Senin, 08 Juli 2013

FF KRIS : KNOW ME FIRST, KISS ME LATER(PART II)



Author:  Mei F.D

Cast :

·         Wu Yi Fan/ Kris EXO M as Kristanius A. S.

·         Mello as Priscilla N. Melody

·         Miranda Kerr (umurnya 26th ya di sini n__n)

·         Lee HyukJae as Jae

·         Do Kyungsoo as D.O

·         Oh Sehun as Odult

·         Yoon Bora as Bora

Length : multichapter

Genre : romance, drama, antara kocak dan ngenes ckck

PG : 15++
Dibaca dulu siapa tau suka, kalau gak suka baru tekan tombol back^^. Klo ff ini dijamin udah tamat hehehe. Jgn lupa follow @meiokris :*
**
Mello’s POV
                “Gege, makanan sudah siap” teriakku yang masih sibuk menyiapkan makan malam untuk Kris. Emang ya kadang-kadang aku harus menggedor pintu kamarnya biar dia mau makan, yang namanya workaholic segalanya jadi di lupakan.
Oh ya sebentar lagi aku sidang skripsi dan bantuan Kris padaku benar-benar sangat membantu. Belum lagi impianku punya rumah bertingkat juga sudah terwujud, hehehe. Yah meskipun bukan rumah sendiri tapi rumah dia. Nggak papa dong ya yang penting bisa ngerasain gimana rasanya punya rumah bertingkat.
Aku mengelap beberapa bulir keringat yang membasahi keningku. Asal tau aja ya hubunganku dengan Mr.Limited Edition super gantengku ini benar-benar membaik. Meskipun dia suka marah-marah atau membentakku apalagi kalo bawelku lagi kambuh ngepoin dia. Tapi walaupun aku ngepoin dia, dianya jawab terus, waks. Jadi jangan salahin aku sepenuhnya juga aku masih demen ngepoin dia.
Yah kalau dari segi sikapnya yang ia curahkan padaku jelas cintaku bertepuk sebelah tangan sama dia, emang cinta dunia nyata sama kaya cerita dongeng anak raja yang menikah sama orang miskin apa ya. Pangeran jaman modern macam Kris ini mana mau... roman picisan banget rasanya.
Bahkan setelah aku membaca buku yang di dalamnya ada orang yang berpendapat kalau katanya cerita dongeng itu merupakan ungkapan perasaan, jeritan hati atas rasa ketidak adilan bagi para rakyat miskin yang punya mimpi selangit. Katanya sih gitu..
Bukankah semua sudah di atur sesuai tingkatannya? Orang miskin Cuma bisa berkumpul dengan para orang miskin dengan pakaian lusuh dan lumpur-lumpur di tubuh mereka karena seharian bekerja.
Lah orang kaya? Menghadiri pertemuan dengan pakaian baru, bagus dan mahal tentu saja, para lelaki yang mengenakan tuxedo dan para perempuan mengenakan gaun malam. Anggun bukan? Nah wanita-wanita seperti ini yang akan menjadi pendamping hidup Kris kelak. Aku yakin itu.
Hubunganku dengan Kris Cuma sebatas bawahan sama atasan, antara pelayan dan pembantu, hubungan seperti inilah yang tercipta, meskipun aku selama ini lancang dengan membiarkan perasaanku tumbuh dan mekar seiring bertambah dekatnya hubungan kami. Pokoknya jangan salahin aku kalau aku lancang suka dia, dia sih terlalu ganteng, mana adaa wanita yang tahan dekat-dekat sama wajah gantengnya ini-_-)a
Kadang aku berpikir cerita dongeng itu benar-benar ada, banyak orang yang beranggapan begitu, kaya Pangeran William dan Kate Middleton yang katanya rayat biasa, bah omong kosong, coba aja Kate dibawa ke sini pasti ia bisa mencukupi kehidupannya tanpa harus menikah dengan Pangeran itu, masyarakat biasa? Biasa bukan dalam artian tidak mampu!
“wah wah...ada yang lagi nyiapin makan malam nih” aku tersentak dari lamunanku dan menoleh ke arah sumber suara di belakangku.
“pak Jae?”sapaku.
“yoi, mana si babu? Di kamarnya ya?” tanyanya.
“iya pak, sekalian aku mau minta tolong panggilin dia soalnya bentar lagi makan malamnya siap, tinggal di hias” pintaku sopan.
“makan malam buatku gak ada ya?” godanya.
Aku terkekeh, “ada kok pak tadi Kris ge sudah memintaku masak banyak kok”
“asiikk makan gratis” katanya, “hgg... Mell, ke kamar babu dulu ya” katanya yang langsung melesat menjauhi dapur.
Aku Cuma bisa geleng-geleng kepala mengingat panggilan kesayangan mereka satu sama lain. Pak Jae yang ganteng itu dengan tulang pipi yang menonjol itu mempunyai sifat yang ramah, gampang akrab sama orang, dia juga gak kalah hebat dalam urusan berbisnis, nah gak pantes banget kan kalau dia di panggil bi, b*bi.......cocoknya baby, hahaha
Nah si mas Alva alias Kris yang kata orang perfect ini, dipanggil babu sama dia, aduhhh.. mana ada pembantu, babu yang cuek, suka seenaknya, suka nyindir, dan dingin kaya dia. Yah mungkin karena dia merasa anak emas dari perusahaan Giovanni Stevano kali ya, jadi wajar kalo dia berperilaku sedikit angkuh.
Hmmm, bukannya aku ilpil sama dia aku malah makin suka sama dia, emang bener pepatah orang, “cinta datang karena terbiasa” ckck.
Meskipun dia gak pernah sekalipun mandang aku tapi bisa dekat sama dia aja aku udah bahagia, sekarang melihatnya merupakan suatu kebutuhan, bukan kewajiban untuk memiliki lagi, eaaa Mellow mode on.
**
Jae’s POV
wohooo, waddup brooh, ditungguin di luar tuh sama Mello” aku memberi isyarat padanya agar menghentikan pekerjaannya dan langsung menuju ke dapur, mumpung lagi laper ini.
“kalo udah siap biasanya dia manggil kok” sahut Kris tanpa mengalihkan pandangannya pada monitor laptopnya
“emang bisa denger gitu? Kalo sibuk biasanya kan gak pernah denger kalo ada yang manggil” godaku
“biasanya juga dia nyamperin ke sini sama muka cemberutnya itu” jawabnya sambil terus mengetikkan sesuatu di laptopnya.
