Kamis, 18 Oktober 2012
Makalah budaya korea di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Budaya
korea adalah salah satu budaya yang cukup banyak memberikan pengaruh kepada
para remaja Indonesia. Salah satu dampak kebudayaan korea yang nampak sekali di
Indonesia adalah kemunculan boyband
atau girlband Indonesia di tanah air. Boyband atau girlband
tanah air ini juga turut memeriahkan perindustrian musik Indonesia dengan gaya
musik dan penampilan mereka yang terinspirasi dari boyband atau girlband
Korea.
Budaya
korea juga memiliki dampak negatif dan positif bagi para remaja Indonesia.
Salah satu dampak positif dari budaya korea adalah para remaja Indonesia dapat
mengetahui kebudayaan dari negara lain. Adapun dampak negatif dari masuknya budaya korea ke
Indonesia adalah adanya beberapa kebiasaan dari Korea yang tidak bisa
diterapkan di Indonesia, ditiru oleh para remaja Indonesia.
Masuknya
budaya korea di Indonesia juga menjadikan beberapa orang memanfaatkan minat
para remaja Indonesia sebagai ajang untuk mencari keuntungan. Mereka menjual
barang-barang yang berbau korea seperti baju, jaket sampai tempat minuman.
Rasa
antusias para remaja Indonesia yang sangat besar terhadap budaya Korea itulah
yang mendorong kita untuk bisa meneliti tentang kehidupan mereka setelah mereka
mengenal korea, apalagi kebudayaan Korea tumbuh di Indonesia dikarenakan
menjamurnya serial drama Korea dan beberapa boyband
dan girlband korea
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan gelombang korea?
2. Apa
saja pengaruh budaya korea bagi para remaja di Indonesia?
3. Apa
saja dampak negatif dan positif lahirnya budaya korea di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Agar
kita bisa mengetahui apa saja pengaruh Korea di Indonesia
2. Agar
kita dapat mengetahui dampak negatif dan positif lahirnya budaya Korea di
Indonesia.
D. MANFAAT
1. Mengetahui
berbagai budaya yang ada di Korea
2. Mengetahui
perilaku remaja akibat lahirnya budaya korea di Indonesia
BAB II
PENGARUH BUDAYA KOREA
DI INDONESIA
Menurut artikel yang
berjudul Hallyu menjelaskan tentang Korean Wave. Dalam artikel tersebut
menjelaskan bahwa Korean Wave atau
gelombang Korea adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Korea
pada berbagai negara di dunia. Biasanya Hallyu
memicu orang yang sudah terkena demam korea tertarik untuk mempelajari Bahasa
dan Kebudayaan Korea.
Indonesia termasuk
negara yang sedang terkena demam Korea. Hal ini dapat terlihat di layar
televisi Indonesia yang sekarang berlomba-lomba untuk menayangkan informasi dan
hiburan yang berhubungan dengan Korea.
Awal kesukaan Korea
dimulai dari beberapa drama Korea yang sering disiarkan di stasiun TV
Indonesia, masyarakat Indonesia mulai mengenal para artis Korea. Tentu saja mereka
mulai mencari informasi tentang aktris dan aktor tersebut, sehingga akhirnya
mereka pun juga mengidolakan para penyanyi, boyband
dan girlband Korea. Untuk para
penggemar Korea, mengenal budaya seperti memakai Hanbok atau pakaian khas
Korea, belajar memasak Kimchi dan mempelajari bahasanya juga merupakan hal yang
wajib untuk dilakukan. Akibatnya , rasa bangga dan rasa keingintahuan mereka
semakin bertambah terhadap budaya Korea.
Seiring dengan
perkembangan zaman, akhirnya para remaja Indonesia banyak yang mengikuti budaya
Korea. Salah satu contohnya adalah dengan adanya kemunculan boyband dan girlband di Indonesia.
Artikel yang berjudul
‘Gurita’ Budaya Populer Korea di Indonesia menjelaskan tentang berbagai macam
pengaruh masuknya budaya Korea di Indonesia. Dalam artikel ini menjelaskan
bahwa dengan beralasan terinspirasi dengan boyband dan girlband
Korea, lahirlah banyak boyband dan girlband Indonesia,
diantaranya Sm*sh, Max 5, 7 Icons atau pun CherryBelle. Acara-acara televisi pun mulai mengemas
program acaranya dengan kesan Korea.
Salah satunya sinetron yang dibuat Trans TV berjudul Cinta Cenat-Cenut.
Melibatkan Sm*sh sebagai pemeran utama. Sinetron tersebut menggambarkan
bagaimana gaya rambut, dandanan, fashion dan pernak-pernik Korea menjadi muatan
penting dalam garapan sinetron tersebut. Tidak ketinggalan iklan televisi pun
ikut bermain dengan melirik kesan Korea dalam tayangan iklan di televisi. Tentunya,
hal ini juga bukan merupakan hal yang buruk, karena dari ketertarikan para
remaja Indonesia pada budaya Korea dapat memberikan nilai positif pada hubungan
antarnegara namun janganlah pula kita terlalu menggemari budaya Korea sehingga
melupakan budaya Indonesia yang sudah jauh lebih dulu dikenal sebelum budaya
Korea masuk ke Indonesia.
Menurut Prasetya
Pamungkas dalam artikelnya yang berjudul Memanfaatkan Demam Korea pada Remaja
Indonesia, sisi positif atas fenomena kemunculan boyband dan girlband ini
bisa dijadikan sebagai kesempatan untuk membangkitkan sekaligus mengenalkan
budaya Indonesia, salah satunya adalah batik. Artinya masih ada beberapa boyband dan girlband Indonesia yang masih ingin mempertahankan kebudayaan
Indonesia dengan memakai batik dalam setiap penampilannya. Meskipun begitu,
masih banyak para remaja yang tidak suka dengan kemunculan boyband dan girlband di
Indonesia yang dianggap meniru boyband
dan girlband Korea. Mereka
beranggapan Indonesia tidaklah pantas mengikuti kebudayaan Korea yang sudah
lama membudayakan boyband dan girlband di negerinya sendiri.
Bagi para remaja
Indonesia yang sangat menggemari hal-hal yang berbau korea, para promotor
berlomba-lomba mengundang para boyband dan
girlband dari Korea untuk datang ke
Indonesia, seperti acara Kimchi yang mendatangkan para boyband dan girlband Korea
seperti Super Junior, X-5 dan Girl’s Day bahkan ada promotor yang mampu menyelenggarakan
konser tunggal boyband Korea yang cukup terkenal di Indonesia.
Demam korea pun melanda
para remaja Indonesia, berbagai stasiun televisi Indonesia bersaing untuk
menayangkan berbagai macam acara televisi yang ada di Korea, seperti drama
korea, film korea dan musik pop korea. Hal itu membuktikan betapa besar antusias
para remaja Indonesia yang sangat menggemari Korea, bahkan mereka mulai membuat
blog dan jejaring sosial yang khusus membahas Korea.
Layaknya budaya Barat
yang berkembang di Indonesia, budaya demam Korea juga pasti memberikan pengaruh
positif dan pengaruh negatif bagi para remaja Indonesia. Beberapa dampak
positif yang dapat kita lihat adalah :
1. Belajar
menabung
Para remaja Indonesia
yang begitu mencintai kebudayaan Korea pasti akan senang berburu segala hal
yang berbau Korea, bahkan tak jarang mereka rela pergi ke Korea hanya sekadar
untuk membeli barang asli dari negara tersebut. Tentulah mereka harus menabung
untuk bisa pergi dan membeli segala hal yang berhubungan dengan Korea. Selain
itu, bagi para penggemar boyband dan girlband Korea, tentu mereka sangatlah
ingin menonton konser para boyband
atau girlband idola mereka secara
langsung, hal ini juga mendorong mereka untuk belajar menabung dan menghemat
uang jajan mereka sendiri.
