Author: Mei F.D
Cast :
·
Wu Yi Fan/ Kris EXO M as Kristanius A. S.
·
Mello as Priscilla N. Melody
·
Miranda Kerr (umurnya 26th ya di sini n__n)
·
Lee HyukJae as Jae
·
Do Kyungsoo as D.O
·
Oh Sehun as Odult
·
Yoon Bora as Bora
Length : multichapter
Genre : romance, drama, antara
kocak dan ngenes ckck
PG : 15++
Dibaca dulu siapa tau suka, kalau
gak suka baru tekan tombol back^^. Klo ff ini dijamin udah tamat hehehe. Jgn
lupa follow @meiokris :*
**
Mello’s POV
“Gege, makanan sudah siap” teriakku yang
masih sibuk menyiapkan makan malam untuk Kris. Emang ya kadang-kadang aku harus
menggedor pintu kamarnya biar dia mau makan, yang namanya workaholic segalanya
jadi di lupakan.
Oh ya sebentar lagi aku sidang skripsi dan
bantuan Kris padaku benar-benar sangat membantu. Belum lagi impianku punya
rumah bertingkat juga sudah terwujud, hehehe. Yah meskipun bukan rumah sendiri
tapi rumah dia. Nggak papa dong ya yang penting bisa ngerasain gimana rasanya
punya rumah bertingkat.
Aku mengelap beberapa bulir keringat yang
membasahi keningku. Asal tau aja ya hubunganku dengan Mr.Limited Edition super
gantengku ini benar-benar membaik. Meskipun dia suka marah-marah atau
membentakku apalagi kalo bawelku lagi kambuh ngepoin dia. Tapi walaupun aku
ngepoin dia, dianya jawab terus, waks. Jadi jangan salahin aku sepenuhnya juga
aku masih demen ngepoin dia.
Yah kalau dari segi sikapnya yang ia curahkan
padaku jelas cintaku bertepuk sebelah tangan sama dia, emang cinta dunia nyata
sama kaya cerita dongeng anak raja yang menikah sama orang miskin apa ya.
Pangeran jaman modern macam Kris ini mana mau... roman picisan banget rasanya.
Bahkan setelah aku membaca buku yang di
dalamnya ada orang yang berpendapat kalau katanya cerita dongeng itu merupakan
ungkapan perasaan, jeritan hati atas rasa ketidak adilan bagi para rakyat
miskin yang punya mimpi selangit. Katanya sih gitu..
Bukankah semua sudah di atur sesuai
tingkatannya? Orang miskin Cuma bisa berkumpul dengan para orang miskin dengan
pakaian lusuh dan lumpur-lumpur di tubuh mereka karena seharian bekerja.
Lah orang kaya? Menghadiri pertemuan dengan
pakaian baru, bagus dan mahal tentu saja, para lelaki yang mengenakan tuxedo
dan para perempuan mengenakan gaun malam. Anggun bukan? Nah wanita-wanita
seperti ini yang akan menjadi pendamping hidup Kris kelak. Aku yakin itu.
Hubunganku dengan Kris Cuma sebatas bawahan
sama atasan, antara pelayan dan pembantu, hubungan seperti inilah yang
tercipta, meskipun aku selama ini lancang dengan membiarkan perasaanku tumbuh
dan mekar seiring bertambah dekatnya hubungan kami. Pokoknya jangan salahin aku
kalau aku lancang suka dia, dia sih terlalu ganteng, mana adaa wanita yang
tahan dekat-dekat sama wajah gantengnya ini-_-)a
Kadang aku berpikir cerita dongeng itu
benar-benar ada, banyak orang yang beranggapan begitu, kaya Pangeran William
dan Kate Middleton yang katanya rayat biasa, bah omong kosong, coba aja Kate
dibawa ke sini pasti ia bisa mencukupi kehidupannya tanpa harus menikah dengan
Pangeran itu, masyarakat biasa? Biasa bukan dalam artian tidak mampu!
“wah wah...ada yang lagi nyiapin makan malam
nih” aku tersentak dari lamunanku dan menoleh ke arah sumber suara di
belakangku.
“pak Jae?”sapaku.
“yoi, mana si babu? Di kamarnya ya?”
tanyanya.
“iya pak, sekalian aku mau minta tolong
panggilin dia soalnya bentar lagi makan malamnya siap, tinggal di hias” pintaku
sopan.
“makan malam buatku gak ada ya?” godanya.
Aku terkekeh, “ada kok pak tadi Kris ge sudah
memintaku masak banyak kok”
“asiikk makan gratis” katanya, “hgg... Mell,
ke kamar babu dulu ya” katanya yang langsung melesat menjauhi dapur.
Aku Cuma bisa geleng-geleng kepala mengingat
panggilan kesayangan mereka satu sama lain. Pak Jae yang ganteng itu dengan
tulang pipi yang menonjol itu mempunyai sifat yang ramah, gampang akrab sama
orang, dia juga gak kalah hebat dalam urusan berbisnis, nah gak pantes banget
kan kalau dia di panggil bi, b*bi.......cocoknya baby, hahaha
Nah si mas Alva alias Kris yang kata orang
perfect ini, dipanggil babu sama dia, aduhhh.. mana ada pembantu, babu yang
cuek, suka seenaknya, suka nyindir, dan dingin kaya dia. Yah mungkin karena dia
merasa anak emas dari perusahaan Giovanni Stevano kali ya, jadi wajar kalo dia
berperilaku sedikit angkuh.
Hmmm, bukannya aku ilpil sama dia aku malah
makin suka sama dia, emang bener pepatah orang, “cinta datang karena terbiasa”
ckck.
Meskipun dia gak pernah sekalipun mandang aku
tapi bisa dekat sama dia aja aku udah bahagia, sekarang melihatnya merupakan
suatu kebutuhan, bukan kewajiban untuk memiliki lagi, eaaa Mellow mode on.
**
Jae’s POV
“wohooo, waddup brooh, ditungguin di luar tuh
sama Mello” aku memberi isyarat padanya agar menghentikan pekerjaannya dan
langsung menuju ke dapur, mumpung lagi laper ini.
“kalo udah siap biasanya dia manggil kok”
sahut Kris tanpa mengalihkan pandangannya pada monitor laptopnya
“emang bisa denger gitu? Kalo sibuk biasanya
kan gak pernah denger kalo ada yang manggil” godaku
“biasanya juga dia nyamperin ke sini sama
muka cemberutnya itu” jawabnya sambil terus mengetikkan sesuatu di laptopnya.