“hapal banget sih, tumben seorang Alva bisa hapal kebiasaan-kebiasaan pelayannya“ godaku.
Ia tertegun sejenak, merasa kebanyakan berbicara, “gak juga” sahutnya akhirnya.
“suka sama Mello ya?” cecarku.
“apaan?!” kali ini dia tak berani menatapku, masih sibuk dengan layar laptopnya, padahal biasanya kalo dia kesel bisa langsung nonjok.
“akui ajalah bro. Kau suka sama dia kan? Buktinya kau membolehkannya memanggilmu dengan sebutan gege, ih lucu banget” godaku dengan ekspresi dibuat-buat.
“gak mau aja kalo ada yang manggil bapak kalo gak di kantor” kelitnya.
“tapi dia menyukaimu baby” ejekku. “semua orang juga udah tau kalo dia jelas-jelas menyukaimu”
“Dia. Menyukaiku. Bukan. Berarti. Aku. Menyukainya.” Katanya dengan penekanan di setiap kata.
“kenapa? Apa salahnya menyukai gadis lain? Kau masih menunggunya? Emang dia nyariin? Emang dia masih peduli denganmu? Dunia kalian udah beda coy. Dia udah pergi hampir dua tahun yang lalu dan sampai sekarang gak ada ngabarin kita padahal tiap hari kita liat dia bolak-balik di Channel fashion. Miris gak tuh melihat kita hanya dianggap sebagai bagian masalalunya yang mungkin sudah dikuburnya dalam-dalam”
                Aku melanjutkan setelah mengambil satu tarikan napas, “dan kau? Apa kau masih menunggu dia dan menganggapnya sebagai bagian dari masa depanmu?” ayolah sadar Alva, kau takkan terus-terusan menunggunya kan? Batinku.
                “dengar ya Jae, ini gak ada hubungannya sama sekali sama gadis itu!” kali ini dengan nada yang sedikit membentak, “cewek itu rumit, bisanya Cuma merepotkan dan sampai saat ini aku memang belum tertarik untuk membuka hati apalagi membagi hatiku dengan gadis lain”
                “lantas? Kau akan jadi bujangan seumur hidupmu? Hello seorang putra taipan sepertimu tidak mempunyai keturunan?” ejekku.
“aku belum tertarik untuk membahas pernikahan, umurku belum masuk kepala tiga. Seenggaknya sekarang masih bebas mau berkarir apa saja dan tak terikat dengan dengan wanita-wanita tak penting”
“berkarir sambil terus menunggu Miranda......” sindirku lagi.
“jangan ucapkan nama dia lagi di depanku” potongnya tiba-tiba, “aku gak nunggu siapa-siapa di sini dan hanya ingin menikmati kesendirianku, meraih sukses sendiri tanpa ada embel-embel wanita di belakangku”
Aku menyeringai, “hello, kau lupa dengan peran Mello yang selalu menyiapkan kebutuhanmu hingga kau terus menerus sehat dan tak lupa soal makan?”
Dia terdiam.
“dengar ya Tuan Alva, apa susahnya sih bersikap sedikit manis kepadanya? Kau tak akan kehilangan wajah tampanmu kalau hanya bersikap sedikit lembut padanya”
“ntar di bilang php” kilahnya.
“haha, dia gak sebodoh itu kali, emang sih dari sorot matanya dia beneran jatuh cinta denganmu tapi seenggaknya hargai usahanya” aku mengingatkan.
“dia udah di kasih gaji yang memadai dan cukup untuk membiayainya kuliah sampai lulus nanti itu udah bisa bikin dia senang kan?” kelitnya.
“hanya dengan gaji? Keji sekali Tuan Kristanius Alva Stevano, itu tidak manusiawi, dia juga punya hati dan emosi, apalagi kalo tiap hari kena bentak dan dicuekin mulu, lama-lama dia juga bisa muak” emang Mello gak punya hati? Cewek mana pun juga tak akan tahan kalau diperlakukan seperti itu terus-menerus.
“kenapa sih pake acara ngurusin caraku mengurusnya?”
“hahaha whatever lah” aku tergelak dan langsung meninggalkan Kris menuju ruang makan.
**
“aku suka sama kamu”
Aku mendengar gumaman yang berasal dari mulut Mello di dapur sambil mencuci piring.
“kapan kamu suka sama aku?” tanyanya lagi. astaga dia bicara sendiri dari tadi.
Akhirnya ia menghela napas panjang dan membilas piring-piring kotor bekas kami makan.
“ehmmm” aku berdehem.
“eh pak Jae, belum pulang?” dia keliatan salah tingkah.
“belum, ciyee kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih, jatuh cinta sama siapa?” tanyaku pura-pura tak tau.
“ngg..sama cowoklah pak” dia garuk-garuk kepala sendiri, “nguping ya pak?”
“panggil mas Jae aja, gaenak dipanggil bapak, iya gak sengaja dengar”
Ia tersipu malu.
“kenapa gak diungkapin aja sama cowok yang kamu suka? Kali aja dia juga suka sama kamu” saranku.
“huaaah, malu ah, ntar dikira cewek apaan lagi. ogah” tolaknya. Aku tahu tipe-tipe wanita seperti ini, dia terlihat agresif karena bawelnya padahal aslinya dia gadis yang pemalu.
“emang kenapa? Bukankah setiap orang itu berhak suka sama orang lain? Namanya juga rasa suka, gak bisa dicegah karena datangnya tiba-tiba, rasa suka juga gak bisa di atur kan harus suka sama siapa. Rasa suka itu datangnya spesial pada orang yang spesial juga. Kita juga gak bisa nyalahin Tuhan dan gabisa nyalahin perasaan karena suka sama orang yang sudah berkeluarga misalnya, insiden lolita, janda tua dengan perjaka muda misalnya, karena semua itu mengalir apa adanya..” wah Jae ngomong banyak soal cinta nih, hahaha
“tapi...aku kan cewek, susah ngungkapinnya” aku dapat merasakan ada nada penyesalan saat dia merasa dirinya adalah seorang wanita yang identik dengan kata menunggu, bah jaman sudah berubah coy, “ntar dibilang cewek murahan”
“hanya orang tolol yang ngomong begitu, cewek juga punya hak asasi buat bilang suka sama cowok kan selama itu masih dalam tahap wajar”
