghancurkan hubungan Kris
dan Miranda yang sudah berjalan sangat lama itu.
“mana
janjimu yang dulu tidak akan melirik wanita lain? Mana? kenapa tak ada usahamu
sedikitpun untuk mencari kebenaran gosipku dengan Ron?!!” Miranda menatap Kris
tajam. Ia tak menyangka keretakan hubungannya dengan Kris juga berhubungan
dengan Ron, sahabatnya.
“karena kau
terus-terusan sibuk mengejar karirmu dan melupakanku! Jelas-jelas saat kau
berlibur di Hawaii bersama Ron, kau bersantai tapi tak ada sedikitpun usahamu
untuk menghubungiku Miranda?! Haruskah aku yang terus menerus menghubungimu?”
Kris melemparkan tatapan mematikannya pada Miranda.
“tapi aku
setia!” pekik Miranda.
“omong
kosong! Kau bahkan tak ada niat untuk mempertahankan hubungan kita. Saat itu
aku benar-benar merasa dilupakan dan menjadikanku sebagai lelaki pelampiasan
bagimu. Jangan kau terus-terusan menganggap aku yang salah di sini!” bentak
Kris.
Kris sadar
ia terlalu keras memarahi dan membentak gadis yang dicintainya ini tapi ia
sudah tak tahan lagi. Miranda memang menyebalkan tapi terlepas dari itu semua,
Kris masih tak bisa menyangkal kalau ia masih merindukan Miranda.
Setelah ia
menemukan Mello, ia juga mencari keberadaan Miranda yang menghilang dari
penthouse— tentu saja dengan seijin Mello— dan kabur ke Bali. Setidaknya Mello
mulai memahami posisi Kris sekarang.
aku tau hatinya terbagi tapi
sulit sekali melepasnya,batin Mello
aku salah besar, aku salah besar
terlalu mengharapkannya. Aku tak bisa menyangkal kalau sejak pertama aku
melihatnya aku benar-benar merasa jatuh cinta dan menjadikan dia pusat duniaku.
“ge.. tau
nggak sebenernya aku suka banget sama gege udah lama loh, dari setahun yang
lalu waktu gege ciuman sama cewek”
“hah??
Serius?? Itu lama banget”
Mello
tersenyum mengingat serangkaian memorinya bersama dengan lelaki yang
dicintainya. Ia tersenyum ketika mengingat wajah Kris yang berubah takjub saat
memandangnya.
“iyalah...namanya
juga kekuatan cinta pada pandangan pertama... yang waktu aku nuduh kamu jadi
model majalah porno itu sebenarnya Cuma akal-akalanku saja” Mello membentuk
huruf V di kedua jemari tangannya.
“Mell...sorry..
nggak seharusnya kau melihat semua ini” Kris yang baru saja menyelesaikan
masalahnya dengan Miranda menemui Mello yang tengah meringkuk di dapur meratapi
nasibnya.
Kris
membangunkan Mello yang terduduk lemas dan menuntunnya duduk di sofa, di
sekanya air mata yang mengalir di kedua pipi gadisnya itu.
“maaf ya,
gara-gara aku semuanya jadi begini, aku sadar kok aku di sini Cuma jadi orang
ketiga, cewek yang nggak tau malu” isaknya. Hatinya berkecamuk. Ia bingung
harus melakukan apa.
“bukan
salahmu Mello. Sebelum ada kau hubungan kami memang sudah retak sejak
kepergiannya ke Aussie” jelasnya, ia menatap lurus ke dalam bola mata Mello,
“terkadangkau bisa lebih tenang melihat orang yang kau sayangi bahagia meskipun
tak bersama kita.”
Mello
memandang Kris dengan tatapan tak mengerti, “maksudnya apa?”
Kris menatap
Mello dengan tatapan terluka, berkali-kali di sekanya air mata yang kian deras
mengalir di pipi Mello, “Mell, kalau aku menyuruhmu untuk menyerah sekarang,
gimana?”
Mello
membelalak, “ma...maksudnya menyerah apa?”