2. Belajar
berbisnis
Bagi para remaja yang
pandai berbisnis, pasti mereka tidaklah menyia-nyiakan demam Korea ini. Mereka
menyediakan barang-barang yang biasanya berhubungan dengan para penyanyi, boyband dan girlband dari Korea, seperti mug bergambar, tas lukis, sepatu
lukis, jaket dan bahkan T-shirt by
request. Selain bisa mendapatkan informasi tentang Korea, mereka juga bisa
belajar berbisnis.
3. Mengenal
kebudayaan Korea
Rasa antusias para
remaja Indonesia terhadap drama dan lagu-lagu Korea menyebabkan rasa
keingintahuan mereka tentang budaya dan bahasa Korea itulah membuat mereka
ingin mengenal dan mempelajari budaya dan bahasa Korea tersebut. Bahkan mereka
rela kursus bahasa Korea agar bisa mempelajari huruf hangeul dan berbahasa
Korea. Selain itu, mereka juga tak malu kalau harus mengikuti budaya Korea
dengan memakai Hanbok atau pakaian khas Korea.
4. Menambah
teman dan pengalaman
Para remaja yang
mencintai musik Korea akan membentuk komunitas yang bernama Kpopers. Biasanya
mereka akan membentuk beberapa kelompok sesuai dengan nama boyband atau girlband
yang mereka sukai, kelompok ini dinamakan fandom.
Mereka bisa saling bertukar informasi, membuat suatu acara pertemuan sesama
para Kpopers (fanmeeting), mereka
bisa belajar bahasa Korea bersama-sama dan bahkan belajar dance dalam acara fanmeeting
tersebut.
Selain itu, para penggemar
Korea biasanya gemar sekali membaca dan membuat FF. FF atau Fan fiction adalah sebuah cerita fiksi
yang dibuat oleh penggemar berdasarkan kisah, karakter atau setting yang sudah
ada. Fanfic biasanya berlaku untuk
film, komik, novel, selebritis dan karakter terkenal lainnya. Selain bisa
menyenangkan pembaca, fanfic juga
dapat membuat para penggemar Kpopers untuk bisa berimajinasi dengan membuat
cerita fiksi tersebut.
Adapun dampak negatif
munculnya demam Korea di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Perilaku
hidup boros
Para remaja yang begitu
terobsesi kepada musik K-pop, drama Korea, bahkan produk-produk yang berasal
dari Korea, membuat mereka mengeluarkan banyak uang hanya untuk sekadar membeli
DVD, menonton konser, dan pergi ke Korea hanya untuk berburu barang-barang asli
Korea. Meskipun mereka menabung untuk mendapatkan barang-barang tersebut, namun
hal itu juga bukanlah hal yang baik karena uang yang begitu banyak dikumpulkan
terbuang sia-sia hanya untuk sesuatu yang tidak perlu.
2. Munculnya
Fanwar
Setiap orang mempunyai
selera musik yang berbeda. Karena ada perbedaan selera musik atau perbedaan
suatu kegemaran itulah yang membuat masing-masing fandom pasti juga mempunyai antis atau orang yang tidak menyukai
suatu boyband atau girlband tersebut. Perbedaan itulah yang
memicu suatu fanwar atau peperangan
antar fans. Biasanya hal ini banyak terjadi di dunia maya.
Terlebih lagi, akibat
kemunculan para boyband dan girlband Indonesia yang mengikuti gaya
Korea, membuat para Kpopers kurang menyukai Ipopers (pecinta boyband dan girlband Indonesia). Para Kpopers menganggap para boyband dan girlband Indonesia meniru kebudayaan Korea, sedangkan para Ipopers
menuduh Kpopers tidak mencintai produk lokal. Hal ini menjadikan perseteruan
yang sangat sengit antara pecinta musik Korea dengan pecinta musik Indonesia.
Tentulah hal ini bukan
hal yang baik bagi para remaja karena mereka menjadi terbiasa untuk berkelahi
dan merasa paling hebat dalam suatu hal.
3. Munculnya
unsur pornografi dan pornoaksi
Selain bergaya hidup
boros dan sering fanwar, para pecinta
Korea yang gemar sekali membaca ataupun menulis FF, mulai mengembangkan gaya fanfic yang awalnya hanya cerita fiksi
biasa menjadi fanfic yang ceritanya
mengandung unsur pornoaksi. FF ini dinamakan FF NC atau FF No Child, biasanya FF NC diberikan rating sesuai dengan batas
usia yang boleh membacanya, mulai dari rating 17+ , 21+ sampai 25+. FF jenis
ini dapat dengan mudah ditemukan di dalam blog atau bahkan di dalam situs
jejaring sosial Facebook. Walaupun ada beberapa blog yang masih memperhatikan
moral para remaja Indonesia dengan memberikan password untuk FF NC , namun tak
jarang pula anak-anak yang masih di bawah umur memaksa untuk membacanya dan
mengetahui passwordnya. Hal ini akan menjadi semakin buruk apabila yang membuat
jenis cerita seperti itu adalah anak-anak di bawah usia 17 tahun.
Selain FF NC, para
pecinta Korea juga gemar membuat FF yuri dan FF yaoi, FF yuri dan yaoi adalah
cerita fiksi yang mengisahkan tentang percintaan sesama jenis. Tentu hal ini
sangat merusak mental dan moral para remaja Indonesia yang akhirnya dapat
berakibat ke dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka bisa menganggap
percintaan sesama jenis adalah hal yang biasa.
Sedangkan bagi para
Kpopers yang pandai mengedit foto, maka mereka akan mengedit foto(fanmade) yang mengandung unsur
pornografi dan membagikan foto-foto tersebut ke dalam situs jejaring sosial.
Akhirnya, moral para
remaja pecinta Korea mulai diracuni dengan hal yang berbau pornoaksi dan
pornografi, hal ini dapat berakibat fatal
bagi para pecinta korea yang masih di bawah umur, mereka dengan cepat
bisa mengerti dan belajar tentang hal-hal yang seharusnya belum perlu mereka
ketahui. Kata-kata yang dianggap tabu untuk diucapkan di depan umum juga
dianggap biasa oleh para remaja Indonesia yang sangat mencintai Korea itu.
Oleh karena itu,
sangatlah penting bagi kita untuk bisa memilah-milah apa saja yang
menguntungkan dalam dunia perkpopers-an dan apa-apa saja yang harus kita
hindari, apalagi dengan adanya jejaring sosial dan blog yang dapat memberikan
segala sesuatu kepada para pecinta Korea menjadikan mereka semakin berhati-hati
dalam memilih mana hal baik dan tidak baik.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Demam
Korea atau Korean Wave sekarang sedang berkembang di Indonesia. Hal ini
diakibatkan karena penyebaran dan pengaruh budaya Korea di Indonesia,
terutama melalui dunia entertainment seperti
musik Kpop dan beberapa drama Korea.
2. Demam
korea di Indonesia juga memberikan pengaruh yang cukup besar bagi para remaja
Indonesia seperti cara berpakaian, dan bahkan hal ini juga dappat terlihat
dengan adanya kemunculan dari boyband
dan girlband asal Indonesia.