“hapal banget sih, tumben seorang Alva bisa
hapal kebiasaan-kebiasaan pelayannya“ godaku.
Ia tertegun sejenak, merasa kebanyakan
berbicara, “gak juga” sahutnya akhirnya.
“suka sama Mello ya?” cecarku.
“apaan?!” kali ini dia tak berani menatapku,
masih sibuk dengan layar laptopnya, padahal biasanya kalo dia kesel bisa
langsung nonjok.
“akui ajalah bro. Kau suka sama dia kan?
Buktinya kau membolehkannya memanggilmu dengan sebutan gege, ih lucu banget”
godaku dengan ekspresi dibuat-buat.
“gak mau aja kalo ada yang manggil bapak kalo
gak di kantor” kelitnya.
“tapi dia menyukaimu baby” ejekku. “semua
orang juga udah tau kalo dia jelas-jelas menyukaimu”
“Dia. Menyukaiku. Bukan. Berarti. Aku. Menyukainya.”
Katanya dengan penekanan di setiap kata.
“kenapa? Apa salahnya menyukai gadis lain?
Kau masih menunggunya? Emang dia nyariin? Emang dia masih peduli denganmu?
Dunia kalian udah beda coy. Dia udah pergi hampir dua tahun yang lalu dan
sampai sekarang gak ada ngabarin kita padahal tiap hari kita liat dia
bolak-balik di Channel fashion. Miris gak tuh melihat kita hanya dianggap
sebagai bagian masalalunya yang mungkin sudah dikuburnya dalam-dalam”
Aku melanjutkan setelah
mengambil satu tarikan napas, “dan kau? Apa kau masih menunggu dia dan
menganggapnya sebagai bagian dari masa depanmu?” ayolah sadar Alva, kau takkan
terus-terusan menunggunya kan? Batinku.
“dengar ya Jae, ini gak ada
hubungannya sama sekali sama gadis itu!” kali ini dengan nada yang sedikit
membentak, “cewek itu rumit, bisanya Cuma merepotkan dan sampai saat ini aku
memang belum tertarik untuk membuka hati apalagi membagi hatiku dengan gadis
lain”
“lantas? Kau akan jadi bujangan
seumur hidupmu? Hello seorang putra taipan sepertimu tidak mempunyai
keturunan?” ejekku.
“aku belum tertarik untuk membahas
pernikahan, umurku belum masuk kepala tiga. Seenggaknya sekarang masih bebas
mau berkarir apa saja dan tak terikat dengan dengan wanita-wanita tak penting”
“berkarir sambil terus menunggu
Miranda......” sindirku lagi.
“jangan ucapkan nama dia lagi di depanku”
potongnya tiba-tiba, “aku gak nunggu siapa-siapa di sini dan hanya ingin
menikmati kesendirianku, meraih sukses sendiri tanpa ada embel-embel wanita di
belakangku”
Aku menyeringai, “hello, kau lupa dengan
peran Mello yang selalu menyiapkan kebutuhanmu hingga kau terus menerus sehat
dan tak lupa soal makan?”
Dia terdiam.
“dengar ya Tuan Alva, apa susahnya sih
bersikap sedikit manis kepadanya? Kau tak akan kehilangan wajah tampanmu kalau
hanya bersikap sedikit lembut padanya”
“ntar di bilang php” kilahnya.
“haha, dia gak sebodoh itu kali, emang sih
dari sorot matanya dia beneran jatuh cinta denganmu tapi seenggaknya hargai
usahanya” aku mengingatkan.
“dia udah di kasih gaji yang memadai dan
cukup untuk membiayainya kuliah sampai lulus nanti itu udah bisa bikin dia
senang kan?” kelitnya.
“hanya dengan gaji? Keji sekali Tuan
Kristanius Alva Stevano, itu tidak manusiawi, dia juga punya hati dan emosi,
apalagi kalo tiap hari kena bentak dan dicuekin mulu, lama-lama dia juga bisa
muak” emang Mello gak punya hati? Cewek mana pun juga tak akan tahan kalau
diperlakukan seperti itu terus-menerus.
“kenapa sih pake acara ngurusin caraku
mengurusnya?”
“hahaha whatever lah” aku tergelak dan
langsung meninggalkan Kris menuju ruang makan.
**
“aku suka sama kamu”
Aku mendengar gumaman yang berasal dari mulut
Mello di dapur sambil mencuci piring.
“kapan kamu suka sama aku?” tanyanya lagi.
astaga dia bicara sendiri dari tadi.
Akhirnya ia menghela napas panjang dan
membilas piring-piring kotor bekas kami makan.
“ehmmm” aku berdehem.
“eh pak Jae, belum pulang?” dia keliatan
salah tingkah.
“belum, ciyee kayaknya ada yang lagi jatuh
cinta nih, jatuh cinta sama siapa?” tanyaku pura-pura tak tau.
“ngg..sama cowoklah pak” dia garuk-garuk
kepala sendiri, “nguping ya pak?”
“panggil mas Jae aja, gaenak dipanggil bapak,
iya gak sengaja dengar”
Ia tersipu malu.
“kenapa gak diungkapin aja sama cowok yang
kamu suka? Kali aja dia juga suka sama kamu” saranku.
“huaaah, malu ah, ntar dikira cewek apaan
lagi. ogah” tolaknya. Aku tahu tipe-tipe wanita seperti ini, dia terlihat
agresif karena bawelnya padahal aslinya dia gadis yang pemalu.
“emang kenapa? Bukankah setiap orang itu
berhak suka sama orang lain? Namanya juga rasa suka, gak bisa dicegah karena
datangnya tiba-tiba, rasa suka juga gak bisa di atur kan harus suka sama siapa.
Rasa suka itu datangnya spesial pada orang yang spesial juga. Kita juga gak
bisa nyalahin Tuhan dan gabisa nyalahin perasaan karena suka sama orang yang
sudah berkeluarga misalnya, insiden lolita, janda tua dengan perjaka muda
misalnya, karena semua itu mengalir apa adanya..” wah Jae ngomong banyak soal
cinta nih, hahaha
“tapi...aku kan cewek, susah ngungkapinnya”
aku dapat merasakan ada nada penyesalan saat dia merasa dirinya adalah seorang
wanita yang identik dengan kata menunggu, bah jaman sudah berubah coy, “ntar
dibilang cewek murahan”
“hanya orang tolol yang ngomong begitu, cewek
juga punya hak asasi buat bilang suka sama cowok kan selama itu masih dalam
tahap wajar”
Ia terdiam. Akhirnya aku yang mengalah
sebelum kami berdebat dengan mencairkan suasana, “ngomong-ngomong masakanmu
enak” pujiku.