Ia terdiam. Akhirnya aku yang mengalah sebelum kami berdebat dengan mencairkan suasana, “ngomong-ngomong masakanmu enak” pujiku.
**
Mello’s POV
                hari ini aku sidang skripsi. Hah... senang banget deh rasanya aku bisa mengejar ketertinggalanku. Gak nyangka aja bisa nyelesain kuliahku barengan sama Bora, tepat waktu lagi.
Special big thanks buat Kris ge yang udah bantuin aku bayar kuliah, kalau tanpa gajinya yang lumayan itu aku gak bakalan bisa selesai kuliah tepat waktu. Makasih Kris ganteng ><
Bora sama DO juga orang yang berperan penting dalam hidupku yang setia mendengarkan curahan hatiku karena sering makan hati kalo lagi bareng Kris.
Yah meskipun aku tahu ya kalo sifat jeleknya Kris itu bawaan dari lahir jadi mau gimana lagi. tapi kata Jae waktu itu dulu Kris masih punya hati sama orang, namun semenjak ia berpisah tanpa ada kata putus dengan seorang model yang sudah Go Internasional dianya jadi dingin begini. Hmm. Aku jadi penasaran secantik apa sih model yang bisa memporak-porandakan hati Mr.Limited Editionku.
Aku bergegas melangkah keluar, kemarin dan hari ini aku free, gak ada tuntutan kerja di rumah Kris ge karena dia tau aku mau sidang skripsi.
Aku mematut diriku di cermin, bayangan tubuhku yang sedang memakai kemeja berwarna putih gading dan rok hitam menjadi pilihanku untuk menjalani sidang skripsi hari ini. ya Tuhan, kuatkan aku.
 Tiba-tiba hape bututku berbunyi, ah rupanya ada pesan line dari DO, ternyata dia mengirim foto selcanya sambil memegang 2 buah balon berbentuk lonjong dengan tulisan Fighting di sisinya. Buru-buru aku menelponnya dan nada sambung pun terdengar.
“halo?” sapanya dari seberang.
“DO! Makasih ya udah ngirimin aku foto. Muaaah muaaaah” aku menghadiahi ciuman bertubi-tubi dengan menciumi layar hapeku dengan ganas.
“eiittsss... awas rusak hapenya kena cium” ia tertawa, “semangat ya”
Aku terkekeh, “kamu tuh orang pertama temen aku yang nyemangatin aku pagi ini, except keluargaku yaaa” kataku.
“iyaaa”
“ngomong-ngomong, fotonya ganteng” pujiku.
“jangan liat orangnya, liat balonnya dong” protesnya.
“iyaaa...iyaaa... engg.. aku pergi dulu yaa takut telat” pamitku.
“yooo hati-hati di jalan” katanya.
Belum sempat aku memasukkan ponselku ke dalam tas udah ada yang manggil lagi, aku langsung mengangkatnya tanpa memperhatikan caller ID yang tertera di layar ponselku.
“halo” sapaku pelan, takutnya eommaku kan masa aku jawab kaya bentak-bentak gitu.
“oy” hanya itu suara balasan yang terdengar di seberang, siapa lagi yang ngomong kalo bukan Mr.Limited editionku, gak sopan banget, kasih salam kek atau balas ngomong halo juga apa susahnya sih?!
“apa?” tanyaku ketus. Kalo ini sih gak usah di ramah-ramahin lagi, ntar malah ngelunjak. Loh.. emang ada atasan yang ngelunjak?!
“nanti malam free gak?” tanyanya dari seberang. Emang kenapa kalau free? Mau ngajak kencan? Mau ntraktir makan malam? Apa mau di ajak datang ke pesta? Oke tapi semua pertanyaan ini cukup aku simpan dalam hati aja. Jangan sampe keceplosan Mello.. ntar dianya marah-marah lagi.
“hmmm free kok kan udah selesai sidang” kataku sambil berharap ia menyemangatiku pagi ini, tapi kayanya dia nggak peduli dengan urusan kuliahku, maklum urusannya kan cuma sekedar menggajiku saja. Emang siapa dia pake acara ngurusin kuliahku, dosen bukan, orang tua apa lagi, calon suami kali *plakk*
“oh” sahutnya lagi, “traktir makan ya”
Heh?! Apa dia bilang tadi? traktir makan? tuhkan tebakanku bener, dia mau ngetraktir aku makan. gak selamanya pemikiran konyolku ini Cuma mentok di mimpi, lah ini jadi nyata.
“asiikk, aku mau di traktir makan” sorakku girang.
“kau yang traktir aku makan, bodoh” bentaknya, ih apa dia bilang? Bodoh? Ga mesti gitu juga kali, nggak jadi seneng deh, senengnya di simpan lagi.
“hah??!! Kok aku yang traktir makan sih?!” protesku tak terima, di mana-mana cewek yang di traktir bukan yang traktir, iya kalo aku punya banyak duit, lah harta dia segudang gitu masa masih minta traktir?!
“suka-suka gue dong ya” jawabnya seenaknya.
Nahkan, ini sih bukan moodbooster lagi namanya tapi moodbreaker, ganteng-ganteng tapi kok hobinya ngancurin mood orang, “kalo gak mau?” tantangku.
“gak usah” jawabnya ketus, hiih jangan harap aku dibujuk, dia pasti ngambek sama aku dan ini berdampak buruk bagi gajiku bulan depan, siapa tau ntar dia gak ngasih aku gaji gimana, harta adalah segalanya dan segalanya menjadi tak ada tanpa harta, oke baiklah aku mengalah.
“beneran gak jadi nih?” godaku berusaha mencairkan suasana.
“dih, kalau-kalau kau lupa saja ya aku yang membantumu meringankan biaya kuliahmu” tuhkan pasti nyinggung masalah ini lagi. gak ikhlas bener ya kayaknya bayarin aku kuliah?
iya pak iyaaa aku tau pak maksudnya bapak juga berhak menikmati kesenanganku karena udah dibantu bapak bayar kuliah dan atas hasil jerih payahnya selama ini membiayaiku aku harus mentraktirnya malam ini, begitu kan pak. Sahutku dalam hati.
“iyaa pak iyaaa” sahutku.
“Kris atau gege” ralatnya
“iya ge iyaaa nanti ditraktir kok, tenang aja, aku mau berangkat dulu ya, bye” aku langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban darinya. Bodo amat lah, aku sekarang jadi cukup berani untuk melawannya. Bukan maksud kurang ajar sih tapi kebiasaan-kebiasaan menjengkelkannya itu akhirnya menular padaku yang berimbas buruk padanya, hahah semacam boomerang gitu deh, sukurin hahaha.