Kemunculan boyband dan girlband di Indonesia juga cukup
memberikan pengaruh pada remaja Indonesia. Bagi remaja Indonesia yang pada
dasarnya mencintai musik Indonesia, tentulah kemunculan boyband dan girlband
tanah air memberikan warna baru yang dapat meramaikan industri musik Indonesia.
Sebaliknya, bagi para remaja yang sudah lama menyukai musik luar daerah, banyak
yang beranggapan bahwa boyband dan girlband Indonesia banyak yang menjiplak
boyband dan girlband Korea yang sudah lebih dulu ada.
3. Demam
Korea tentunya juga memberikan dampak negatif dan positif bagi remaja
Indonesia, mereka yang menyukai Korea cenderung lebih boros daripada para
remaja yang lebih menyukai musik Indonesia, dan perilaku atau moral mereka
cenderung lebih bebas dan kadang tidak sesuai dengan kebudayaan dan tata krama
Indonesia. Namun, dengan adanya demam korea juga bisa dijadikan sebuah lapangan
kerja yang cukup menggiurkan, mengingat para peminat musik ataupun drama Korea
tidaklah sedikit. Selain itu, dampak positif lainnya adalah para pecinta Korea
dapat saling berteman dan berbagi pengalaman bersama para Kpopers lain. Tentu
hal ini juga dapat mengajarkan mereka agar bisa bersosialisasi yang baik dengan
orang lain.
2. SARAN-SARAN
1. Ada
baiknya para remaja pecinta Korea bisa pandai memilih mana yang baik dan buruk
dalam munculnya kebudayaan Korea di Indonesia agar nantinya bisa disesuaikan
dengan kebudayaan Indonesia itu sendiri.
2. Ada
baiknya para orangtua memberikan pengawasan lebih kepada anak-anak mereka agar
mereka tidak mudah terpengaruh dengan budaya Korea yang tidak sepantasnya
dilakukan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
http://eka-karatika.blogspot.com/2011/11/karya-ilmiah-pengaruh-budaya-pop-.......korea.html.Pengaruh Budaya Pop Korea
Terhadap Budaya Indonesia. 06 Feb 2012
http://hafilhafil.blogspot.com/2011/10/pengaruh-budaya-korea-terhadap.html.
.......Pengaruh
Budaya Korea Terhadap Indonesia. 06 Feb
2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu.
Hallyu. 06 Feb 2012
http://www.iprasblog.com/apakah-fenomena-demam-korea-di-indonesia-.......berbahaya/677.
Apakah Fenomena Demam Korea di Indonesia Berbahaya? 06 Feb 2012
http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-.......korea-di-indonesia. ‘Gurita’ Budaya Populer Korea di
Indonesia. 06 Feb 2012
http://id.post.yahoo.com/s?s=QrqNBtqpT8Su9PstTbijlA/Akb5MA.A-.......Q.dX_SksziQmOJUGToeda00g Apaan
Sich K-pop? Menurut Kamu K-pop itu Apa? 06 Feb 2012
http://id.post.yahoo.com/s?s=QrqNBtqpT8Su9PstTbijlA/Aj3JPg.A8Q.lJC5Vly3R5W......._ Menurut Kamu Bagaimana Fenomena Korean
Pop (K-POP) yang Sedang Melanda Negara Kita???? 06 Feb 2012
http://lampung.tribunnews.com/2011/10/16/berperilaku-remaja-indonesia-berkiblat-.......ke-korea Perilaku Remaja Indonesia Berkiblat ke
Korea 06 Feb 2012
http://nurindahadepertiwi.blogspot.com/2011/01/positif-dan-negatif-pengaruh-.......budaya.html Positif dan Negatif Pengaruh Budaya Korea
di Indonesia. 06 Feb 2012
http://pancipanic.blogspot.com/2011/03/pengaruh-kebudayaan-korea-terhadap.html .......Pengaruh Budaya Korea Terhadap
Indonesia.
06 Feb 2012
surat yang tertunda.......
hai, gue datang lagi. hehe
maaf, gue minta maaf klo selama ini gue terus2an bikin lo badmood n kesel..
buat seseorang, gue bikin dia benci banget sama gue gegara gue kepo, ngeselin, nyebelin, nyalahin dia mulu, dll. sampe sekarang dia udah ga peduli lagi sama gue n punya yang baru..
oke , gue curhat sedikiiitt aja, selama gue deact, gue tiap hari nahan diri buat ga ngstalk dia, gue tau ntar pada akhirnya gue nangis n sedih makanya gue udah ga mau tau apa2 lagi tentang dia.
tapi jujur gue kangen banget sama dia, biasanya tiap hari 'tiada hari tanpa dia' itu bener2 sesuatu yang gue nikmatin tiap harinya, kadang gue bela2in nyari sinyal/ isi pulsa asalkan gue tau kabar dia...
kadang pas belajar gak kerasa gue nangis, gue langsung sms dia... gue takut dia pergi n ngelupain gue..
mungkin dia bingung gue selalu sms gajelas, gue cuma ingin dia inget sama gue, walopun cuma sedetik...
gatau kenapa, gue bener2 ngerasa kehilangan org yang bener2 gue sayang, dia tuh kaya sahabat, keluarga gue.
gue sampe ngepoin dia kemana2.. sampe fbnya, weibonya, kadang kalo gue kangen gue liatin foto2nya....
gue tau disini gue lebay, tapi jujur gue emang ngerasa sangat kehilangan orang yg selalu ada buat gue..
gue tau saking sayangnya gue sama dia gue jadi egois, makanya gue beneran nyesek pas dia punya temen baru n ngelupain gue. gue sakit hati...
gue tau ini cuma masalah RP... tapi dia selalu ada buat gue selama 2 bulan ini dan gue pengen dia inget terus sama gue..
oke gue sadar diri aja, dia gak mungkin kaya gitu lagi. gue udah terlanjur cacad di mata dia.. gue tau gue emang bener2 udah dilupain n dia gabakal peduli lg sama gue. hehe.
gapapa deh. gue ikhlas aja sama semuanya, mungkin ini yang terbaik buat dia...
ya gue tau keegoisan gue sendiri yang bikin gue sakit, nyeri di hati, bahkan sama fisik gue aja ikutan sakit...
gue gamau sakit lh gue ulangan :( tapi mau gimana lg? :"
kadang kalo gue gatahan gue nulis2 gajelas kaya gini atau kalo gue punya pulsa , gue nelp nisa sampe nangis2..hehe..sedihlah.. untung si nisa ngerti apa yang gue rasain saat ini..
kadang, gue rela jadi jjkp atau sekedar ngemis2 perhatian sama dia, seenggaknya saat itu dia inget sama gue.
gue cuma bisa bilang, beruntunglah bagi kalian yang disayang sama orang, jangan sia2in kasih sayang itu, gak sembarangan orang bsa ngasih sayang tulus...
yang bener2 dari hati ...
baekhyun haer bener2 orang pertama yg bikin gue nangis2 n galau lebih dari seminggu gegara dunia maya, gue nangis...gue nangis kehilangan....
maaf, gue minta maaf klo selama ini gue terus2an bikin lo badmood n kesel..
buat seseorang, gue bikin dia benci banget sama gue gegara gue kepo, ngeselin, nyebelin, nyalahin dia mulu, dll. sampe sekarang dia udah ga peduli lagi sama gue n punya yang baru..