**
Mello’s POV
hari ini aku sidang skripsi.
Hah... senang banget deh rasanya aku bisa mengejar ketertinggalanku. Gak
nyangka aja bisa nyelesain kuliahku barengan sama Bora, tepat waktu lagi.
Special big thanks buat Kris ge yang udah
bantuin aku bayar kuliah, kalau tanpa gajinya yang lumayan itu aku gak bakalan
bisa selesai kuliah tepat waktu. Makasih Kris ganteng ><
Bora sama DO juga orang yang berperan penting
dalam hidupku yang setia mendengarkan curahan hatiku karena sering makan hati
kalo lagi bareng Kris.
Yah meskipun aku tahu ya kalo sifat jeleknya
Kris itu bawaan dari lahir jadi mau gimana lagi. tapi kata Jae waktu itu dulu
Kris masih punya hati sama orang, namun semenjak ia berpisah tanpa ada kata
putus dengan seorang model yang sudah Go Internasional dianya jadi dingin
begini. Hmm. Aku jadi penasaran secantik apa sih model yang bisa
memporak-porandakan hati Mr.Limited Editionku.
Aku bergegas melangkah keluar, kemarin dan
hari ini aku free, gak ada tuntutan kerja di rumah Kris ge karena dia tau aku
mau sidang skripsi.
Aku mematut diriku di cermin, bayangan
tubuhku yang sedang memakai kemeja berwarna putih gading dan rok hitam menjadi
pilihanku untuk menjalani sidang skripsi hari ini. ya Tuhan, kuatkan aku.
Tiba-tiba hape bututku berbunyi, ah rupanya
ada pesan line dari DO, ternyata dia mengirim foto selcanya sambil memegang 2
buah balon berbentuk lonjong dengan tulisan Fighting di sisinya. Buru-buru aku
menelponnya dan nada sambung pun terdengar.
“halo?” sapanya dari seberang.
“DO! Makasih ya udah ngirimin aku foto.
Muaaah muaaaah” aku menghadiahi ciuman bertubi-tubi dengan menciumi layar
hapeku dengan ganas.
“eiittsss... awas rusak hapenya kena cium” ia
tertawa, “semangat ya”
Aku terkekeh, “kamu tuh orang pertama temen
aku yang nyemangatin aku pagi ini, except keluargaku yaaa” kataku.
“iyaaa”
“ngomong-ngomong, fotonya ganteng” pujiku.
“jangan liat orangnya, liat balonnya dong”
protesnya.
“iyaaa...iyaaa... engg.. aku pergi dulu yaa
takut telat” pamitku.
“yooo hati-hati di jalan” katanya.
Belum sempat aku memasukkan ponselku ke dalam
tas udah ada yang manggil lagi, aku langsung mengangkatnya tanpa memperhatikan
caller ID yang tertera di layar ponselku.
“halo” sapaku pelan, takutnya eommaku kan
masa aku jawab kaya bentak-bentak gitu.
“oy” hanya itu suara balasan yang terdengar
di seberang, siapa lagi yang ngomong kalo bukan Mr.Limited editionku, gak sopan
banget, kasih salam kek atau balas ngomong halo juga apa susahnya sih?!
“apa?” tanyaku ketus. Kalo ini sih gak usah
di ramah-ramahin lagi, ntar malah ngelunjak. Loh.. emang ada atasan yang
ngelunjak?!
“nanti malam free gak?” tanyanya dari
seberang. Emang kenapa kalau free? Mau ngajak kencan? Mau ntraktir makan malam?
Apa mau di ajak datang ke pesta? Oke tapi semua pertanyaan ini cukup aku simpan
dalam hati aja. Jangan sampe keceplosan Mello.. ntar dianya marah-marah lagi.
“hmmm free kok kan udah selesai sidang”
kataku sambil berharap ia menyemangatiku pagi ini, tapi kayanya dia nggak
peduli dengan urusan kuliahku, maklum urusannya kan cuma sekedar menggajiku
saja. Emang siapa dia pake acara ngurusin kuliahku, dosen bukan, orang tua apa
lagi, calon suami kali *plakk*
“oh” sahutnya lagi, “traktir makan ya”
Heh?! Apa dia bilang tadi? traktir makan?
tuhkan tebakanku bener, dia mau ngetraktir aku makan. gak selamanya pemikiran
konyolku ini Cuma mentok di mimpi, lah ini jadi nyata.
“asiikk, aku mau di traktir makan” sorakku
girang.
“kau yang traktir aku makan, bodoh”
bentaknya, ih apa dia bilang? Bodoh? Ga mesti gitu juga kali, nggak jadi seneng
deh, senengnya di simpan lagi.
“hah??!! Kok aku yang traktir makan sih?!”
protesku tak terima, di mana-mana cewek yang di traktir bukan yang traktir, iya
kalo aku punya banyak duit, lah harta dia segudang gitu masa masih minta
traktir?!
“suka-suka gue dong ya” jawabnya seenaknya.
Nahkan, ini sih bukan moodbooster lagi
namanya tapi moodbreaker, ganteng-ganteng tapi kok hobinya ngancurin mood orang,
“kalo gak mau?” tantangku.
“gak usah” jawabnya ketus, hiih jangan harap
aku dibujuk, dia pasti ngambek sama aku dan ini berdampak buruk bagi gajiku
bulan depan, siapa tau ntar dia gak ngasih aku gaji gimana, harta adalah
segalanya dan segalanya menjadi tak ada tanpa harta, oke baiklah aku mengalah.
“beneran gak jadi nih?” godaku berusaha
mencairkan suasana.
“dih, kalau-kalau kau lupa saja ya aku yang
membantumu meringankan biaya kuliahmu” tuhkan pasti nyinggung masalah ini lagi.
gak ikhlas bener ya kayaknya bayarin aku kuliah?
iya pak iyaaa aku tau pak maksudnya bapak
juga berhak menikmati kesenanganku karena udah dibantu bapak bayar kuliah dan
atas hasil jerih payahnya selama ini membiayaiku aku harus mentraktirnya malam
ini, begitu kan pak. Sahutku dalam hati.
“iyaa pak iyaaa” sahutku.