Baru aja aku mau memakai sepatuku tiba-tiba bel berbunyi, “duh siapa sih yang datang bertamu pagi-pagi? Gak tau apa aku buru-buru mau ke kampus” gerutuku kesal sambil membuka pintu dengan malas-malasan.
“permisi, benarkah ini rumah ibu Priscilla Nada Melody?” tanya seseorang yang mengenakan topi pet dan baju seragam pekerjanya.
“iya saya sendiri, ada apa ya?” tanyaku bingung.
“bisa tanda tangan di sini?” pintanya yang membimbingku untuk membubuhkan tanda tangan pada selembar cek tanda terima.
“buat apa?” tanyaku masih kebingungan, ada apa sih?
“ini ada kirimin bunga spesial buat ibu” jelasnya.
Hah?? Bunga?? Dari siapa?? Aku menandatanganinya dengan tangan yang sedikit bergetar. Ini serius bunga untukku? Apa gak salah orang??! Tapi namanya beneran namaku kok.
“da..dari siapa?” tanyaku dengan suara sedikit bergetar, speechless ini sih baru pertama dapat bunga dari penggemar rahasia.
“wah sayang kurang tahu tuh bu, kebetulan saya hanya bertugas mengantar, ini bunganya ya bu, makasih” ia menyerahkan sebuket bunga untukku dan langsung permisi.
Semangat ya sidang skripsinya. Jangan gugup, pasti bisa. Fighting
Hanya tulisan itu yang tertera pada selembar kartu pengirim yang terselip di antara bunga-bunga itu.
Siapa? Aku jadi makin penasaran, Bora?ah kayaknya gak mungkin, kan dia juga sibuk mau sidang skripsi, gak mungkin kalo dia, lagian juga buang-buang duit, mending ngomong langsung dari pada pake acara ngirim bunga segala, lalu siapa?
Odult? Bah jangan harap kalo dia yang mengirimnya, secara rumahku kan jauh begitu, dia aja pelitnya luar binasa, ngasih bunga plastik aja gak mau apalagi bunga hidup yang mahal ini, buang-buang duit lah istilah kerennya.
Kris? Ah kalo yang ini tambah gak mungkin dari semua kandidat tersangka kasus pengiriman bunga misterius. Skip skip skip.
Apa mungkin DO? Ah mungkin DO.. buru-buru kuraih ponselku dan mencari nomor DO. Gak salah lagi pasti DO, dia kan orang yang baik terus gak nyebelin lagi.
“halo Mell” sapanya dari seberang.
“makasih ya udah ngirimin aku bunga, bagus loh bunganya, harum lagi” kataku to the point.
“hah? Maksudnya apa Mell? Bunga apa?” aku dapat merasakan nada kebingungan dari suaranya.
“loh... kamu kan yang ngirimin aku bunga?” aku mendadak bingung. Ini gak becanda kan? Masa bukan DO?
“.....”
“DO? Iyakan?” tanyaku memastikan, kenapa dia gak jawab sih?! Kepo berat nih...
“bukan aku kok. Serius, uangku mana cukup buat beli bunga mahal” sahutnya.
Lah??!! Terus siapa? Aku jadi makin penasaran,”oh gitu, yaudah deh maaf ya udah ganggu” kataku yang kembali langsung menutup sambungan teleponku, wah ternyata bukan Cuma sama Kris aja ya nggak sopannya, sama DO juga begitu..
Ku pandangi bunga-bunga hidup yang masih mekar ini, tak satu jenis bungapun yang kukenali dari rangkaian bunga ini kecuali beberapa tangkai mawar merah yang terselip di dalamnya. Kuhirup wanginya sesaat,ih wangi banget. entah siapa pengirimnya yang jelas aku sangat bahagia, romantis banget ini ><
Ah penggemar rahasia, jangan-jangan dia itu Superman? Atau Batman? Catman? Flowerman? Hahaha siapa aja lah penggemar rahasiaku, makasih yaaa.
“untung aku gak alergi bunga” gumamku sambil meletakkan bunga itu di atas meja, aku harap bunga itu ga layu sampai aku selesai sidang nanti.
**
“Woyy buruan” teriak seseorang dari dalam mobil Alphard merahnya.
“iya bentaaar” aku tergesa-gesa mengunci pintu rumahku dan masuk ke dalam mobil mewah ini, siapaa lagi kalo bukan Kris. Semua orang di sekitar sini juga udah tau ini mobilnya cukup dengan membaca nama yang tertera di bagian belakang mobil ini.
Kris A Stevano, nama yang terpampang di sana dibuat dengan stainless steel anti karat, yah kalo bikinnya sih 5ribu perhuruf, gak mahal kok, bagi orang kaya maksudnya, kalo aku sih mending beli Cappucino float daripada majang begituan. Ckck orang kaya. Suka buang-buang duit emang.
“jadi kita mau ke restoran mana?” tanyanya yang kayanya lagi bahagia, mungkin gara-gara mau ditraktir kali, senyum yang mengembang di wajahnya itu terlihat mengerikan di mataku, Oh no, itu bukan senyum, itu seringaian.
Apa apa katanya tadi? restoran?? Wuidih mulutnya seenak udel nanya begituan, dikata aku orang kaya baru apa, udah untung di traktir.
“gak ah jangan restoran, yang lain aja” lagi bokek nih, sambungku dalam hati.
“cafe?” tawarnya lagi.
Ini anak nyebelin banget sih, emang cafe itu nggak sama mahalnya sama restoran? Sama aja buang-buang duit, lagian porsinya sedikit nggak bikin kenyang jadi pergi ke restoran atau cafe itu sama dengan buang-buang duit. Catat itu.
“pak, gajiku gak cukup kalo muasin perut bapak dengan makan enak ke restoran atau cafe yang muahhhal itu” protesku lagi.
Sepertinya Kris sadar kalo aku udah jengkel dari tadi, cukup tau dari nada bicaraku padanya, dia hanya diam  dan nggak ngejawab apalagi marah-marah dengan sistem unjuk rasaku, yaiyalah kalo aku ngajak dia ke sana bisa-bisa dia pulang sendiri abis selesai makan dengan aku yang di sandera gara-gara gak bisa bayar.