“menyerah
untuk mengejarku” jelasnya. Diperhatikannya perubahan raut wajah Mello. Ia
menghela napas panjang. Rasanya terlalu berat untuk terus-terusan menjadikan
Mello merasakan sakit yang ia rasakan, ia tak ingin Mello terluka ketika berada
di dekatnya.
“aku takut
nantinya kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih sakit, aku tau ini tidaklah
gampang untukmu Mello, aku tak bisa terus-terusan membiarkanmu berada dekat
denganku, aku sayang kamu Mello.... dan aku nggak mau orang yang aku sayang
menangis karenaku” dipeluknya gadis yang membisu ini di depannya.
“aku salut
denganmu Mell, kau gadis yang kuat, dan kau tak pernah malu mengakui
perasaanmu, apalagi kau yakin itu......”
“terus....
kau mau apa?” tanya Mello sesenggukan.
“nggak tau
Mell... aku mau kau pergi... tapi aku benar-benar belum siap untuk kehilangan”
di belainya rambut Mello perlahan.
“tapi... aku
mau di dekat gege terus” kali ini suara Mello terdengar bergetar.”
“sampai
kapan Mell? Sampai kapan kau akan terus berharap padaku? Aku bahkan tak tau apa
yang ku mau saat ini....”
Mello tak
menjawab. Ia meremas kemeja coklat tua yang di kenakan Kris... sakit di suruh
menjauh dari kehidupan orang yang kita sayang sementara kau masih bisa menyapa
dan melihatnya setiap hari.
“sakit
sekarang gak apa-apa kan asal masalahnya cepat selesai? Aku tak sanggup melihat
kau yang terus-terusan seperti ini.. masih banyak lelaki yang pantas kau
tangisi dan kau cintai di dunia ini selain aku...”Kris menghirup aroma tubuh
Mello. Di rekamnya baik-baik dalam ingatannya. Melody...
“memang aku
kenapa? Aku....baik-baik saja... aku baik-baik aja kok asalkan aku bisa terus
bersamamu” sahutnya di sela isak tangis yang kian deras. Mello mengeratkan
pelukannya, ia benar-benar tak sanggup untuk kehilangan Kris, tidak sekarang
dan tak tahu sampai kapan rasa ini akan terus bertahan.
Kris
terdiam... ia membisu begitu mendengar Mello yang masih bersikeras untuk tetap
bersamanya.
“yasudah,
tapi kau harus janji jangan memikirkan hal yang jelek-jelek yang bisa menyakiti
dirimu sendiri” di belainya rambut Mello, ia mencium puncak kepala Mello,
“tidur Mell...aku ngantuk”
Kenapa? Kenapa kau harus merasa
kuat ketika bersamaku Mello? Aku terlalu brengsek untuk kau cintai, I’m a
player.. batin Kris ketika mengingat kenangannya bersama Mello waktu itu.
Di rogohnya
smartphone miliknya dan ia pun memanggil Mello.
“apa?” sahut
Mello dari seberang.
“heh bawel.
Nggak sopan banget sih...” bentak Kris.
“biarin”
jawabnya ketus.
“sore ini
sibuk nggak?” tanya Kris lagi.
“nggak kok,
kenapa?” sahutnya ogah-ogahan.
Pasti mau minta di traktir lagi.
masalahnya yang minta traktir ini orang kaya dan nggak pandang bulu sama orang
yang dimintai traktirannya. Aku kan sedang dalam upaya berhemat, aku mau beli
baju baru. Bosen pakai baju itu-itu terus, batin Mello
di seberang.
“pokoknya
hari ini ke taman dekat danau, aku mau ngomong sesuatu” sahut Kris sok
misterius.
Heh? Mau ngajak ketemuan? Nggak
salah tuh? Ketemu sama dia itu sama aja dengan ketemu setan pembawa sial. Eh
tapi kalau nggak ketemu kangen juga sih, h3h3h3. Batin
Mello mengalay.
“elaaah
ribet banget ngomong aja pake ke taman segala, iya dah jam 4 yaa? Bye” Mello
langsung menutup teleponnya.