“Kris atau gege” ralatnya
“iya ge iyaaa nanti ditraktir kok, tenang
aja, aku mau berangkat dulu ya, bye” aku langsung memutuskan sambungan telepon
tanpa menunggu jawaban darinya. Bodo amat lah, aku sekarang jadi cukup berani
untuk melawannya. Bukan maksud kurang ajar sih tapi kebiasaan-kebiasaan
menjengkelkannya itu akhirnya menular padaku yang berimbas buruk padanya, hahah
semacam boomerang gitu deh, sukurin hahaha.
Baru aja aku mau memakai sepatuku tiba-tiba
bel berbunyi, “duh siapa sih yang datang bertamu pagi-pagi? Gak tau apa aku
buru-buru mau ke kampus” gerutuku kesal sambil membuka pintu dengan
malas-malasan.
“permisi, benarkah ini rumah ibu Priscilla
Nada Melody?” tanya seseorang yang mengenakan topi pet dan baju seragam
pekerjanya.
“iya saya sendiri, ada apa ya?” tanyaku
bingung.
“bisa tanda tangan di sini?” pintanya yang
membimbingku untuk membubuhkan tanda tangan pada selembar cek tanda terima.
“buat apa?” tanyaku masih kebingungan, ada
apa sih?
“ini ada kirimin bunga spesial buat ibu”
jelasnya.
Hah?? Bunga?? Dari siapa?? Aku
menandatanganinya dengan tangan yang sedikit bergetar. Ini serius bunga
untukku? Apa gak salah orang??! Tapi namanya beneran namaku kok.
“da..dari siapa?” tanyaku dengan suara
sedikit bergetar, speechless ini sih baru pertama dapat bunga dari penggemar
rahasia.
“wah sayang kurang tahu tuh bu, kebetulan
saya hanya bertugas mengantar, ini bunganya ya bu, makasih” ia menyerahkan sebuket
bunga untukku dan langsung permisi.
Semangat ya
sidang skripsinya. Jangan gugup, pasti bisa. Fighting
Hanya tulisan itu yang tertera pada selembar
kartu pengirim yang terselip di antara bunga-bunga itu.
Siapa? Aku jadi makin penasaran, Bora?ah kayaknya
gak mungkin, kan dia juga sibuk mau sidang skripsi, gak mungkin kalo dia,
lagian juga buang-buang duit, mending ngomong langsung dari pada pake acara
ngirim bunga segala, lalu siapa?
Odult? Bah jangan harap kalo dia yang
mengirimnya, secara rumahku kan jauh begitu, dia aja pelitnya luar binasa,
ngasih bunga plastik aja gak mau apalagi bunga hidup yang mahal ini,
buang-buang duit lah istilah kerennya.
Kris? Ah kalo yang ini tambah gak mungkin
dari semua kandidat tersangka kasus pengiriman bunga misterius. Skip skip skip.
Apa mungkin DO? Ah mungkin DO.. buru-buru
kuraih ponselku dan mencari nomor DO. Gak salah lagi pasti DO, dia kan orang
yang baik terus gak nyebelin lagi.
“halo Mell” sapanya dari seberang.
“makasih ya udah ngirimin aku bunga, bagus loh
bunganya, harum lagi” kataku to the point.
“hah? Maksudnya apa Mell? Bunga apa?” aku
dapat merasakan nada kebingungan dari suaranya.
“loh... kamu kan yang ngirimin aku bunga?”
aku mendadak bingung. Ini gak becanda kan? Masa bukan DO?
“.....”
“DO? Iyakan?” tanyaku memastikan, kenapa dia
gak jawab sih?! Kepo berat nih...
“bukan aku kok. Serius, uangku mana cukup
buat beli bunga mahal” sahutnya.
Lah??!! Terus siapa? Aku jadi makin
penasaran,”oh gitu, yaudah deh maaf ya udah ganggu” kataku yang kembali langsung
menutup sambungan teleponku, wah ternyata bukan Cuma sama Kris aja ya nggak
sopannya, sama DO juga begitu..
Ku pandangi bunga-bunga hidup yang masih
mekar ini, tak satu jenis bungapun yang kukenali dari rangkaian bunga ini
kecuali beberapa tangkai mawar merah yang terselip di dalamnya. Kuhirup
wanginya sesaat,ih wangi banget. entah siapa pengirimnya yang jelas aku sangat
bahagia, romantis banget ini ><
Ah penggemar rahasia, jangan-jangan dia itu
Superman? Atau Batman? Catman? Flowerman? Hahaha siapa aja lah penggemar
rahasiaku, makasih yaaa.
“untung aku gak alergi bunga” gumamku sambil
meletakkan bunga itu di atas meja, aku harap bunga itu ga layu sampai aku
selesai sidang nanti.
**
“Woyy buruan” teriak seseorang dari dalam
mobil Alphard merahnya.
“iya bentaaar” aku tergesa-gesa mengunci
pintu rumahku dan masuk ke dalam mobil mewah ini, siapaa lagi kalo bukan Kris.
Semua orang di sekitar sini juga udah tau ini mobilnya cukup dengan membaca
nama yang tertera di bagian belakang mobil ini.
Kris A Stevano, nama yang terpampang di sana
dibuat dengan stainless steel anti karat, yah kalo bikinnya sih 5ribu perhuruf,
gak mahal kok, bagi orang kaya maksudnya, kalo aku sih mending beli Cappucino
float daripada majang begituan. Ckck orang kaya. Suka buang-buang duit emang.
“jadi kita mau ke restoran mana?” tanyanya
yang kayanya lagi bahagia, mungkin gara-gara mau ditraktir kali, senyum yang
mengembang di wajahnya itu terlihat mengerikan di mataku, Oh no, itu bukan
senyum, itu seringaian.
Apa apa katanya tadi? restoran?? Wuidih
mulutnya seenak udel nanya begituan, dikata aku orang kaya baru apa, udah
untung di traktir.
“gak ah jangan restoran, yang lain aja” lagi
bokek nih, sambungku dalam hati.
“cafe?” tawarnya lagi.
Ini anak nyebelin banget sih, emang cafe itu
nggak sama mahalnya sama restoran? Sama aja buang-buang duit, lagian porsinya
sedikit nggak bikin kenyang jadi pergi ke restoran atau cafe itu sama dengan
buang-buang duit. Catat itu.
“pak, gajiku gak cukup kalo muasin perut
bapak dengan makan enak ke restoran atau cafe yang muahhhal itu” protesku lagi.
Sepertinya Kris sadar kalo aku udah jengkel
dari tadi, cukup tau dari nada bicaraku padanya, dia hanya diam dan nggak ngejawab apalagi marah-marah dengan
sistem unjuk rasaku, yaiyalah kalo aku ngajak dia ke sana bisa-bisa dia pulang
sendiri abis selesai makan dengan aku yang di sandera gara-gara gak bisa bayar.