oke , gue curhat sedikiiitt aja, selama gue deact, gue tiap hari nahan diri buat ga ngstalk dia, gue tau ntar pada akhirnya gue nangis n sedih makanya gue udah ga mau tau apa2 lagi tentang dia.
tapi jujur gue kangen banget sama dia, biasanya tiap hari 'tiada hari tanpa dia' itu bener2 sesuatu yang gue nikmatin tiap harinya, kadang gue bela2in nyari sinyal/ isi pulsa asalkan gue tau kabar dia...
kadang pas belajar gak kerasa gue nangis, gue langsung sms dia... gue takut dia pergi n ngelupain gue..
mungkin dia bingung gue selalu sms gajelas, gue cuma ingin dia inget sama gue, walopun cuma sedetik...
gatau kenapa, gue bener2 ngerasa kehilangan org yang bener2 gue sayang, dia tuh kaya sahabat, keluarga gue.
gue sampe ngepoin dia kemana2.. sampe fbnya, weibonya, kadang kalo gue kangen gue liatin foto2nya....
gue tau disini gue lebay, tapi jujur gue emang ngerasa sangat kehilangan orang yg selalu ada buat gue..
gue tau saking sayangnya gue sama dia gue jadi egois, makanya gue beneran nyesek pas dia punya temen baru n ngelupain gue. gue sakit hati...
gue tau ini cuma masalah RP... tapi dia selalu ada buat gue selama 2 bulan ini dan gue pengen dia inget terus sama gue..
oke gue sadar diri aja, dia gak mungkin kaya gitu lagi. gue udah terlanjur cacad di mata dia.. gue tau gue emang bener2 udah dilupain n dia gabakal peduli lg sama gue. hehe.
gapapa deh. gue ikhlas aja sama semuanya, mungkin ini yang terbaik buat dia...
ya gue tau keegoisan gue sendiri yang bikin gue sakit, nyeri di hati, bahkan sama fisik gue aja ikutan sakit...
gue gamau sakit lh gue ulangan :( tapi mau gimana lg? :"
kadang kalo gue gatahan gue nulis2 gajelas kaya gini atau kalo gue punya pulsa , gue nelp nisa sampe nangis2..hehe..sedihlah.. untung si nisa ngerti apa yang gue rasain saat ini..
kadang, gue rela jadi jjkp atau sekedar ngemis2 perhatian sama dia, seenggaknya saat itu dia inget sama gue.
gue cuma bisa bilang, beruntunglah bagi kalian yang disayang sama orang, jangan sia2in kasih sayang itu, gak sembarangan orang bsa ngasih sayang tulus...
yang bener2 dari hati ...
baekhyun haer bener2 orang pertama yg bikin gue nangis2 n galau lebih dari seminggu gegara dunia maya, gue nangis...gue nangis kehilangan....
kerajaan islam di Indonesia
Tugas Sejarah
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Oleh :
Sitti Annisa
Mandasari
XI IPA 2
SMA Negeri 2
Kandangan
|
Kerajaan-Kerajaan
Islam
1.) Kerajaan Perlak
a) Latar Belakang
Kesultanan Peureulak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak,
Aceh Timur, Aceh sekarang antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292. Perlak atau Peureulak terkenal sebagai suatu daerah
penghasil kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal, dan karenanya daerah ini dikenal dengan nama Negeri Perlak.
Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad ke-8, disinggahi oleh kapal-kapal yang
antara lain berasal dari Arab dan Persia. Hal ini membuat berkembangnya masyarakat Islam di
daerah ini, terutama sebagai akibat perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat.
Naskah Hikayat Aceh mengungkapkan
bahwa penyebaran Islam di bagian utara Sumatera dilakukan oleh seorang ulama
Arab yang bernama Syaikh Abdullah Arif pada tahun 506 H atau 1112 M. Lalu
berdirilah kesultanan Peureulak dengan sultannya yang pertama Alauddin Syah
yang memerintah tahun 520–544 H atau 1161–1186 M. Sultan yang telah ditemukan
makamnya adalah Sulaiman bin Abdullah yang wafat tahun 608 H atau 1211 M.
Buku Zhufan Zhi (諸蕃志), yang ditulis Zhao Rugua tahun 1225, mengutip catatan
seorang ahli geografi, Chou Ku-fei, tahun 1178 bahwa ada negeri orang Islam
yang jaraknya hanya lima hari pelayaran dari Jawa. Mungkin negeri yang
dimaksudkan adalah Peureulak, sebab Chu-fan-chi menyatakan pelayaran dari Jawa
ke Brunai memakan waktu 15 hari. Eksistensi negeri Peureulak ini diperkuat oleh
musafir Venesia yang termasyhur, Marco Polo, satu abad kemudian. Ketika Marco
Polo pulang dari Cina melalui laut pada tahun 1291, dia singgah di negeri
Ferlec yang sudah memeluk agama Islam.
b) Perkembangan Kerajaan
·
Politik
Sultan pertama Perlak adalah Sultan
Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah,
yang beraliran Syiah dan
merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat, yang mendirikan Kesultanan
Perlak pada 1 Muharram 225 H (840 M).
Ia mengubah nama ibukota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.
Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan
di Paya
Meuligo, Peureulak, Aceh Timur.
Pada masa pemerintahan sultan
ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada
tahun 363 H (913 M), terjadi perang
saudara
antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada
sultan.
Kaum Syiah memenangkan perang dan
pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed Maulana
Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya
terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan
oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.
Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum
Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama
kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian
dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:
- Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh
Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988)
- Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023)
Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah
meninggal sewaktu Kerajaan
Sriwijaya
menyerang Perlak dan seluruh Perlak kembali bersatu di bawah pimpinan Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan
melawan Sriwijaya hingga tahun 1006.
Sultan-sultan Perlak dapat
dikelompokkan menjadi dua dinasti: dinasti Syed Maulana Abdul Azis
Shah dan dinasti Johan Berdaulat. Berikut daftar sultan yang pernah memerintah
Perlak.
- Sultan
Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840 – 864)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim
Shah (864 – 888)
- Sultan
Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888 – 913)
- Sultan
Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915 – 918)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928 – 932)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932 – 956)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956 – 983)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023 – 1059)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059 – 1078)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078 – 1109)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109 – 1135)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135 – 1160)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160 – 1173)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173 – 1200)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200 – 1230)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230 – 1267)
- Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 – 1292)
Sebelum bersatu dengan Kerajaan
Samudera Pasai, wilayah kekuasaan Kesultanan Perlak hanya mencakup kawasan
sekitar Perlak saja. Saat ini, kesultanan ini terletak di pesisir timur daerah
Aceh yang tepatnya berada di wilayah Perlak, Aceh Timur,Nangroe Aceh
Darussalam, Indonesia
·
Perekonomian
Perlak dikenal dengan kekayaan
hasil alamnya yang didukung dengan letaknya yang sangat strategis.
Apalagi,perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu
yang sangat bagus untuk membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang membuat para
pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia tertarik untuk datang ke daerah ini.
Masuknya para pedagang tersebut juga sekaligus menyebarkan ajaran Islam di
kawasan ini. Saat itu, masyarakat Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana
caranya berdagang. Pada awal abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga
yang sangat maju.
·
Sosial dan Budaya
Model pernikahan percampuran
mulai terjadi di daerah ini sebagai konsekuensi dari membaurnya antara
masyarakat pribumi denga masyarakat pendatang. Kelompok pendatang bermaksud
menyebarluaskan misi Islamisasi dengan cara menikahi wanita-wanita setempat.