“huh?! Nggak
sopan banget jadi cewek” gerutu Kris karena ia belum selesai menyampaikan
tujuannya.
***
“ngapain sih
pakai acara ketemuan di sini? Kayak mau pacaran aja” Mello menggerutu kesal
karena masih gondok akibat di marahin Kris di dalam mobil tadi. masalahnya Cuma
karena dia telat masuk mobil. Dia memilih duduk di bangku taman yang mengarah
ke arah danau.
“kencan”
sahut Kris santai sambil duduk di sebelah Mello sambil menyilangkan kakinya.
Mello
menatap Kris ngeri. Kencan? Kencan pala
lo peyang!! Mana ada kencan yang awal-awalnya di omelin mulu!! Mana ada kencan
yang bikin gondok, dimana-mana kencan itu romantis tjoy. Ini sih tempatnya aja
yang romantis, orangnya kagak!
“helooowww...maksudlooohh??”
tanya Mello sambil memutar bola matanya.
“bawel amat,
sono beli es krim tuh... dua ya” suruh Kris begitu melihat tukang es krim yang
melewati tempat mereka berdua.
“males ah”
sahut Mello kesal. Apaan sih ini orang
hobinya nyuruh-nyuruh, ntar yang beli pakai duit siapa? Duit aku juga kan? Rugi
di aku dong yaaa.. emang sih duitnya asalnya dari dia, tapi kan udah di kasihin
ke aku masa balik lagi ke dia buat bikin kenyang perutnya itu?!
“harus mau”
paksa Kris yang iseng mendorong tubuh Mello. Mello yang kaget karena di dorong
pun akhirnya kehilangan keseimbangan dan terduduk di atas tanah.
“Adoohh..
woyy kalau dorong pelan-pelan dong!! Nggak inget apa tenaga cowok sekuat apa
main dorong-dorong aja” Mello yang masih kaget masih tak bergeming dari tempatnya.
Ini orang laki apa bukan sih?
Manusia apa bukan sih? Tegaan! Jahat! Nyebelin! Nggak berperasaan, nggak
berperikemanusiaan. Ini yang namanya kencan? Hah, seseorang tolong belikan aku
kantong kresek. Aku mau muntah! Gerutu Mello dalam hati.
“huahahaha....
makanya jadi orang tuh makan makanan yang bergizi biar sehat, di dorong sedikit
aja langsung jatuh” Kris tak kuasa menahan geli begitu melihat Mello yang
menatapnya kesal.
“bantuin
dong” sungutnya.
“ogah!”
sahut Kris yang langsung berjalan meninggalkan Mello yang masih merengut saking
kesalnya. “beli es krim dulu ya hahahahaa” teriaknya dari jauh.
*
“bang, es
krim cone rasa Cappucinonya dua ya” pinta Kris. Matanya masih terus mengawasi
Mello yang perlahan bangkit dari posisinya semula. Di lihatnya Mello mulai
melempari danau dengan batu-batu kecil.
“childish”
gumamnya.
Sementara
itu smartphone Kris berbunyi. Satu pesan Line dari Miranda.
Kau dimana? Tanyanya.
Kris
membalas, di kantor lagi sibuk. di
simpannya smartphonenya di dalam kantong celananya.
“ini mas”
penjual es krim menyodorkan pesanan Kris padanya.
“thanks”
sahut Kris yang langsung memberikan selembaran uang lima puluh ribuan padanya,
“kembaliannya ambil aja ya”
Penjual es
krim pun menatap Kris dengan pandangan berbinar, “waaaah jaman begini masih ada
aja orang yang baik hati kaya mas” pujinya sementara Kris hanya tersenyum.
“ceweknya ya
mas?” tanya penjual es itu ketika Kris kembali menatap Mello, “cantik kok mas”
pujinya.
“cewek
jadi-jadian” ia tergelak.
*
“nih es
krim” Kris menyodorkan sebuah es krim Cappucino kepada Mello yang duduk di
bangku paling pinggir.
“ngapain
duduk jauh-jauhan gitu?” Kris bingung ketika Mello masih tetap di posisinya.
“buang sial”
sahut Mello gemas.