Perlahan tapi pasti akhirnya mobil Alphardnya
itu melewati restoran-restoran itu tanpa sedikitpun melirik atau mengajakku
bicara, aku itu paling anti dengan kata restoran atau cafe, tulisan mahal yang
tak kasat mata itu benar-benar menakutkan, aku jadi ngerasa kecil kalo masuk ke
sana, udah badanku yang kecil begini...uangnya juga ikutan kecil.. rasanya
harus mikir ribuan kali buat masuk ke dalam sana.
Diam-diam aku melirik baju yang kukenakan,
Cuma tshirt hitam bergambar Snoopy yang
kubeli di pasar tungging kemarin dengan skinny jeans kesayanganku. Aku melirik
lagi ke arah Kris, OMG! Aku baru sadar kalo dia Cuma pakai tshirt hitam dengan
ukiran gak jelas di bagian depannya ditambah jeans warna abu-abu gelap, couple
kah? Asik asik kita couple.
Buru-buru aku menepis pikiranku itu, sadar
Melloooo, kau itu siapa? Dia itu siapa? Jelas-jelas beda banget antara langit
dan bumi bisa-bisanya kau menyebutnya couple? Memang sih warnanya sama, tapi
punya dia itu bermerek dan tentu saja mahaaal. Catat ya. Mahal.
“apaan liat-liat?!” tanyanya gusar. Astaga,
jadi dari tadi dia sadar aku mandangin dia? Ih malu-maluin banget sih Mello.
Semoga aja mukaku nggak mupeng-mupeng amat liatin gaya dia nyetir.
“engga... itu..itu berenti di situ aja”
buru-buru aku mengalihkan pandanganku dan langsung menunjuk kumpulan para
pedagang kaki lima yang berjualan di dekat taman kota, “di situ aja, kita makan
di situ” kataku.
“hah??!! Gak salah?” dia terlihat ogah-ogahan
begitu melihat keadaan tempat yang lumayan ramai dan terletak cukup dekat
dengan jalan raya ini
“ya gak salah lah, yang salah itu kalau aku
mintanya ke restoran” sungutku.
Ia mengerutkan dahinya tapi akhirnya
memarkirkan mobilnya juga ke dekat taman. Kelihatan mencolok banget ga sih
markir mobil mewah di sini sementara di sini yang parkir Cuma sepeda motor dan
beberapa motor gede.
Aku menghela napas. Orang kaya macam dia
biasanya gak bakalan sudi makan di sini, mereka lebih suka makan di restoran
yang tenang diiringi alunan musik klasik, bukan di pinggir jalan yang kadang
bising dengan suara kendaraan yang lalu lalang.
Tapi kalau aku ngajak Kris ke restoran itu
sama aja dengan aku bunuh diri, mati di tempat
kejadian gara-gara gak bisa bayar. Kalo inget soal gengsi sih, mungkin
bagi Kris itu semacam harga diri yang harus di bayar mati, bodo lah buatku mah,
kalo ngikutin kata gengsinya yang selangit itu, aku yang rugi besar, apalagi
yang di traktir orangnya nyebelin kaya gini.
“mau makan apa?” tawarku.
“samain aja” katanya yang sepertinya masih
sibuk beradaptasi dengan lingkungan ‘baru’ nya ini. akhirnya ia memilih tempat
yang dekaat dengan taman, di bawah lampu taman yang berwarna kuning emas.
Sementara aku memesan sop ayam dan es sirup
untuk dua orang sambil diam-diam aku nyuri-nyuri pandang sama Kris dan untuk
yang kesekian kalinya aku terpesona dengan cetakan Tuhan macam dia, di bawah
temaram lampu taman ia masih sangat memesona, apalagi kalo dia diem gini tuh
patung dewa Yunani mana aja kalah deh sama dia.
“baru pertama ke sini ya?” akhirnya aku
datang dengan membawa pesananku di bantu pelayan warung itu.
“hmmm” ia mengangguk, tangannya mengaduk sop
ayam di depannya dan mencicipinya.
“enak gak?” aku menatapnya waswas, takut ia
memuntahkan makanannya di depan banyak orang, maklum lidah orang kaya biasanya
sedikit bermasalah dengan makanan biasa.
“enak kok” pujinya tulus. Hah? Aku
mengerjapkan mataku beberapa kali. Dia muji makanannya? Kok tumben. Kenapa tiap
aku masak ia gak pernah muji? Tapi gapapa lah yang penting tiap aku masak dia
selalu habis memakannya.
“gimana kerjaannya di kantor?” tanyaku basa
basi.
“biasa aja” sahutnya yang masih sibuk
menyeruput kuah.
“oh, inget gak kalo hari ini aku sidang?”
tanyaku lagi,
“iyalah dan aku harus rela bangun pagi Cuma
buat nyiapin sarapan pagi” gerutunya kesal. Yaelah Cuma dua hari doang kan,
toleransi dikit sesama umat manusia.
“yah malah marah-marah, padahal tadi pagi aku
minta di semangatin sama gege” kataku jujur.
“nyemangatin? Emang penting gitu?”
Jleeeb. Jleeeb. Sadis banget sih, batinku
menjerit. “ya gak juga sih buat penyemangat aja, btw, tadi ada yang ngirimin
aku bunga loh” well. Pamer dong ya sekarang aku punya penggemar rahasia,
hahaha.
“ohh, terus?”
Ok, bisa
aku pergi dari tempat ini segera? Tembok mana tembok? Aku mau jedotin
kepalaku , percuma ngomong sama dia mah, nyebelin begete, rasanya aku pengen
jambak rambutnya terus nyiram dia pake air panas deh kali-kali otaknya rada
bagusan dikit jadi dia bisa sedikit ramah sama orang.
“yah, gapapa, kirain dari gege gitu” BEBASSS
MELLO...BEBAAAZZZZ...
“kalo iya, emangnya kenapa?”
Hah?? Hah?? Iya apa? Maksudnya apa?? Hampir
aja aku menyemburkan makananku ke wajahnya.
“jadi, kau yang mengirimnya?” tanyaku
memastikan.
“yoi”
“........” aku mengerjapkan mataku beberapa
kali, ini gak mimpi kan? Cubit aku sekarang .... eh enggak deh, cium aku
sekarang juga.. aaaa jantungku rasanya
mau lari maraton.