Sebenarnya, tidak hanya itu saja, pernikahan campurab juga dimaksudkan untuk
mengembangkan sayap perdagangan dari pihak pendatang di daerah ini.
c) Runtuhnya Kerajaan
Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin
Shah II Johan Berdaulat (memerintah 1230 – 1267) menjalankan
politik persahabatan dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa
negeri tetangga Peureulak:
- Putri
Ratna Kamala, dikawinkan dengan Raja Kerajaan
Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara).
- Putri
Ganggang, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al
Malik Al-Saleh.
Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah 1267 – 1292). Setelah ia
meninggal, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah
pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir, putra Al
Malik Al-Saleh.
2.) Kerajaan Samudera Pasai
a) Latar Belakang
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera
Pasai, adalah kerajaan Islam yang
terletak di pesisir pantai utara Sumatera,
kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang
kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa
sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat
Raja-raja Pasai,
dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan emas
dan perak dengan tertera nama rajanya.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu,
yang bergelar Sultan
Malik as-Saleh,
sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga
tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya
Abu Abdullah
ibn Batuthah
(1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada
tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya
runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.
Berdasarkan
Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian
Pasai oleh Marah Silu, yang kemudian
bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, pemerintahan dilanjutkan oleh putranya Sultan
Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik
az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring
dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus
tempat pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan
digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai tahun
1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian
menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah
(Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab
Syafi'i.
Selanjutnya
pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan Mahmud Malik
az-Zahir, datang serangan dari Majapahit antara tahun 1345 dan 1350, dan
menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan.
b) Perkembangan Kerajaan
·
Politik
Kesultanan Pasai kembali bangkit
dibawah pimpinan Sultan Zain
al-Abidin Malik az-Zahir tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Dalam kronik Cina ia juga dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki,
dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan
Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.
Armada Cheng Ho yang memimpin
sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam tahun 1405, 1408 dan
1412. Berdasarkan laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para
pembantunya seperti Ma
Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan
memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur,
serta jika terus ke arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan, Nakur
dan Lide. Sedangkan jika terus ke arah barat berjumpa dengan kerajaan Lambri
(Lamuri) yang disebutkan waktu itu
berjarak 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam kunjungan tersebut Cheng Ho juga
menyampaikan hadiah dari Kaisar Cina, Lonceng Cakra Donya.[6]
Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai
mengirim saudaranya yang dikenal dengan Ha-li-zhi-han namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke
Pasai untuk menyampaikan berita tersebut.
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai
terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng
Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang
menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan
ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya.
Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar
yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya
menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik. Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk
yang airnya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak sultan baik
lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan
Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.
Daftar
penguasa Kerajaan Samudera Pasai, adalah sebagai berikut :
Periode
|
Nama Sultan atau Gelar
|
Catatan atau Peristiwa Penting
|
?-1297
|
Marah Silu
|
Hikayat Raja-raja Pasai dan
makam raja
|
1297 - 1326
|
Koin emas telah mulai
diperkenalkan
|
|
1326 - 1345
|
||
1345 - 1383
|
||
1383 - 1405
|
||
1405 - 1412
|
Sultanah Nahrasiyah
|
Raja perempuan, (janda Sultan
Pasai sebelumnya)
|
1405 - 1412
|
Sultan Sallah ad-Din
|
Menikahi Sultanah Nahrasiyah
|
1412 - 1455
|
Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir
|
Mengirim utusan ke Cina
|
1455 - 1477
|
Sultan Mahmud Malik az-Zahir II
|
|
1477 - 1500
|
Sultan Zain al-Abidin ibn
Mahmud Malik az-Zahir II
Sultan Zain al-Abidin II |
|
1501 - 1513
|
Sultan Abd-Allah Malik az-Zahir
|
|
1513 - 1521
|
Sultan Zain al-Abidin III
|
·
Perekonomian
Pasai merupakan kota dagang,
mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya,
dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan
Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada
masyarakatnya, mata uang ini disebut deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram,
diameter 10 mm, mutu 17 karat.
Sementara masyarakat Pasai
umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali
setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah
penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa
bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang
disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.
·
Sosial Budaya
Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walau
pengaruh Hindu dan Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires,[7] telah membandingkan dan
menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan
kematian. Kemungkinan kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan
hubungan yang akrab ini dipererat oleh adanya pernikahan antara putri Pasai
dengan raja Malaka sebagaimana diceritakan dalam Sulalatus Salatin.
Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297 M,
dirujuk oleh sejarahwan sebagai tanda telah masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-13. Walau ada
pendapat bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat
Raja-raja Pasai
memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi ceritanya telah membantu
dalam mengungkap sisi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa
lalu kerajaan ini telah menginspirasikan masyarakatnya untuk kembali
menggunakan nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe.
c) Runtuhnya Kerajaan
Menjelang masa-masa akhir
pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang
mengakibatkan perang
saudara.
Sulalatus
Salatin[8] menceritakan Sultan Pasai
meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan
tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan
oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
3.) Kerajaan Aceh
a) Latar Belakang
Kesultanan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan
dari Samudera Pasai yang pada tahun 1360 ditaklukkan oleh Majapahit hingga kemundurannya di abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di
utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah
Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad,
1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa
lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya
dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam
menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan
sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga
kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Di awal-awal masa pemerintahannya wilayah Kesultanan
Aceh berkembang hingga mencakup Daya, Pedir, Pasai, Deli dan Aru. Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang
bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1568.
b) Perkembangan Kerajaan
·
Politik
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada
masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda
(1607 - 1636). Pada masa kepemimpinannya, Aceh telah berhasil memukul
mundur kekuatan Portugis dari selat Malaka. Kejadian ini dilukiskan dalam La
Grand Encyclopedie bahwa pada tahun 1582, bangsa Aceh sudah meluaskan
pengaruhnya atas pulau-pulau Sunda (Sumatera, Jawa dan Kalimantan) serta atas
sebagian tanah Semenanjung Melayu. Selain itu Aceh juga melakukan hubungan
diplomatik dengan semua bangsa yang melayari Lautan Hindia. Pada tahun 1586,
kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada
yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini
dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Walaupun
Aceh telah berhasil mengepung Melaka dari segala penjuru, namun penyerangan ini
gagal dikarenakan adanya persekongkolan antara Portugis dengan kesultanan Pahang.
Perang Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan
perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun
tidak berhasil merebut wilayah yang besar. Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa
mereka telah gagal merebut Aceh.
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas
Leiden
yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian
memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Pada
tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur
Aceh, dan bersama letnannya, Hendrikus
Colijn,
merebut sebagian besar Aceh.
Sultan Muhammad Daud akhirnya
menyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih
dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh seluruhnya pada
tahun 1904. Saat itu, hampir seluruh Aceh
telah direbut Belanda.
·
Perekonomian
·
Sosial
Budaya
Dalam lapangan pembinaan
kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama,
yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi
Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj
al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin
Al-Raniri
dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb
Fi Fashil.
c)
Runtuhnya
Kerajaan
Kemunduran Kesultanan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan
Iskandar Tsani pada tahun 1641. Kemunduran Aceh disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya ialah makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera
dan Selat Malaka, ditandai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tapanuli
dan Mandailing, Deli serta Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor
penting lainnya ialah adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta
kesultanan.