Perlahan tapi pasti akhirnya mobil Alphardnya itu melewati restoran-restoran itu tanpa sedikitpun melirik atau mengajakku bicara, aku itu paling anti dengan kata restoran atau cafe, tulisan mahal yang tak kasat mata itu benar-benar menakutkan, aku jadi ngerasa kecil kalo masuk ke sana, udah badanku yang kecil begini...uangnya juga ikutan kecil.. rasanya harus mikir ribuan kali buat masuk ke dalam sana.
Diam-diam aku melirik baju yang kukenakan, Cuma tshirt  hitam bergambar Snoopy yang kubeli di pasar tungging kemarin dengan skinny jeans kesayanganku. Aku melirik lagi ke arah Kris, OMG! Aku baru sadar kalo dia Cuma pakai tshirt hitam dengan ukiran gak jelas di bagian depannya ditambah jeans warna abu-abu gelap, couple kah? Asik asik kita couple.
Buru-buru aku menepis pikiranku itu, sadar Melloooo, kau itu siapa? Dia itu siapa? Jelas-jelas beda banget antara langit dan bumi bisa-bisanya kau menyebutnya couple? Memang sih warnanya sama, tapi punya dia itu bermerek dan tentu saja mahaaal. Catat ya. Mahal.
“apaan liat-liat?!” tanyanya gusar. Astaga, jadi dari tadi dia sadar aku mandangin dia? Ih malu-maluin banget sih Mello. Semoga aja mukaku nggak mupeng-mupeng amat liatin gaya dia nyetir.
“engga... itu..itu berenti di situ aja” buru-buru aku mengalihkan pandanganku dan langsung menunjuk kumpulan para pedagang kaki lima yang berjualan di dekat taman kota, “di situ aja, kita makan di situ” kataku.
“hah??!! Gak salah?” dia terlihat ogah-ogahan begitu melihat keadaan tempat yang lumayan ramai dan terletak cukup dekat dengan jalan raya ini
“ya gak salah lah, yang salah itu kalau aku mintanya ke restoran” sungutku.
Ia mengerutkan dahinya tapi akhirnya memarkirkan mobilnya juga ke dekat taman. Kelihatan mencolok banget ga sih markir mobil mewah di sini sementara di sini yang parkir Cuma sepeda motor dan beberapa motor gede.
Aku menghela napas. Orang kaya macam dia biasanya gak bakalan sudi makan di sini, mereka lebih suka makan di restoran yang tenang diiringi alunan musik klasik, bukan di pinggir jalan yang kadang bising dengan suara kendaraan yang lalu lalang.
Tapi kalau aku ngajak Kris ke restoran itu sama aja dengan aku bunuh diri, mati di tempat  kejadian gara-gara gak bisa bayar. Kalo inget soal gengsi sih, mungkin bagi Kris itu semacam harga diri yang harus di bayar mati, bodo lah buatku mah, kalo ngikutin kata gengsinya yang selangit itu, aku yang rugi besar, apalagi yang di traktir orangnya nyebelin kaya gini.
“mau makan apa?” tawarku.
“samain aja” katanya yang sepertinya masih sibuk beradaptasi dengan lingkungan ‘baru’ nya ini. akhirnya ia memilih tempat yang dekaat dengan taman, di bawah lampu taman yang berwarna kuning emas.
Sementara aku memesan sop ayam dan es sirup untuk dua orang sambil diam-diam aku nyuri-nyuri pandang sama Kris dan untuk yang kesekian kalinya aku terpesona dengan cetakan Tuhan macam dia, di bawah temaram lampu taman ia masih sangat memesona, apalagi kalo dia diem gini tuh patung dewa Yunani mana aja kalah deh sama dia.
“baru pertama ke sini ya?” akhirnya aku datang dengan membawa pesananku di bantu pelayan warung itu.
“hmmm” ia mengangguk, tangannya mengaduk sop ayam di depannya dan mencicipinya.
“enak gak?” aku menatapnya waswas, takut ia memuntahkan makanannya di depan banyak orang, maklum lidah orang kaya biasanya sedikit bermasalah dengan makanan biasa.
“enak kok” pujinya tulus. Hah? Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Dia muji makanannya? Kok tumben. Kenapa tiap aku masak ia gak pernah muji? Tapi gapapa lah yang penting tiap aku masak dia selalu habis memakannya.
“gimana kerjaannya di kantor?” tanyaku basa basi.
“biasa aja” sahutnya yang masih sibuk menyeruput kuah.
“oh, inget gak kalo hari ini aku sidang?” tanyaku lagi,
“iyalah dan aku harus rela bangun pagi Cuma buat nyiapin sarapan pagi” gerutunya kesal. Yaelah Cuma dua hari doang kan, toleransi dikit sesama umat manusia.
“yah malah marah-marah, padahal tadi pagi aku minta di semangatin sama gege” kataku jujur.
“nyemangatin? Emang penting gitu?”
Jleeeb. Jleeeb. Sadis banget sih, batinku menjerit. “ya gak juga sih buat penyemangat aja, btw, tadi ada yang ngirimin aku bunga loh” well. Pamer dong ya sekarang aku punya penggemar rahasia, hahaha.
“ohh, terus?”
Ok, bisa  aku pergi dari tempat ini segera? Tembok mana tembok? Aku mau jedotin kepalaku , percuma ngomong sama dia mah, nyebelin begete, rasanya aku pengen jambak rambutnya terus nyiram dia pake air panas deh kali-kali otaknya rada bagusan dikit jadi dia bisa sedikit ramah sama orang.
“yah, gapapa, kirain dari gege gitu” BEBASSS MELLO...BEBAAAZZZZ...
“kalo iya, emangnya kenapa?”
Hah?? Hah?? Iya apa? Maksudnya apa?? Hampir aja aku menyemburkan makananku ke wajahnya.
“jadi, kau yang mengirimnya?” tanyaku memastikan.
“yoi”
“........” aku mengerjapkan mataku beberapa kali, ini gak mimpi kan? Cubit aku sekarang .... eh enggak deh, cium aku sekarang juga..  aaaa jantungku rasanya mau lari maraton.
“aahh, gege kok nyebelin banget sih masa ngirim bunga pas aku mau berangkat sidang gitu kan aku jadi senyum-senyum sendiri” protesku, oke kali ini aku gak bisa ngontrol sikapku lagi, ini bener-bener W O W, rasanya aku mau salto atau kayang di depannya saking bahagianya. Dapat bunga tanpa tau pengirimnya aja sukses membuatku senyum-senyum sendiri depan dosen, apalagi pas udah tau pengirimnya gini, kayaknya malam ini aku gak bisa tidur deh, aaaaaa.