“aahh, gege kok nyebelin banget sih masa
ngirim bunga pas aku mau berangkat sidang gitu kan aku jadi senyum-senyum
sendiri” protesku, oke kali ini aku gak bisa ngontrol sikapku lagi, ini
bener-bener W O W, rasanya aku mau salto atau kayang di depannya saking
bahagianya. Dapat bunga tanpa tau pengirimnya aja sukses membuatku
senyum-senyum sendiri depan dosen, apalagi pas udah tau pengirimnya gini,
kayaknya malam ini aku gak bisa tidur deh, aaaaaa.
“mana tau sidangnya jam berapa” katanya ketus
tapi kali ini sahutannya terdengar seksi di telingaku, aku jadi senyum-senyum
sendiri.
“makasih ya” kataku tulus.
Ia tak menyahut hanya langsung bangkit dari
tempat duduknya, langsung saja ia berjalan menuju ke warung yang kupesan tadi
dan membayar semua pesananku.
“loh, katanya aku yang bayar?” aku menatapnya
bingung, ini Kris lagi kesambet apa sih sampe jadi manis begini hari ini, Ya
Tuhan bisa gak dihentiin dulu waktunya, aku masih mau lama-lama nikmatin
perlakuan dia yang so sweet gini, kalo gak bisa, dianya di bikin jadi baik deh
aku ikhlas lahir batin kok. Doaku dalam hati.
“yah gak papa buat jaga-jaga kalo aku sakit
perut gara-gara makan di sini maka kau yang harus menanggung biaya perawatanku
di rumah sakit” jelasnya.
Jdeeerrr!! Aku pikir dianya ikhlas tanpa
pamrih mau ngebayarin aku makan di sini. Sekarang aku menambahkan kalimat baru
dalam pasal percintaanku dengan Kris ya, ternyata saran makan di tempat murah
juga bisa jadi mahal ya kalo bawa-bawa dia.......
*
Di mobil kami lebih banyak diam, tak ada yang
memulai pembicaraan lebih dahulu. Kata-kata Jae kemarin benar-benar bikin galau,
harus gimana?? Nyatain perasaan sama Kris? Aduuhh galau...
Hidup bukan kaya di komik-komik romantis,
suka sama cowok-nyatain perasaan-pacaran, lah aku? Kris suka sama aku aja gak.
Tapi... namanya juga manusia, pasti rasa berharap itu adalah, siapa tau
tiba-tiba dia dapat ilham jatuh dari langit, atau ada dukun pelet yang salah
target jadi dia bisa suka sama aku,perasaan ini semakin hari semakin dalam,
nyata dan menyiksa, meskipun aku gak tau siapa aja cewek yang dekat dan
menjalin hubungan dengan dia di kantornya, seenggaknya dia tau perasaanku,
kalopun pada akhirnya cintaku bertepuk sebelah tangan (ini sih pasti) ,
kali-kali dia masih punya perasaan buat gak bawa ceweknya ke cafe, hehehe.
Tapi... kalau aku nyatain cinta sama dia,
kira-kira dia masih mau anggap aku pembantunya gak yah? Jangan-jangan dia
illfeel lagi sama aku terus aku dipecat, oh iya, bisa-bisa parahnya lagi dia
nganggep aku cewek murahan, gampang jatuh cinta, huwaaaaa gak mauuu. Kris aku
sayang kamuuuu.
“tumben gak bawel” omongan Kris yang
tiba-tiba mengusik pendengaranku di dalam mobil yang sunyi ini sukses membuatku
kaget sodara-sodara, dan refleks saja kekagetanku membuat malapetaka.
Secara gak sadar aku berujar, “aku suka gege”
dan kalimat itu meluncur begitu saja bebas tanpa hambatan dari mulutku yang
terlalu bekerjasama dengan otakku, aaaa pengkhianat ini!
Aku gelagapan ketika menyadari pernyataan
yang keluar dari bibirku ini, dia hanya diam membisu sementara aku masih
kebingungan, “maaf” kataku akhirnya, hanya itu yang keluar, kata-kata yang
sudah kukeluarkan gak bisa di tarik kembali kan? Emangnya tali apa!
“lo suka sama gue?” nahkan, mungkin dia juga
gak sadar udah nanya beginian sama aku.
“aaaa...anu... kalo suka kenapa.. kalau gak
kenapa?” tanyaku sambil menggigit bibir, ayolah Mello, berpikir-berpikir,
jangan buat dirimu semakin malu di depan Mr.Limited Editionmu ini!
“ya gak papa nanya aja” katanya yang kembali
dalam posisi awal dengan mata masih fokus ke jalan, seenggaknya dia gak liatin
mukaku yang udah kaya kepiting rebus ini.
Jujur gak ya, jujur gak ya... Aku diem
sejenak, blank.... “aku harus jawab gak?” lah, bodoh, kenapa masuk ke lubang
buaya lagi sih Mell! Aduuuhhh >.<
“iyalah” jawabnya tanpa ekspresi, ih ini
orang Cuma punya 1 ekspresi aja apa? Dingin dan datar...
“ntar kalo bilang suka dibilang murahan, kalo
dibilang gak suka, ntar dikira boong” Great Mel! Secara gak langsung, sadar apa
gak kau sudah mengakui kalo pernyataan tadi itu bener.
“nyatanya engga kan?” dia masih fokus nyetir.
“aku kan belum jawab pertanyaanmu” protesku,
ini sih namanya pemutusan pendapat secara sepihak, dia belum dengar jawaban
dari aku kan.
“yang pertama tadi sudah cukup mewakili kan?”
Yeah, terus kenapa tadi pake nanya lagiiii,
darahku rasanya udah mencapai ubun-ubun, dan aku dapat merasakan aliran darahku
bergerak cepat menuju pipiku, menjalar melalui urat nadiku.
“terus tanggapan dari gege apa?” bodo lah,
udah terlanjur malu juga, bebas Mell bebasss, kalo kalian terjebak dalam
situasi kaya gini, mau jawab apa juga hayoo??
“ya gak ada apa-apa” katanya masih menjaga
suaranya. Ini anak songongnya keterlaluan ya, mungkin sudah kebiasaan kali
denger orang yang nyatain cinta sama dia, beda sama aku yang baru pertama
nyatain perasaan suka, jantung rasanya udah salto dari tempatnya.
“.........”
Aku berdehem sebentar, “jadi..... kapan gege
bisa suka juga sama aku??” ngeeek, tanyaan macam apa ini.
“mana gue tau kapan gue bisa suka sama lo,
emang gue dukun.” Sahutnya asal.