Traktat London yang ditandatangani pada 1824 telah memberi kekuasaan kepada
Belanda untuk menguasai segala kawasan British/Inggris di Sumatra sementara
Belanda akan menyerahkan segala kekuasaan perdagangan mereka di India dan juga
berjanji tidak akan menandingi British/Inggris untuk menguasai Singapura.
Pada akhir November 1871, lahirlah apa yang disebut dengan Traktat
Sumatera, dimana disebutkan dengan jelas
"Inggris wajib berlepas diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan
kekuasaan Belanda di bagian manapun di Sumatera. Pembatasan-pembatasan Traktat
London 1824 mengenai Aceh dibatalkan." Sejak itu, usaha-usaha untuk menyerbu
Aceh makin santer disuarakan, baik dari negeri Belanda maupun Batavia.
Setelah melakukan
peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh akhirnya jatuh dan digabungkan
sebagai bagian dari negara Hindia Timur Belanda. Pada tahun 1942, pemerintahan
Hindia Timur Belanda jatuh di bawah kekuasan Jepang. Pada tahun 1945, Jepang
dikalahkan Sekutu, sehingga tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan di ibukota
Hindia Timur Belanda (Indonesia) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1945, Aceh menyatakan bersedia bergabung ke dalam Republik indonesia
atas ajakan dan bujukan dari Soekarno
kepada pemimpin Aceh Tengku
Muhammad Daud Beureueh saat itu.
4.)
Kerajaan Demak
a)
Latar Belakang
Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis
wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yang
terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim
sebagai pewaris tahta Majapahit.
Demak didirikan di perapat terakhir abad ke-15, kemungkinan besar
oleh seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po.
Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh Tomé Pires
dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan "Badruddin" atau
"Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putera atau adik
Rodim, yang bernama Trenggana bertahta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua
masa ini yang bertahta adalah iparnya, raja Yunus dari Jepara.
Tradisi Jawa menceritakan bahwa pada masa itu, arus kekuasaan
mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo,
Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar.
b)
Perkembangan Kerajaan
·
Politik
o
Di bawah Pati Unus
Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan
Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak
merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran
pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.
o Di bawah Trenggana
Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah
Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana
(1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang
(1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di
ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu raja
Trenggana. Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto
c) Runtuhnya Kerajaan
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto
tidak berlangsung mulus. Ia ditentang oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran
Sekar Seda Lepen.
Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. Pada tahun 1561 Sunan Prawoto
beserta keluarganya "dihabisi" oleh suruhan Arya
Penangsang,
putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa
tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya
Penangsang.
Arya Penangsang akhirnya berhasil
dibunuh dalam peperangan oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Joko Tingkir memindahkan pusat
pemerintahan ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan
Pajang.
5.) Kerajaan Banten
a) Latar Belakang
Pada awalnya kawasan Banten juga
dikenal dengan Banten
Girang
merupakan bagian dari Kerajaan
Sunda.
Kedatangan pasukan Kerajaan
Demak
di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga
sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan
politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas
kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan
penaklukkan Pelabuhan
Kelapa
sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan
pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.[4]
Selain mulai membangun benteng
pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan
ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran
Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang
dengan raja Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan
Inderapura)
dan dianugerahi keris oleh raja tersebut (Sultan
Munawar Syah).[5]
Seiring dengan kemunduran Demak
terutama setelah meninggalnya Trenggana,[6] Banten yang sebelumnya vazal
dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Maulana
Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570[7] melanjutkan ekspansi Banten ke
kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan
Pajajaran
tahun 1579. Kemudian ia digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit
gerakan Portugal di nusantara, namun gagal karena ia meninggal
dalam penaklukkan tersebut.[8]
Pada masa Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad, ia menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" pada tahun 1638 dengan nama Arab Abu al-Mafakhir Mahmud
Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif
melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu,
salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja Inggris, James I tahun 1605 dan tahun 1629 kepada
Charles I.
b) Perkembangan Kerajaan
·
Politik
Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan
Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa
kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta
kawasan perdagangan.
Setelah Banten muncul sebagai
kerajaan yang mandiri, penguasanya menggunakan gelar Sultan, sementara dalam lingkaran istana terdapat gelar Pangeran Ratu, Pangeran Adipati,
Pangeran Gusti, dan Pangeran Anom yang disandang oleh para
pewaris. Pada pemerintahan Banten terdapat seseorang dengan gelar Mangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yang memiliki peran dalam administrasi pemerintahan.
Sementara pada masyarakat Banten terdapat kelompok bangsawan yang digelari dengan tubagus (Ratu Bagus), ratu atau sayyid, dan golongan khusus lainya yang
mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama, pamong praja, serta kaum jawara.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung
Jati[2] berperan dalam penaklukan
tersebut, dan mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan kemudian hari menjadi pusat
pemerintahan setelah Banten menjadi kerajaan sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan
Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu
bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya.
Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya
maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan
hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten
akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana
Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada
masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja
bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia
Belanda.
Daftar penguasa Kerajaan Banten,
antara lain adalah :
- Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570
- 1585
- Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1585
- 1596
- Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud
Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596 - 1647
- Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad
1647
- 1651
- Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath
Abdul Fattah 1651-1682
- Sultan
Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683
- 1687
- Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya
1687
- 1690
- Sultan Abul Mahasin Muhammad
Zainul Abidin 1690 - 1733
- Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa
Zainul Arifin 1733 - 1747
- Ratu Syarifah Fatimah
1747
- 1750
- Sultan Arif Zainul Asyiqin
al-Qadiri 1753 - 1773
- Sultan Abul Mafakhir Muhammad
Aliuddin 1773 - 1799
- Sultan Abul Fath Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin 1799 - 1803
- Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq
Zainulmutaqin 1803 - 1808
- Sultan Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin 1809 - 1813
·
Perekonomian
Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten
berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu.
Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara, Banten menjadi kawasan
multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina dan Jepang.
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada
kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini
berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyang siksakanda ng karesian yang menceritakan adanya istilah
pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap).
Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama
peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored
dan sadap.
Pada masa Sultan Ageng antara
1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru
dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru
dan ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunan tebu, yang didatangkan saudagar Cina di tahun 1620-an,
dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat
signifikan.[13]
Tak dapat dipungkiri sampai pada
tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan
kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di
dunia pada masa tersebut.
·
Sosial
dan Budaya
Kemajuan Kesultanan Banten
ditopang oleh jumlah penduduk yang banyak serta multi-etnis. Mulai dari Jawa, Sunda dan Melayu. Sementara kelompok etnis nusantara lain dengan jumlah signifikan
antara lain Makasar, Bugis dan Bali.
Dari beberapa sumber Eropa
disebutkan sekitar tahun 1672, di Banten diperkirakan terdapat antara 100 000
sampai 200 000 orang lelaki yang siap untuk berperang, sumber lain menyebutkan,
bahwa di Banten dapat direkrut sebanyak 10 000 orang yang siap memanggul
senjata. Namun dari sumber yang paling dapat diandalkan, pada Dagh
Register-(16.1.1673) menyebutkan dari sensus yang dilakukan VOC pada tahun 1673, diperkirakan
penduduk di kota Banten yang mampu menggunakan tombak atau senapan berjumlah sekita 55 000 orang.