“mana tau sidangnya jam berapa” katanya ketus tapi kali ini sahutannya terdengar seksi di telingaku, aku jadi senyum-senyum sendiri.
“makasih ya” kataku tulus.
Ia tak menyahut hanya langsung bangkit dari tempat duduknya, langsung saja ia  berjalan menuju ke warung yang kupesan tadi dan membayar semua pesananku.
“loh, katanya aku yang bayar?” aku menatapnya bingung, ini Kris lagi kesambet apa sih sampe jadi manis begini hari ini, Ya Tuhan bisa gak dihentiin dulu waktunya, aku masih mau lama-lama nikmatin perlakuan dia yang so sweet gini, kalo gak bisa, dianya di bikin jadi baik deh aku ikhlas lahir batin kok. Doaku dalam hati.
“yah gak papa buat jaga-jaga kalo aku sakit perut gara-gara makan di sini maka kau yang harus menanggung biaya perawatanku di rumah sakit” jelasnya.
Jdeeerrr!! Aku pikir dianya ikhlas tanpa pamrih mau ngebayarin aku makan di sini. Sekarang aku menambahkan kalimat baru dalam pasal percintaanku dengan Kris ya, ternyata saran makan di tempat murah juga bisa jadi mahal ya kalo bawa-bawa dia.......
*
Di mobil kami lebih banyak diam, tak ada yang memulai pembicaraan lebih dahulu. Kata-kata Jae kemarin benar-benar bikin galau, harus gimana?? Nyatain perasaan sama Kris? Aduuhh galau...
Hidup bukan kaya di komik-komik romantis, suka sama cowok-nyatain perasaan-pacaran, lah aku? Kris suka sama aku aja gak. Tapi... namanya juga manusia, pasti rasa berharap itu adalah, siapa tau tiba-tiba dia dapat ilham jatuh dari langit, atau ada dukun pelet yang salah target jadi dia bisa suka sama aku,perasaan ini semakin hari semakin dalam, nyata dan menyiksa, meskipun aku gak tau siapa aja cewek yang dekat dan menjalin hubungan dengan dia di kantornya, seenggaknya dia tau perasaanku, kalopun pada akhirnya cintaku bertepuk sebelah tangan (ini sih pasti) , kali-kali dia masih punya perasaan buat gak bawa ceweknya ke cafe, hehehe.
Tapi... kalau aku nyatain cinta sama dia, kira-kira dia masih mau anggap aku pembantunya gak yah? Jangan-jangan dia illfeel lagi sama aku terus aku dipecat, oh iya, bisa-bisa parahnya lagi dia nganggep aku cewek murahan, gampang jatuh cinta, huwaaaaa gak mauuu. Kris aku sayang kamuuuu.
“tumben gak bawel” omongan Kris yang tiba-tiba mengusik pendengaranku di dalam mobil yang sunyi ini sukses membuatku kaget sodara-sodara, dan refleks saja kekagetanku membuat malapetaka.
Secara gak sadar aku berujar, “aku suka gege” dan kalimat itu meluncur begitu saja bebas tanpa hambatan dari mulutku yang terlalu bekerjasama dengan otakku, aaaa pengkhianat ini!
Aku gelagapan ketika menyadari pernyataan yang keluar dari bibirku ini, dia hanya diam membisu sementara aku masih kebingungan, “maaf” kataku akhirnya, hanya itu yang keluar, kata-kata yang sudah kukeluarkan gak bisa di tarik kembali kan? Emangnya tali apa!
“lo suka sama gue?” nahkan, mungkin dia juga gak sadar udah nanya beginian sama aku.
“aaaa...anu... kalo suka kenapa.. kalau gak kenapa?” tanyaku sambil menggigit bibir, ayolah Mello, berpikir-berpikir, jangan buat dirimu semakin malu di depan Mr.Limited Editionmu ini!
“ya gak papa nanya aja” katanya yang kembali dalam posisi awal dengan mata masih fokus ke jalan, seenggaknya dia gak liatin mukaku yang udah kaya kepiting rebus ini.
Jujur gak ya, jujur gak ya... Aku diem sejenak, blank.... “aku harus jawab gak?” lah, bodoh, kenapa masuk ke lubang buaya lagi sih Mell! Aduuuhhh >.<
“iyalah” jawabnya tanpa ekspresi, ih ini orang Cuma punya 1 ekspresi aja apa? Dingin dan datar...
“ntar kalo bilang suka dibilang murahan, kalo dibilang gak suka, ntar dikira boong” Great Mel! Secara gak langsung, sadar apa gak kau sudah mengakui kalo pernyataan tadi itu bener.
“nyatanya engga kan?” dia masih fokus nyetir.
“aku kan belum jawab pertanyaanmu” protesku, ini sih namanya pemutusan pendapat secara sepihak, dia belum dengar jawaban dari aku kan.
“yang pertama tadi sudah cukup mewakili kan?”
Yeah, terus kenapa tadi pake nanya lagiiii, darahku rasanya udah mencapai ubun-ubun, dan aku dapat merasakan aliran darahku bergerak cepat menuju pipiku, menjalar melalui urat nadiku.
“terus tanggapan dari gege apa?” bodo lah, udah terlanjur malu juga, bebas Mell bebasss, kalo kalian terjebak dalam situasi kaya gini, mau jawab apa juga hayoo??
“ya gak ada apa-apa” katanya masih menjaga suaranya. Ini anak songongnya keterlaluan ya, mungkin sudah kebiasaan kali denger orang yang nyatain cinta sama dia, beda sama aku yang baru pertama nyatain perasaan suka, jantung rasanya udah salto dari tempatnya.
“.........”
Aku berdehem sebentar, “jadi..... kapan gege bisa suka juga sama aku??” ngeeek, tanyaan macam apa ini.
“mana gue tau kapan gue bisa suka sama lo, emang gue dukun.” Sahutnya asal.
“...................................” seseorang, tolong siramkan timah panas di mulutnya itu...
***
Esoknya......
                “makasih ya udah mau nemenin aku” kata Bora sambil tersenyum.
“iya gak papa kok, ini juga sekalian sambil beli pakaian dalam” kataku usai pertemuan kami di pasar tungging yang akhirnya jadi acara belanja bareng di pasar tungging, “gak mampir ke rumah dulu?” ajakku sopan.
“gak ah udah mau malam ini, kapan-kapan aja ya lagian aku udah janji mau nginep di rumah temen”