“...................................”
seseorang, tolong siramkan timah panas di mulutnya itu...
***
Esoknya......
“makasih ya udah mau nemenin
aku” kata Bora sambil tersenyum.
“iya gak papa kok, ini juga sekalian sambil
beli pakaian dalam” kataku usai pertemuan kami di pasar tungging yang akhirnya
jadi acara belanja bareng di pasar tungging, “gak mampir ke rumah dulu?” ajakku
sopan.
“gak ah udah mau malam ini, kapan-kapan aja
ya lagian aku udah janji mau nginep di rumah temen”
Aku Cuma ngangguk-ngangguk ga jelas sampai
kami berpisah di ujung jalan.
“loh.. mana kuncinya??” tanganku masih sibuk
mengobrak abrik isi tasku mencari kunci rumah, gak ada... aaaa pasti tadi Bora
lupa ngembaliin kuncinya ke aku, tadi kan dia pinjem kunci rumahku buat benerin
tutup helmnya yang longgar.
Aku buru-buru menelpon Bora, “nomor yang anda
tuju tidak dapat di hubungi, cobalah beberapa saat lagi”
Arrrgghhh... aku mendadak frustasi, tiba-tiba
ada deru mobil yang berhenti di depan rumahku, aku menoleh, siapa lagi kalo
bukan si Mr.Limited super ganteng yang sukses membuatku mati kutu di dalam
mobil tadi malam, hhhh rasanya aku jadi anti masuk ke dalam mobil itu lagi.
Aku lagi gak minat buat debat sama dia, aku
langsung melengos dan kembali menggedor-gedor pintu rumahku.
“bodoh, kalau gak ada kuncinya ya gak bisa di
buka, emang mau nunggu sampe ada malaikat yang bukain pintu? Buang-buang
tenaga” nahkan, ngatain bodoh lagi... ih mulutnya itu bisa nggak di setting
biar nggak ngatain orang bodoh terus. Nyebelin banget sih.
“aku gak bisa masuk tau gak, terus kalo aku
gak bisa masuk aku harus tidur dimana?” tanyaku frustasi.
“di teras rumah kan bisa atau di emperan
toko” sarannya, nahkan percuma ngomong sama dia mah Cuma bikin sakit hati,
makan hati terus.
“emang aku gelandangan apa? Kalo aku tidur di
teras juga sampe besok pagi juga gak bakalan bisa buka pintunya, Bora sih pake
acara pinjem-pinjem kunci tapi malah lupa di balikin” aku mendadak curhat.
“yaudah nginep di rumahku” tawarnya
tiba-tiba. Yeh, kesambet apa lagi diaa pake acara nawarin rumahnya dijadiin
tempatku menginap.
“terus? Kita tidur bareng gitu?” kataku
polos, aku kan hafal banget kalo di ruang atas Cuma ada 1 kamar, kamar yang
lain udah di sulap jadi ruang kerja sama ruangan multifungsi.
“masuk mobil” perintahnya tanpa menjawab
pertanyaanku, sikap bossynya gak bakalan hilang sampe kapanpun. Ugh.
“emang mau apa? Kok di suruh-suruh masuk?”
“kalau-kalau kau lupa ya, malam ini kau masih
harus memasak di rumahku, abis itu terserah mau tidur di mana yang penting aku
udah berbaik hati nawarin diri buat membagi tempat tidur” katanya begitu aku
memasuki mobil Alphardnya.
Aku Cuma bisa menunjukkan ekspresi masamku
padanya, percuma ngomong sama moodbreaker macam dia. Emang udah pada dasarnya
orangnya nggak pedulian gitu sih, di rayu dikit kek akunya-_-)
**
Author’s POV
Mello langsung mematut dirinya di cermin
selesai memasak dan numpang mandi di rumah Kris. Untung setan yang bertengger di bahu Kris lagi jalan-jalan makanya
Kris bisa jadi manis begini, tadi dia nawarin kemeja bekasnya sebagai baju
gantiku sementara aku gak punya baju di sini. batinnya.
Kemeja putih polos ini masih tampak sangat kebesaran di tubuh mungil
Mello dan saking panjangnya, bagian bawah kemeja ini menutupi celana pendek
hitamnya yang ia kenakan.
Mau gimana
lagi, Cuma ini satu-satunya celana yang kubeli di pasar tungging tadi, padahal
malu juga pake celana seminim ini, yang jelas ini masih berbentuk celana biasa
kok, bukan celana dalam. batinnya
lagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan
Kris masih berkutat dengan laptopnya.
Toktoktok... Mello mengetuk pintu ruang kerja
Kris.
“mau apa?!” tanya Kris yang lagi malas
membuka pintu, ngomong gak mesti harus
liat wajahnya kan? Lagi males bukain dia pintu, ntar ganggu
lagi Batinnya
Toktoktok... “kok gak dibuka sih?” gerutu
Mello kesal dan semakin keras mengetuk pintu ruangan.
Akhirnya pintu ruangan pun di buka, “maunya
apa sih?!” tanya Kris gusar ketika Mello tak henti-hentinya mengetuk pintu.
Ow...ow kau salah besar Kris membukakan pintu
untuknya, sekarang apa yang kau lihat? Dan kau salah besar membiarkan kemeja
putihmu padanya. Mello benar-benar terlihat menggoda malam ini.
Baju kebesaran yang di kenakannya membuat
kerah baju tanpa kancing di kerahnya membuat kerah bajunya sedikit terlipat ke
belakang dan mempertontonkan tulang selangkanya. Warnanya yang putih
samar-samar memperlihatkan warna bra hitam yang di kenakannya dan parahnya lagi
ia bisa mengintip bra itu dari sela-sela kancing bajunya yang jarang. Kris
masih mematung menatap Mello malam ini.
“woy.. ge, kok gak di jawab sih??”
“na...nanya apa?” tanya Kris dengan sedikit
terbata, kenapa kau gugup malam ini Kris,
mana rasa gengsimu yang biasa kau tunjukkan padanya? Melorot bersama dengan
keinginanmu memeloroti baju wanita yang berada di depanmu kah? Bah.
“malam ini aku tidur di balkon ya?” pamitnya.
“yaudah tidur di balkon sono ngapain musti
pamit, ganggu orang aja” akhirnya ia menemukan kembali rasa gengsi dan jaimnya
yang tadi sudah menggelinding entah kemana.
Kris berusaha menetralisir keadaan tubuhnya
yang hampir meledak melihat Mello dengan pakaian seadanya ini, maklum, kelamaan
‘puasa’ jadi membangkitkan gairahnya yang sudah terkubur dalam kini kembali
muncul ke permukaan.