Kris
tertawa, “yaudah kalau nggak mau es krimnya, aku habisin sendiri” godanya.
“ya mau lah,
siapa yang bilang nggak mau sih” Mello menggeser kedudukannya mendekati Kris
dan langsung merebut es krim cappucino dari tangan Kris.
“ngerasa
bersalah ya?” tanya Mello yang langsung menjilat es krimnya. Ciyeee tumben banget dia baik hati mau
ntraktir, mungkin kasihan ngelihat aku yang kotor-kotoran gara-gara dia, berani
kotor itu baik. hehehe
“ngerasa
bersalah? Gara-gara apa?” Kris mengerutkan kening.
“udah dorong
sampai jatuh tadi” Mello memanyunkan bibirnya mengingat kejadian tadi. masa lupa sih?belum juga sejam udah lupa aja
sama kesalahan yang udah dia bikin. Nih nggak liat apa bajuku jadi kotor.
“nggak kok
nggak ngerasa bersalah. Emang itu bukan kesalahan juga sih” Kris tertawa.
Kamfreeetosss! Golook mana
golook? Aku mau gorok leher cowok yang di sampingku ini... aku keseeeel banget
setengah mati sama dia. Ada yaa orang yang nyebelin banget kaya dia? Udah
nyebelin, hidup lagi. Gantengnya sih setengah mati, nyebelinnya juga setengah
mati tapi. Mello menatap Kris gemas.
“nahkan
nyebelin banget, coba aja bukan atasan udah aku bunuh” gumamnya.
“bunuh aja”
sahut Kris dengan wajah yang dibuat-buat serius.
“eh.. nggak
ding ntar aku nggak dapat duit lagi” Mello langsung nyengir.
Tumben nggak ngomel-ngomel.
Biasanya kan dia bakalan ngomong ‘kamu tuh ngomong jangan seenak jidat! Ngomong
pake otak jangan pake dengkul’ abis itu dia noyor kepala aku. ‘harusnya kau
sadar, kalau aku mati nggak ada yang bahagia, nggak ada yang nerusin usaha
keluarga Stavano, bakalan ada pemecatan besar-besaran karena perusahaan Stavano
bangkrut dan akhirnya kau juga yang susahbeserta keluargamu dan ribuan keluarga
lainnya’ dia menoyorku lagi. ‘jadi dipastikan takkan ada orang yang bahagia
kalau Kristanius Alva Stevano meninggal’.
Begitu kebiasaan dia kalau aku punya niat jahat buat bunuh dia atau
nggak nyari boneka buat nyantet dia. Aku sampe hafal kata-katanya saking
seringnya di marahin. Ckckck. Batin Mello mencelos.
“Mell” Kris
menatap Mello intens.
“apa?” Mello
yang kembali sibuk menjilati es krimnya tak sadar ia sedang di tatap Kris.
“jadi
pacarku ya. Aku nggak nerima penolakan”
“HAH??!!”
Mello memalingkan wajahnya menatap Kris dengan pandangan tak percaya.
What the maksud? Aku ditembak apa
gimana?? Itu minta jadi pacar apa pemaksaan sih?! Aku lagi mimpi apa gimana? Oh
apa jangan-jangan dia lagi kena panah asmara kakek-kakek bersayap ya? Eh kok
kakek-kakek ya? Bukannya cupid itu anak
kecil? Ah bodo lah kata mama anak kecil itu nggak boleh pacaran jadi di ganti
kakek-kakek aja. Ngeeek.
“ish apaan
sih jorok banget itu, bersihin dulu” Kris menunjuk es krim yang menempel di
sudut bibir Mello.
“eh? Ahahah”
Mello langsung mengelap es krim di bibirnya dan menyapukannya di lengan kemeja
Kris yang bertengger di bangku taman.
“Mello!”
protes Kris. Ini anak jorok banget buset.
Gumamnya.
“itu tadi
maksudnya apa?” tanya Mello dengan tatapan tak bersalah.
“nggak ada
maksud” Kris masih sibuk membersihkan lengan kemejanya.