Aku Cuma ngangguk-ngangguk ga jelas sampai kami berpisah di ujung jalan.
“loh.. mana kuncinya??” tanganku masih sibuk mengobrak abrik isi tasku mencari kunci rumah, gak ada... aaaa pasti tadi Bora lupa ngembaliin kuncinya ke aku, tadi kan dia pinjem kunci rumahku buat benerin tutup helmnya yang longgar.
Aku buru-buru menelpon Bora, “nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi, cobalah beberapa saat lagi”
Arrrgghhh... aku mendadak frustasi, tiba-tiba ada deru mobil yang berhenti di depan rumahku, aku menoleh, siapa lagi kalo bukan si Mr.Limited super ganteng yang sukses membuatku mati kutu di dalam mobil tadi malam, hhhh rasanya aku jadi anti masuk ke dalam mobil itu lagi.
Aku lagi gak minat buat debat sama dia, aku langsung melengos dan kembali menggedor-gedor pintu rumahku.
“bodoh, kalau gak ada kuncinya ya gak bisa di buka, emang mau nunggu sampe ada malaikat yang bukain pintu? Buang-buang tenaga” nahkan, ngatain bodoh lagi... ih mulutnya itu bisa nggak di setting biar nggak ngatain orang bodoh terus. Nyebelin banget sih.
“aku gak bisa masuk tau gak, terus kalo aku gak bisa masuk aku harus tidur dimana?” tanyaku frustasi.
“di teras rumah kan bisa atau di emperan toko” sarannya, nahkan percuma ngomong sama dia mah Cuma bikin sakit hati, makan hati terus.
“emang aku gelandangan apa? Kalo aku tidur di teras juga sampe besok pagi juga gak bakalan bisa buka pintunya, Bora sih pake acara pinjem-pinjem kunci tapi malah lupa di balikin” aku mendadak curhat.
“yaudah nginep di rumahku” tawarnya tiba-tiba. Yeh, kesambet apa lagi diaa pake acara nawarin rumahnya dijadiin tempatku menginap.
“terus? Kita tidur bareng gitu?” kataku polos, aku kan hafal banget kalo di ruang atas Cuma ada 1 kamar, kamar yang lain udah di sulap jadi ruang kerja sama ruangan multifungsi.
“masuk mobil” perintahnya tanpa menjawab pertanyaanku, sikap bossynya gak bakalan hilang sampe kapanpun. Ugh.
“emang mau apa? Kok di suruh-suruh masuk?”
“kalau-kalau kau lupa ya, malam ini kau masih harus memasak di rumahku, abis itu terserah mau tidur di mana yang penting aku udah berbaik hati nawarin diri buat membagi tempat tidur” katanya begitu aku memasuki mobil Alphardnya.
Aku Cuma bisa menunjukkan ekspresi masamku padanya, percuma ngomong sama moodbreaker macam dia. Emang udah pada dasarnya orangnya nggak pedulian gitu sih, di rayu dikit kek akunya-_-)
**
Author’s POV
Mello langsung mematut dirinya di cermin selesai memasak dan numpang mandi di rumah Kris. Untung setan yang bertengger di bahu Kris lagi jalan-jalan makanya Kris bisa jadi manis begini, tadi dia nawarin kemeja bekasnya sebagai baju gantiku sementara aku gak punya baju di sini. batinnya.
Kemeja putih polos ini  masih tampak sangat kebesaran di tubuh mungil Mello dan saking panjangnya, bagian bawah kemeja ini menutupi celana pendek hitamnya yang ia kenakan.
Mau gimana lagi, Cuma ini satu-satunya celana yang kubeli di pasar tungging tadi, padahal malu juga pake celana seminim ini, yang jelas ini masih berbentuk celana biasa kok, bukan celana dalam. batinnya lagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Kris masih berkutat dengan laptopnya.
Toktoktok... Mello mengetuk pintu ruang kerja Kris.
“mau apa?!” tanya Kris yang lagi malas membuka pintu, ngomong gak mesti harus liat wajahnya kan?  Lagi males bukain dia pintu, ntar ganggu lagi Batinnya
Toktoktok... “kok gak dibuka sih?” gerutu Mello kesal dan semakin keras mengetuk pintu ruangan.
Akhirnya pintu ruangan pun di buka, “maunya apa sih?!” tanya Kris gusar ketika Mello tak henti-hentinya mengetuk pintu.
Ow...ow kau salah besar Kris membukakan pintu untuknya, sekarang apa yang kau lihat? Dan kau salah besar membiarkan kemeja putihmu padanya. Mello benar-benar terlihat menggoda malam ini.
Baju kebesaran yang di kenakannya membuat kerah baju tanpa kancing di kerahnya membuat kerah bajunya sedikit terlipat ke belakang dan mempertontonkan tulang selangkanya. Warnanya yang putih samar-samar memperlihatkan warna bra hitam yang di kenakannya dan parahnya lagi ia bisa mengintip bra itu dari sela-sela kancing bajunya yang jarang. Kris masih mematung menatap Mello malam ini.
“woy.. ge, kok gak di jawab sih??”
“na...nanya apa?” tanya Kris dengan sedikit terbata, kenapa kau gugup malam ini Kris, mana rasa gengsimu yang biasa kau tunjukkan padanya? Melorot bersama dengan keinginanmu memeloroti baju wanita yang berada di depanmu kah? Bah.
“malam ini aku tidur di balkon ya?” pamitnya.
“yaudah tidur di balkon sono ngapain musti pamit, ganggu orang aja” akhirnya ia menemukan kembali rasa gengsi dan jaimnya yang tadi sudah menggelinding entah kemana.
Kris berusaha menetralisir keadaan tubuhnya yang hampir meledak melihat Mello dengan pakaian seadanya ini, maklum, kelamaan ‘puasa’ jadi membangkitkan gairahnya yang sudah terkubur dalam kini kembali muncul ke permukaan.
“ya sudah lah, maaf ganggu, nite yoo” katanya sambil berlalu dari hadapan Kris dan tentu saja hal ini makin memperparah keadaan, bau segar tubuhnya sehabis mandi benar-benar menusuk indera penciuman Kris.
Kris berusaha menenangkan tubuhnya, ia berkali-kali menghembuskan napas melalui mulutnya. Malam ini cobaan, gimana bisa makhluk alay dan aneh macam Mello bisa membuat tubuhnya bereaksi berlebihan?