“ya sudah lah, maaf ganggu, nite yoo” katanya
sambil berlalu dari hadapan Kris dan tentu saja hal ini makin memperparah
keadaan, bau segar tubuhnya sehabis mandi benar-benar menusuk indera penciuman
Kris.
Kris berusaha menenangkan tubuhnya, ia
berkali-kali menghembuskan napas melalui mulutnya. Malam ini cobaan, gimana
bisa makhluk alay dan aneh macam Mello bisa membuat tubuhnya bereaksi
berlebihan?
“hoaaaam” Kris menguap untuk yang kesekian
kalinya, diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari dan ia
baru saja menuntaskan pekerjaannya di kantor.
Kris langsung berjalan menuju ke kamar dan
terhenyak ketika mendapati sosok Mello yang bergelung nyaman di dalam bed
covernya.
Buseeet
boros tempat banget lagi, gerutu Kris
yang melihat gaya Mello tidur, ia harus membetulkan keadaan Mello sekarang.
Baru saja ia menyingkap bed covernya, ia sudah melihat pemandangan yang membuat
‘adik kecil’nya di bawah terasa pusing malam ini.
Kancing teratas Mello terbuka dan tentu saja
memperlihatkan sebagian...you know what I mean lah....
Kris memalingkan mukanya sebentar dan menelan
ludah perlahan, sebenernya dia nggak
standar-standar amat sih, abis ngelihat dia pake pakaian begini aku baru sadar
kalau dia itu montok, batin Kris.
Baru saja ia berbalik ke rencana awalnya yang
untuk membetulkan posisi tidur Mello, dua pasang mata yang tadinya tertutup
rapat, kini sudah terbuka lebar, Mello menatapnya dengan pandangan bingung
dan..........
“aaaaaa mau apa kau di sini??!!” teriaknya
histeris dan langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan bed cover.
“heh, harusnya aku yang nanya begitu” protes
Kris gak mau kalah, “katanya tadi mau tidur di balkon?!” sindirnya.
Mello yang baru saja kembali dari alam bawah
sadarnya kini menyadari kalau ia sedang numpang tidur di rumah tuannya ini kini
hanya bisa tersenyum malu begitu menyadari kebodohannya,”abisnya tadi nyamuknya
banyak banget jadi kepaksa ke sini deh”
“kenapa gak ijin dulu? Gak sopan!” bentak
Kris.
“tadi ijin malah di marahin” kata Mello
membela diri.
Kris tak menjawab dan langsung masuk ke dalam
bed covernya, aku capek dan malas debat
dengan makhluk aneh macam dia ntar alih-alih berantem adu bacot malah adu main
desah-desahan, katanya dalam hati begitu merasakan pikirannya sudah
melantur kemana-mana.
“jadi kita beneran tidur bareng?” tanya Mello
waswas.
“berisik” sahut Kris.
“gak ada guling?” tanya Mello lagi.
“gak ada, udahlah gak akan terjadi apa-apa
juga, jangan berpikiran yang engga-engga” jawab Kris sambil memejamkan matanya,
ini sudah tengah malam dan aku mengantuk,
tidur Kris tidur, anggap aja sekarang lagi tidur sama Pretty Asmara atau
siapalah.
“kata orang kalau ada dua orang dalam kamar
berduaan ntar ada setannya, terus terus...kit....”
Akhirnya Kris tak tahan lagi, ia bangkit dan
langsung menatap Mello tajam,”iya, kau itu setannya. Dengar ya Melody, aku
benar-benar gak ada rasa tertaaaarik sedikitpun untuk menyentuhmu. Badan
sepertimu gak bakalan bikin orang bernapsu melihatnya dan asal kau tahu saja ya
aku sudah pernah tidur bersama dengan wanita yang jauh lebih berisi, lebih
montok dan lebih menonjol daripada kau jadi buang pikiran kotormu itu jauh-jauh!”
Jleeeb,
jleeeb jleeeb , gitu amat ngatainnya, pake bandingin tubuhku sama cewek-cewek
yang pernah di tidurinya. Kali ini
giliran hati Mello yang menjerit.
“jadi sekarang terserah kau, yang jelas aku
gak akan sudi buat tidur di balkon atau di sofa, terserah kau mau tidur atau
gak sama sekali” jelas Kris.
Mello hanya menurut dan ikut merebahkan
tubuhnya di samping tubuh Kris, ditenggelamkannya dirinya dalam bed cover, males banget mau liat mukanya malam ini,
ayolah fajar cepatlah datang...aku sudah lama menunggumu... aku ingin pulang...
desahnya tertahan.
*
Kris’s POV
Rasanya aku baru memejamkan mataku dan baru
bermimpi sebentar tiba-tiba ada cewek dengan suara cemprengnya meneriakiku.
“apaan sih berisik banget?!” bentakku yang
masih dalam keadaan setengah sadar. Pagi yang berisik.
“ka...kamu bilang nggak akan terjadi apa-apa”
kini seorang gadis sedang terisak di samping tempat tidurku, buru-buru aku
bangkit dan mengumpulkan nyawaku yang masih berserakan.
“apaan Mello?” tanyaku masih dalam keadaan
gak ngerti.
“i...ini....ke...kenapa begini?” katanya
sambil mencengkram bagian kemeja atasnya yang kemarin terbuka.
“apanya?”
tanyaku bingung.
“i...ini kenapa pas aku bangun tidur
kancingnya kebuka?” tanyanya di sela isak tangisnya.
“heh? Kau gak sadar ya? Tadi malam sebelum
aku tidur di sini juga tuh baju keadaannya udah begitu, kau aja yang semalam
gak sadar” kataku jujur.
“jadi...jadi ini udah dari kemarin?” Mello
memandangku ngeri.
“iyalah”
“jadi, kau sudah melihatnya?” ia menatapku
nanar. Oh ayolah jangan menatapku dengan pandangan seperti itu seakan-akan aku
bersalah melihat semuanya,itu kan rejeki, batinku
“oh jelas” kataku mennyeringai yang akhirnya
di balas dengan teriakan histeris dari Mello. Hah, pagi yang menyenangkan,
guys......
***
Gimana beb
:< asa aneh ya part ini.....
thor, gua reader baru yang mendadak menemukan page ini, kemudian tersesat didalamnya dan tak bisa balik lagi(?)
BalasHapusfanfic nya Cetar Membahenol thor, T.O.P B.G.T