“ituu yang
tadi ngomong aku jadi pacar kamu tadiii...itu becanda kan?” Mello mengguncang tubuh
Kris. Pasti dia becanda? Ia kan? Pasti
deh yakin seyakin-yakinnya. Suwer.
“iya becanda”
Nah kan, apa aku bilang, diaa
emang terlalu pinter buat mainin perasaan orang, nyebelin banget hih pengen aku
tonjok kalo berani atau nggak jahit mulutnya yang suka ngomong seenaknya itu,
aku bersumpah dengan segenap jiwa ragaku dan kecintaanku terhadap tanah air
kalau ia seribu kali lebih tampan bin memesona kalau diam ckckck.
“tuhkan becanda” sungutnya.
“emang”
sahut Kris tanpa rasa bersalah, “nih kotor nih kemeja mahal tau baru beli”
gerutunya.
“makanya
kalau becandaan itu liat-liat orang yang dibecandain siapa, sono tuh nembak
Jae... suruh dia jadi istrimu” Mello menggerutu kesal merasa di permainkan.
“salah
sendiri nuduh becanda, orang tadi serius” Kris tertawa melihat perubahan Mello
yang mendadak badmood.
“HAHH?!!”
Mello kembali membelalakkan matanya.
Hahaha. Lucu banget sih, kayaknya
gampang banget ngerubah mood nih orang. Kris
tertawa.
“lebay”
sahut Kris.
Mello
terdiam. Dia masih sibuk menepuki pipinya sendiri. Jangan bilang ini mimpi, jangan bilang ini becandaan lagi. engga kan?
Ini serius kan? Ya Tuhaaan aku nggak nyangka.. rasanya... aduuh bingung mau
ngomong apa.. malu sih enggak tapi jantungku kayak mau copot gitu, rasanya aku
mau salto dari puncak Monas atau terjun bebas dari gunung salak saking
senengnya. Awww ><><><
“terus aku
harus bilang apa?” tanya Mello bingung.
Iya kan tadi nggak ada tanyaan ‘kamu mau nggak jadi pacarku’ nggak ada. Jadi
kami resmi pacaran apa gimana? Kan belum ada konfirmasi dari aku sendiri, tapi
aku mau mau aja sih jadi pacarnya. Eh engga deng bukan mau aja tapi mau
bangeeeet.
“bilang aja
Kristanius Alva Stevano cowok paling ganteng di seluruh dunia” ucap Kris asal.
“.......”baiklah pemirsa sepertinyaaku merasa akan
ayan sebentar lagi. gumamnya. Baru saja Mello ingin memprotes tiba-tiba
smarphone Kris berbunyi.
Miranda. Kris
menatap layar ponselnya dan membaca Line dari Miranda.
Aku tau kau di sini.. temui aku
di pojok danau bagian selatan...
Kris membaca
sederetan huruf yang terpampang di layar ponselnya. Miranda di sini? Mau apa dia?
“bentar ya”
Kris langsung meninggalkan Mello dan berjalan menemui Miranda.
“Kris mau
kemana sih?” Mello yang masih bingung dengan kelakuan Kris bertanya-tanya
sendiri. “eh.. aku mau ngabarin Bora, Odult sama DO ah kalau aku udah jadian
sama Kris” Mello langsung memencet nomor-nomor mereka dan mengirimi pesan. What a beautiful day!
*
“aku tau
kamu bohongin aku Alva... tadi kamu bilang kamu lagi di kantor” Miranda menatap
tajam Kris yang berada di belakangnya. Ia berjalan-jalan di atas pagar pembatas
yang menghubungkan danau dengan daratan. Konon danau bagian selatan dikenal
mempunyai pusaran air di dasar danau yang dapat menarik dan menenggelamkan
seseorang.
Kris
meludah, “Miranda apa yang kau lakukan”
“jangan
mendekat Alva!” Miranda memperingatkan
“yasudah,
langsung saja Miranda, kau mau bilang apa?” tanya Kris tak sabar.