Jika keseluruhan penduduk dihitung, apa pun kewarganegaraan mereka,
diperkirakan berjumlah sekitar 150 000 penduduk, termasuk perempuan, anak-anak,
dan lansia.[23]
Sekitar tahun 1676 ribuan
masyarakat Cina mencari suaka dan bekerja di Banten. Gelombang migrasi ini akibat
berkecamuknya perang di Fujian serta pada kawasan Cina Selatan
lainnya. Masyarakat ini umumnya membangun pemukiman sekitar pinggiran pantai
dan sungai serta memiliki proporsi jumlah yang signifikan dibandingkan
masyarakat India dan Arab. Sementara di Banten beberapa kelompok masyarakat Eropa
seperti Inggris, Belanda, Perancis, Denmark dan Portugal juga telah membangun pemondokan
dan gudang di sekitar Ci Banten.
c)
Runtuhnya
Kerajaan
Sekitar tahun 1680 muncul
perselisihan dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan dan
pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan
oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan
kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara tidak dapat dielakkan. Sementara
dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang
utusannya, menemui Raja
Inggris
di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta
bantuan persenjataan.[1] Dalam perang ini Sultan Ageng
terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang disebut dengan Tirtayasa,
namun pada 28
Desember 1682 kawasan ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC.
Sultan Ageng bersama putranya yang lain Pangeran
Purbaya
dan Syekh
Yusuf
dari Makasar mundur ke arah selatan pedalaman
Sunda. Namun pada 14
Maret 1683 Sultan Ageng tertangkap kemudian ditahan di Batavia.
Sementara VOC terus mengejar dan
mematahkan perlawanan pengikut Sultan Ageng yang masih berada dalam pimpinan
Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf. Pada 5 Mei 1683, VOC mengirim Untung
Surapati
yang berpangkat letnan beserta pasukan Balinya, bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan
Johannes Maurits van Happel menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur, di
mana pada 14
Desember 1683 mereka berhasil menawan Syekh Yusuf.[14] Sementara setelah terdesak akhirnya
Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri. Kemudian Untung Surapati disuruh
oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan
membawa Pangeran Purbaya ke Batavia, mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang
dipimpin oleh Willem Kuffeler, namun terjadi pertikaian di antara mereka,
puncaknya pada 28
Januari 1684, pos pasukan Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya
Untung Surapati beserta pengikutnya menjadi buronan VOC. Sedangkan Pangeran
Purbaya sendiri baru pada 7 Februari 1684 sampai di Batavia.
Bantuan dan dukungan VOC kepada
Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya
pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor
Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten.
Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan
lada di Lampung.[16] Selain itu berdasarkan
perjanjian tanggal 17
April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang
tersebut kepada VOC.[17]
Setelah meninggalnya Sultan Haji
tahun 1687, VOC mulai mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga
pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia-Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya
diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun,
selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul
Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun
ing Nagari Banten.
Perang saudara yang berlangsung
di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik
antara keturunan penguasa Banten[18] maupun gejolak ketidakpuasan
masyarakat Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan
rakyat kembali memuncak pada masa akhir pemerintahan Sultan Abul
Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa.
Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC
dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi vassal dari VOC.
6.) Kerajaan Mataram
a) Latar Belakang
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad
ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki
Ageng Pemanahan,
yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu
Kadipaten di bawah Kesultanan
Pajang,
berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan
sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra
dari Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan Mataram pada masa
keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura.
Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya
firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada
masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan
berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan
beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan,
serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
b) Perkembangan Kerajaan
·
Politik
Sutawijaya
naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya
dengan gelar Panembahan Senopati. Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah
saat ini, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah
yang terletak kira-kira di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton
(tempat kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan,
kemudian dipindah ke Kotagede. Sesudah ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang
yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena kecelakaan saat
sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu
ia juga disebut Susuhunan Seda Krapyak
atau Panembahan Seda Krapyak
yang artinya Raja (yang) wafat (di)
Krapyak. Setelah itu tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas
Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga
tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan.
Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu
Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada
masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram
mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Ia memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", maka muncul sebutan pula "Mataram
Karta"). Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan
VOC. Setelah wafat (dimakamkan di Imogiri), ia digantikan oleh putranya yang
bergelar Amangkurat (Amangkurat I).
7.)
Kerajaan Banjar
a)
Latar Belakang
Kesultanan Banjar atau Kesultanan
Banjarmasin (berdiri 1520, masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan
Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905)
adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin
kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin,
maka kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar
merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang
merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan,
Hulu Sungai Selatan.
b)
Perkembangan Kerajaan
·
Politik
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade
pertama abad ke-17 dengan lada sebagai
komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau
Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan
Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan
Pajang penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke
Jawa.
Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tuban
pada tahun 1615 untuk
menaklukkan Banjarmasin dengan bantuan Madura (Arosbaya) dan Surabaya, tetapi
gagal karena mendapat perlawanan yang sengit. [22]
Sultan Agung dari Mataram (1613–1646), mengembangkan kekuasaannya
atas pulau Jawa dengan mengalahkan pelabuhan-pelabuhan pantai utara Jawa
seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura (1924) dan Surabaya
(1625). Pada tahun 1622 Mataram
kembali merencanakan program penjajahannya terhadap kerajaan sebelah selatan,
barat daya dan tenggara pulau Kalimantan, dan Sultan Agung
menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan Sukadana tahun 1622.
Seiring dengan hal itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang
cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan
lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang,
Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut,
Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari kerajaan Banjarmasin,
hal ini terjadi pada tahun 1636.
Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap menghadapi serangan Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik,
maka rencana serangan dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah
tahun 1637 terjadi migrasi dari pulau
Jawa secara besar-besaran sebagai akibat dari korban agresi politik Sultan
Agung. Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai pengaruh yang sangat besar
sehingga pelabuhan-pelabuhan di pulau Kalimantan menjadi pusat difusi
kebudayaan Jawa.
Disamping menghadapi rencana serbuan-serbuan dari Mataram,
kesultanan Banjarmasin juga harus menghadapi kekuatan Belanda. Pada tahun 1637
Banjarmasin dan Mataram mengadakan perdamaian setelah hubungan yang tegang
selama bertahun-tahun. Perang Makassar (1660-1669) menyebabkan banyak pedagang
pindah dari Somba Opu, pelabuhan kesultanan Gowa ke Banjarmasin.[28]
Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar disebut doit.
Sebelum dibagi menjadi beberapa daerah (kerajaan kecil), wilayah
asal Kesultanan Banjar meliputi provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura pada lokasi Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur
berbatasan dengan Kesultanan Pasir pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya
bergelar Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak memakai gelar Sultan.
Kesultanan-kesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar, termasuk
Kesultanan Pasir yang ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda.
Berikut adalah nama-nama Sultan Banjar :
No
|
Tahun
Kekuasaan
|
Nama Sultan
|
1
|
Sultan Suriansyah
|
|
2
|
1546-1570
|
Sultan
Rahmatullah bin Sultan
Suriansyah
|
3
|
1570-1595
|
|
4
|
1595-1638
|
Sultan
Mustain Billah bin Sultan
Hidayatullah I
|
5
|
1642-1647
|
Sultan
Inayatullah bin Sultan
Mustain Billah
|
6
|
1647-1660
|
|
7
|
1660-1663
|
|
8
|
1663-1679
|
Sultan Amrullah Bagus Kasuma
bin Sultan Saidullah
|
9
|
1663-1679
|
Sultan
Agung/Pangeran Suryanata II bin
Sultan Inayatullah
|
10
|
1679-1700
|
Sultan Amrullah Bagus Kasuma/Suria
Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah
|
11
|
1700-1717
|
Sultan
Tahmidullah I/Panembahan
Kuning bin Sultan Amrullah
|
12
|
1717-1730
|
Panembahan Kasuma Dilaga
|
13
|
1730-1734
|
Sultan Hamidullah/Sultan
Kuning bin Sultan Tahmidullah I
|
14
|
1734-1759
|
|
15
|
1759-1761
|
|
16
|
1761-1801
|
Sunan Nata Alam
bin Sultan Tamjidullah I
|
17
|
1801-1825
|
Sultan
Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan
Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II
|
18
|
1825-1857
|
Sultan Adam Al-Watsiq Billah
bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah
|
19
|
1857-1859
|
Sultan
Tamjidullah II al-Watsiq
Billah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam
|
20
|
1859-1862
|
Sultan
Hidayatullah Khalilullah bin
Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam
|
21
|
1862
|
Pangeran
Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan
Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah
|
22
|
1862-1905
|
|
23
|
2010
|
Pangeran
Khairul Saleh, trah
Sultan Sulaiman
|
8.)