“hoaaaam” Kris menguap untuk yang kesekian kalinya, diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari dan ia baru saja menuntaskan pekerjaannya di kantor.
Kris langsung berjalan menuju ke kamar dan terhenyak ketika mendapati sosok Mello yang bergelung nyaman di dalam bed covernya.
Buseeet boros tempat banget lagi, gerutu Kris yang melihat gaya Mello tidur, ia harus membetulkan keadaan Mello sekarang. Baru saja ia menyingkap bed covernya, ia sudah melihat pemandangan yang membuat ‘adik kecil’nya di bawah terasa pusing malam ini.
Kancing teratas Mello terbuka dan tentu saja memperlihatkan sebagian...you know what I mean lah....
Kris memalingkan mukanya sebentar dan menelan ludah perlahan, sebenernya dia nggak standar-standar amat sih, abis ngelihat dia pake pakaian begini aku baru sadar kalau dia itu montok, batin Kris.
Baru saja ia berbalik ke rencana awalnya yang untuk membetulkan posisi tidur Mello, dua pasang mata yang tadinya tertutup rapat, kini sudah terbuka lebar, Mello menatapnya dengan pandangan bingung dan..........
“aaaaaa mau apa kau di sini??!!” teriaknya histeris dan langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan bed cover.
“heh, harusnya aku yang nanya begitu” protes Kris gak mau kalah, “katanya tadi mau tidur di balkon?!” sindirnya.
Mello yang baru saja kembali dari alam bawah sadarnya kini menyadari kalau ia sedang numpang tidur di rumah tuannya ini kini hanya bisa tersenyum malu begitu menyadari kebodohannya,”abisnya tadi nyamuknya banyak banget jadi kepaksa ke sini deh”
“kenapa gak ijin dulu? Gak sopan!” bentak Kris.
“tadi ijin malah di marahin” kata Mello membela diri.
Kris tak menjawab dan langsung masuk ke dalam bed covernya, aku capek dan malas debat dengan makhluk aneh macam dia ntar alih-alih berantem adu bacot malah adu main desah-desahan, katanya dalam hati begitu merasakan pikirannya sudah melantur kemana-mana.
“jadi kita beneran tidur bareng?” tanya Mello waswas.
“berisik” sahut Kris.
“gak ada guling?” tanya Mello lagi.
“gak ada, udahlah gak akan terjadi apa-apa juga, jangan berpikiran yang engga-engga” jawab Kris sambil memejamkan matanya, ini sudah tengah malam dan aku mengantuk, tidur Kris tidur, anggap aja sekarang lagi tidur sama Pretty Asmara atau siapalah.
“kata orang kalau ada dua orang dalam kamar berduaan ntar ada setannya, terus terus...kit....”
Akhirnya Kris tak tahan lagi, ia bangkit dan langsung menatap Mello tajam,”iya, kau itu setannya. Dengar ya Melody, aku benar-benar gak ada rasa tertaaaarik sedikitpun untuk menyentuhmu. Badan sepertimu gak bakalan bikin orang bernapsu melihatnya dan asal kau tahu saja ya aku sudah pernah tidur bersama dengan wanita yang jauh lebih berisi, lebih montok dan lebih menonjol daripada kau jadi buang pikiran kotormu itu jauh-jauh!”
Jleeeb, jleeeb jleeeb , gitu amat ngatainnya, pake bandingin tubuhku sama cewek-cewek yang pernah di tidurinya. Kali ini giliran hati Mello yang menjerit.
“jadi sekarang terserah kau, yang jelas aku gak akan sudi buat tidur di balkon atau di sofa, terserah kau mau tidur atau gak sama sekali” jelas Kris.
Mello hanya menurut dan ikut merebahkan tubuhnya di samping tubuh Kris, ditenggelamkannya dirinya dalam bed cover, males banget mau liat mukanya malam ini, ayolah fajar cepatlah datang...aku sudah lama menunggumu... aku ingin pulang... desahnya tertahan.
*
Kris’s POV
Rasanya aku baru memejamkan mataku dan baru bermimpi sebentar tiba-tiba ada cewek dengan suara cemprengnya meneriakiku.
“apaan sih berisik banget?!” bentakku yang masih dalam keadaan setengah sadar. Pagi yang berisik.
“ka...kamu bilang nggak akan terjadi apa-apa” kini seorang gadis sedang terisak di samping tempat tidurku, buru-buru aku bangkit dan mengumpulkan nyawaku yang masih berserakan.
“apaan Mello?” tanyaku masih dalam keadaan gak ngerti.
“i...ini....ke...kenapa begini?” katanya sambil mencengkram bagian kemeja atasnya yang kemarin terbuka.
“apanya?”  tanyaku bingung.
“i...ini kenapa pas aku bangun tidur kancingnya kebuka?” tanyanya di sela isak tangisnya.
“heh? Kau gak sadar ya? Tadi malam sebelum aku tidur di sini juga tuh baju keadaannya udah begitu, kau aja yang semalam gak sadar” kataku jujur.
“jadi...jadi ini udah dari kemarin?” Mello memandangku ngeri.
“iyalah”
“jadi, kau sudah melihatnya?” ia menatapku nanar. Oh ayolah jangan menatapku dengan pandangan seperti itu seakan-akan aku bersalah melihat semuanya,itu kan rejeki, batinku
“oh jelas” kataku mennyeringai yang akhirnya di balas dengan teriakan histeris dari Mello. Hah, pagi yang menyenangkan, guys......
***
Gimana beb :< asa aneh ya part ini.....

1 komentar:

  1. thor, gua reader baru yang mendadak menemukan page ini, kemudian tersesat didalamnya dan tak bisa balik lagi(?)

    fanfic nya Cetar Membahenol thor, T.O.P B.G.T

    BalasHapus