“mana
komitmenmu yang dulu Kris? Kau bilang Cuma aku satu-satunya yang ada di hatimu”
Miranda mulai menangis, “kenapa sekarang ada Mello?!! Kenapa?? Kalian juga
sudah jadian kan?” Ia menurunkan salah satu kakinya ke arah Danau.
“Miranda!!”
pekik Kris.
“mau apa?
Untuk apa aku terus-terusan hidup.. orang yang aku cintai juga sudah tak
mencintaiku kan??!! Untuk apa selama ini aku masih memikirkanmu selama di
Aussie? Untuk apa aku terus-terusan hidup?? Aku capek Alva... aku capeek!!”
tangisnya makin kencang.
Kris
langsung berlari ke arah Miranda dan menarik Miranda turun. Di tariknya lengan
Miranda.
Miranda
berusaha melepaskan pegangannya, “kau mau apa?? Lepasin Alva” dia makin
meronta.
Kris
menyentakkan tangan Miranda, “diam!! Aku muak dengan semua ulahmu Miranda!!
Terlalu mendramatisir, pakai otakmu!! Egois!!” bentaknya lagi, ia terus
menyeret Miranda ke tempat ia dan Mello bersama.
“ma...mau
kemana?” Miranda menatap Kris takut-takut. Baru kali ini ia melihat tatapan
Kris yang semurka ini.
“ikut aku”
katanya dingin.
Sementara
Mello terkejut dengan kedatangan Kris yang menyeret Miranda datang menemuinya.
Kenapa? Ada apa? Kenapa Miranda terlihat sekacau itu? Kenapa Miranda bisa sama
Kris? Apa yang terjadi? Hatinya bertanya-tanya.
Kris masih
sibuk menyeret Miranda dan memaksanya duduk di sebelah Mello.
Kris memijit
pangkal hidungnya sebentar, di tatapnya Miranda dan Mello dengan pandangan terluka.
Dia beberapa kali menghembuskan napasnya dan mencoba berbicara.
“girls,
sorry. Aku nggak bermaksud untuk membuat kalian seperti ini. aku memang salah,
tolol. Tapi ini benar-benar di luar kendali.. ini sudah keterlaluan.. aku
brengsek banget ya sayang sama dua orang sekaligus.. bahkan sebenernya terlalu
berat untuk memilih salah satu..”
Kris
menyadari belum ada kata putus di antara dirinya dengan Miranda dan dia baru
saja meresmikan hubungannya dengan Mello.
“aku merasa
diikat sama kalian berdua, salah satu hilang aja rasanya nyawaku tinggal
separuh. Dosa apa kalian sampai sakit hati karenaku. Aku yang dosa. Nggak bisa
tegas sama perasaan sendiri. Pengecut! Aku kacau nggak ada salah satu di sisi”
Di
pandangnya sekali lagi wajah Miranda, terlebih wajah Mello yang bahkan ia tak
dapat mengartikan pandangan Mello padanya.
“sekarang
terserah kalian mau nganggap aku apa. Maaf kalau aku sudah terlalu menyakiti
kalian. Aku give up. Aku memilih lepasin
kalian berdua sekarang, kita hidup sendiri-sendiri aja. Sama kayak sebelum
saling kenal. Deal?”
Kris
menunggu jawaban dari Mello dan Miranda yang masih membatu di tempat duduk
mereka.
“oke aku
anggap diam kalian itu iya. Bye”
Kris
langsung berjalan meninggalkan mereka. Miranda yang baru sadar memilih bangkit
dan mengejar Kris.
“Alva!!
Tunggu!! Aku mau bicara” dikejarnya Kris. Sementara Mello masih
diam...dipandangnya kepergian Miranda dan Kris...... Pandangannya mengabur...
Tak terasa
bulir airmatanya jatuh satu-satu.....
____
Backsound
Geisha .. ngeeeng........ galau euy..
Sungguh aku tak bisa...sampai
kapan pun tak bisa membenci dirimu~~
Sesungguhnya aku tak mampu....
Sulit untukku bisa sangat sulit
ku tak bisa memisahkan segala cinta dan benci yang kurasa~~
---TBC---
Mampus galau ;_____; ditunggu
komentarnya guys.