Kerajaan Gowa-Tallo
a)
Latar Belakang
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan
Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis
Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur
pelayaran perdagangan nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur
maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan
letak sepertiini mengakibatkan kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan
besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Kesultanan Gowa atau kadang
ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang
terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam
di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang
berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja
yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat
itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang
Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang
dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa
memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki
sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah
dilakukannya pada abad ke-17.
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang
dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian
menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene,
Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun
paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi
tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya
Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya
Tumapa'risi'
Kallonna
Memerintah pada awal abad ke-16, di Kerajaan Gowa bertakhta
Karaeng (Penguasa) Gowa ke-9, bernama Tumapa'risi' Kallonna. Pada masa itu
salah seorang penjelajah Portugis berkomentar bahwa "daerah yang disebut Makassar sangatlah
kecil". Dengan melakukan perombakan besar-besaran di kerajaan,
Tumapa'risi' Kallonna mengubah daerah Makassar
dari sebuah konfederasi antar-komunitas yang longgar
menjadi sebuah negara kesatuan Gowa. Dia juga mengatur penyatuan Gowa dan Tallo
kemudian merekatkannya dengan sebuah sumpah yang menyatakan bahwa apa saja yang
mencoba membuat mereka saling melawan (ampasiewai) akan mendapat hukuman
Dewata. Sebuah perundang-undangan dan aturan-aturan peperangan dibuat, dan
sebuah sistem pengumpulan pajak dan bea dilembagakan di bawah seorang syahbandar
untuk mendanai kerajaan. Begitu dikenangnya raja ini sehingga dalam cerita
pendahulu Gowa, masa pemerintahannya dipuji sebagai sebuah masa ketika panen
bagus dan penangkapan ikan banyak.
Dalam sejumlah penyerangan militer yang sukses penguasa Gowa ini
mengalahkan negara tetangganya, termasuk Siang dan menciptakan sebuah pola
ambisi imperial yang kemudian berusaha ditandingi oleh penguasa-penguasa
setelahnya pada abadl ke-16 dan ke-17. Kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan oleh
Tumapa'risi' Kallonna diantaranya adalah Kerajaan Siang, serta Kerajaan Bone,
walaupun ada yang menyebutkan bahwa Bone ditaklukkan oleh Tunipalangga.
Tunipalangga
Tunipalangga dikenang karena sejumlah pencapaiannya, seperti yang
disebutkan dalam Kronik (Cerita para pendahulu) Gowa, diantaranya adalah:
- Menaklukkan
dan menjadikan bawahan Bajeng, Lengkese, Polombangkeng, Lamuru, Soppeng,
berbagai negara kecil di belakang Maros, Wajo, Suppa, Sawitto, Alitta,
Duri, Panaikang, Bulukumba dan negara-negara lain di selatan, dan wilayah
pegunungan di selatan.
- Orang
pertama kali yang membawa orang-orang Sawitto, Suppa dan Bacukiki ke Gowa.
- Menciptakan
jabatan Tumakkajananngang.
- Menciptakan
jabatan Tumailalang untuk menangani administrasi internal kerajaan,
sehingga Syahbandar leluasa mengurus perdagangan dengan pihak luar.
- Menetapkan
sistem resmi ukuran berat dan pengukuran
- Pertama
kali memasang meriam yang diletakkan di benteng-benteng besar.
- Pemerintah
pertama ketika orang Makassar mulai membuat peluru, mencampur emas dengan
logam lain, dan membuat batu bata.
- Pertama
kali membuat dinding batu bata mengelilingi pemukiman Gowa dan Sombaopu.
- Penguasa
pertama yang didatangi oleh orang asing (Melayu) di bawah Anakhoda Bonang
untuk meminta tempat tinggal di Makassar.
- Yang
pertama membuat perisai besar menjadi kecil, memendekkan gagang tombak (batakang),
dan membuat peluru Palembang.
- Penguasa
pertama yang meminta tenaga lebih banyak dari rakyatnya.
- Penyusun
siasat perang yang cerdas, seorang pekerja keras, seorang narasumber, kaya
dan sangat berani.
Raja-raja Kesultanan Gowa, antara lain adalah :
- Tumanurunga
(+ 1300)
- Tumassalangga
Baraya
- Puang
Loe Lembang
- I
Tuniatabanri
- Karampang
ri Gowa
- Tunatangka
Lopi (+ 1400)
- Batara
Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
- Pakere
Tau Tunijallo ri Passukki
- Daeng
Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
- I Manriwagau
Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
- I
Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
- I
Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590).
- I
Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593).
- I
Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna
Berkuasa mulai tahun 1593 - wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk agama Islam.[1] - I
Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri
Papang Batuna
Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653 - I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla'pangkana
Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670 - I
Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681. - I
Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri Passiringanna
- Sultan
Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara
Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681 - I
Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga
ri Lakiyung. (1677-1709)
- La
Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
- I
Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
- I
Manrabbia Sultan Najamuddin
- I
Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua
kalinya pada tahun 1735)
- I
Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
- I
Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
- Amas
Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
- I
Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
- I
Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
- I
Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
- I
Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
- La
Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
- I
Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri
Kakuasanna (1826 -
wafat 30 Januari 1893)
- I
Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri
Kalabbiranna (1893- wafat 18
Mei 1895)
- I
Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri
Bundu'na
Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.[2] - I
Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur
Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
- Andi
Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin
(1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978.
9.)
Kerajaan
Ternate-Tidore
a) Latar Belakang
§ Kerajaan
Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri
Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu
(Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan
lain, seperti Jaelolo,
Tidore,
Bacan,
dan Obi.
Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan
Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang
asing
§ Kerajaan
Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut
silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad
Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau
Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
b)
Perkembangan Kerajaan
·
Politik
§ Kerajaan Ternate
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum
(1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada
masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan
sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M.
Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan
Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan
Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor.
Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
§ Kerajaan Tidore
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku
(1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak
saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah
kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja
Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin.
Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali
·
Perekonomian
§ Kerajaan
Ternate
Perdagangan dan pelayaran mengalami
perkembangan yang pesat sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting
di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan,
pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan
memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat
membangun laut yang cukup kuat.
§ Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di
daerah Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak
didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara
lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.
·
Sosial
dan Budaya
§
Kerajaan
Ternate
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan
Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan
mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup
menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat kapal,
seperti kapal kora-kora.
§ Kerajaan
Tidore
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam
kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan
mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
c)
Runtuhnya Kerajaan
§ Kerajaan
Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan
karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing (
Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil
rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa
mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan
berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate
dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.
§ Kerajaan
Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan
lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah
di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang
teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Langganan:
Postingan (Atom)